Chapter 11 - Guilty Pleasure (2)

34.5K 2.2K 45
                                    

Enjoooy 🤗🤗🤗
VOTE DULUUUUUU!!! 😘

•●◈●•

"Mungkin ini memang yang terbaik," gumam Alicia, kemudian melanjutkan dengan nada yang lebih terdengar putus asa, "setidaknya untuk sekarang." Dia memetik setangkai bunga daisy dan menggenggamnya di tangan bersama tangkai yang lain. pikiran Alicia kembali berkecamuk.

Dia hari itu, hari yang tidak akan pernah Alicia lupakan pernah terjadi, pengalaman paling baru dan paling aneh yang pernah dirasakannya. Yang diberikan oleh seorang pria dewasa berhati kejam. Tubuh Alicia kembali dialiri gelenyar aneh. Semenjak hari itu, dia tidak pernah lagi melihat Lucius di rumah. Alicia awalnya tidak berani melangkah keluar dari kamarnya, sampai suatu pagi dia menyadari bunga di atas nakasnya mengering. Kemudian Alicia mulai bertanya-tanya siapa yang setiap pagi mengganti bunga itu di sana? Karena Alicia tidak pernah melihat pelayan melakukannya. Dan jika Lucius yang melakukannya, itu terdengar sangat mustahil. Alicia berhenti bertanya-tanya dan mencoba menggantinya seorang diri.

Ada banyak jenis bunga di taman; taman yang kata Fio adalah taman pribadi tuan mereka, Alicia tidak tahu apa artinya. Dan dari semua bunga itu, Alicia hanya memilih daisy karena mungkin, baginya, jika dia memetik mawar, kesannya akan sangat jelas bahwa dia telah memetiknya. Daisy tumbuh berserakan di sana, memetik beberapa tangkai tidak akan terlalu kentara, kan.

Dan sembari melakukannya, Alicia teringat tentang keluarganya di desa. Dadanya mulai terasa sesak. Dia berhenti memetik tangkai bunga dan duduk di kursi taman, kembali melamun.

Matahari tadinya bersinar terik, tapi kemudian tidak lagi, salju lantas turun mengecup warna hijau yang mulai pudar pada taman itu, seseorang menghampiri Alicia sambil membawa mantel tebal.

"Nona Alicia, ayo masuk!" bujuknya terburu-buru sembari menyampirkan mantel itu ke bahu Alicia. "Anda tidak seharusnya berada di luar dalam cuaca dingin seperti ini."

Alicia hanya bergeming, kemudian berjalan di belakang sang kepala pelayan yang tampak tergopoh-gopoh.

"Ada apa, Harrieth?" tanya Alicia penasaran karena wajah cemas dari kepala pelayannya.

Tanpa menghentikan langkahnya, Harrieth menjawab, "Tuan Lucius pulang lebih awal. Dia telah membebaskan Fio dari sel. Oh kau harus cepat, Nona. Aku tidak ingin Tuan tahu kau berjalan-jalan di luar dengan keadaan yang masih tidak stabil."

Sekarang Alicia mengerti kenapa Harrieth tampak cemas. Dan Alicia pun punya alasan juga untuk merasakan hal yang sama. Tapi yang pasti, informasi bahwa Fio telah dibebaskan membuat Sophia lega.

Harrieth membawa Alicia masuk melalui dapur, melewati para pelayan yang tengah sibuk menyiapkan makan siang. Alicia merasakan tatapan mata mereka beberapa terasa menusuk punggungnya. Ketika Alicia menoleh, memang, beberapa dari mereka tampak menatap Alicia. Beberapa terlihat malu-malu dan langsung menunduk, beberapa menatap Alicia secara terang-terangan dan tajam, seolah menyiratkan ketidaksukaan yang jelas. Alicia tidak mengerti, dia tidak pernah mengenal para pelayan selain Harrieth dan Fio. Alicia tidak mengerti kenapa mereka tampak begitu tidak menyukainya.

Harrieth sepertinya tidak menyadari hal itu. Dia menuntun Alicia kembali ke kamarnya. Namun ketika di lorong, mereka justru berpapasan dengan Lucius. Lelaki itu tidak melepas tatapannya dari Alicia. Alicia menunduk dalam.

"Kau bisa kembali ke pekerjaanmu, Harrieth." Alicia mendengar Lucius berkata pada Harrieth yang tentu saja langsung dipatuhi. Padahal Alicia berharap Harrieth dapat menemaninya lebih lama. Karena Alicia yakin dirinya tidak akan tahan berada di sekitar Lucius, dia membenci pria itu.

"Kulihat kau sudah semakin membaik," kata Lucius.

Alicia menatapnya sekilas, kemudian menunduk lagi, pipinya memerah ketika memahami maksud Lucius. "Ya, Tuan," jawabnya dengan suara pelan.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang