Ablaze 13 - One Motel Room

6.8K 613 57
                                    

LIVING WITH THE DEVIL: ablaze - Chapter 13: One Motel Room

"Satu kamar," kata Lucius, pada pria yang duduk di balik meja resepsionis. Pria tua itu menatap Lucius dan Alicia secara bergantian, terutama kepada Lucius—yang ditatapnya dengan tatapan penuh penilaian.

Sementara Alicia merasa begitu gugup sampai tidak kuasa membalas tatapan pria tua itu, Lucius justru sebaliknya.

"Kau mendengarku, Sir. Satu kamar untukku dan ... istriku."

"...!" Alicia tertegun. Apa dia mendengarnya dengan benar? Lucius menyebutnya sebagai 'istri'? Alicia mendongak pada pria itu dengan tatapan tidak percaya. Walau mungkin ini hanya trik murahan untuk mengelabuhi si pria tua pemilik motel ini yang curiga pada mereka, tapi Alicia tetap merasa hatinya berbunga-bunga.

"Baiklah, tunjukkan kartu pengenalmu."

Lucius menyodorkan kartu pengenalnya, yang dibaca pria tua itu dengan kaca mata bundar yang bertengger di hidungnya yang runcing.

"Dokter Julian Sullivan," dia mengeja nama itu dengan kernyitan dalam di dahinya. Lalu menatap Lucius lagi. "Jadi kau seorang dokter?" tanyanya.

"Seperti yang kau lihat!" sahut Lucius, mungkin sedikit kasar untuk seorang dokter sungguhan.

"Ah, baiklah. Ini kunci kamar kalian." Pria itu menyerahkannya kepada Lucius. Setelah benda itu ada di tangannya, Lucius menggandeng tangan Alicia dan menariknya masuk ke lorong menuju kamar mereka.

Saat pintu dibuka, barulah Alicia menyadari bahwa dia dan Lucius akan benar-benar tidur di kamar yang sama. Tubuhnya membeku untuk beberapa saat di depan pintu kayu tua itu.

Ah, tapi berada di kamar yang sama, bukan berarti mereka akan tidur di ranjang yang sama juga.

"Kau tidak akan masuk?"

Suara Lucius menyadarkannya. Dengan malu-malu dan dipenuhi kecanggungan, Alicia masuk ke dalam.

Debu menyambutnya, sarang laba-laba menghias setiap sudut langit-langit kamar. Keseluruhan kamar itu sangat sederhana; sebuah ranjang dan nakas kecil di sebelahnya yang ditumpangi oleh lampu tidur yang sudah tidak berfungsi lagi. Di sisi lain ruangan, Alicia lega melihat sepasang kursi dan meja yang terbuat dari kayu yang Alicia harap tidak terlalu lapuk dimakan usia untuk menopang beban tubuhnya.

Saat Alicia memperhatikan seluruh isi kamar ini, dia tidak menyadari bahwa Lucius sudah pergi untuk memesan makanan, meninggalkan Alicia seorang diri.

"Aku harus mandi," gumamnya. Karena kalau ada Lucius di sini, dia tidak mungkin memiliki cukup keberanian untuk menggunakan kamar mandi, karena itu akan terasa sangat canggung baginya.

Saat Alicia masih di kamar mandi, dia mendengar pintu kamar terbuka. Itu pasti Lucius, terbukti dari degup jantungnya yang mengencang dan bagaimana perutnya tergelitik seolah ada kepakan sayap kupu-kupu di sana. Dia menyentuh bajunya, hendak memakainya kembali, tapi menyadari bahwa banyak noda kotor di sana saat dia bersembunyi di ruang bawah tanah tadi. Dan sekilas juga tercium bau anyir darah. Kengerian langsung tampak di wajah Alicia. Dia tidak mungkin bisa memakai pakaian ini lagi. Dan baru disadarinya kalau dia tidak membawa barang-barang yang sudah disiapkannya saat di rumah persinggahan tadi.

Alicia menjadi panik, terlebih ketika sebuah bayangan tampak di bawah pintu kamar mandi, yang diikuti oleh suara ketukan.

"A-ada apa?" tanya Alicia.

"Buka!" perintah Lucius.

Alicia tertegun. "Bu-buka? A-apa ... apa maksudmu?! Aku sedang mandi!"

Pintu tiba-tiba saja didorong terbuka dari luar, Alicia memekik, tepat ketika sebuah kain dilemparkan masuk dan mengenai wajahnya, kemudian pintu ditutup kembali.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang