Chapter 37 - The Dead Girl

24K 1.7K 127
                                    

Maaf karena apdetannya telat 😁
Semoga chapter ini cukup membayar rindu kalian pada Lucius xixixixixi (mng ada yg kangen sama dia? Haha)

Oh iya, ada WARNING-nya nih 👀 tapi cuma dikit muehehehehehehehehe

Happy reading~

•●※●•

Alicia benar-benar berpikir bahwa semalam dia berbicara dengan Lucius di dalam mimpinya, bukan dengan Lucius yang asli. Dan sekarang Alicia tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata semalam datang dari alam bawah sadarnya. Dan orang bilang bahwa kejujuran berasal dari sana.

Membuat Alicia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah benar itu yang sebenarnya aku inginkan?

Lucius kemudian menegakkan tubuhnya lagi. "Waktumu habis," katanya. Nada suaranya terdengar muram. Dan Alicia menyadari itu, namun dia tidak tahu alasannya. Apa Lucius meragukan ucapannya?

Ketika Lucius berbalik dan hendak pergi, Alicia memanggilnya dengan pelan, berkata, "Apakah boleh?"

Lucius langsung menghentikan langkahnya. Alicia tahu Lucius menunggunya lanjut berbicara, maka dengan susah payah Alicia pun mengeluarkan kata-kata yang sempat menyangkut di tenggorokannya,

"Apakah aku boleh tinggal?"

Keheningan yang terjadi setelah itu membuat Alicia gugup, dia meremas kuat jemarinya di pangkuan, menatap punggung Lucius yang seolah membeku. Namun tiba-tiba saja lelaki itu berbalik dengan cepat. Alicia memekik saat tubuhnya diangkat oleh dua lengan kekar dan dibawa ke ranjang. Lucius tidak bersikap lembut saat meletakkannya sehingga punggung Alicia yang sebelumnya terluka terasa perih. Alicia meringis.

Lucius membungkuk di atasnya, ekspresi lelaki itu keras seperti batu. Dengan buku-buku jarinya yang memerah dan juga sobek karena kegiatan mereka sebelumnya, Lucius membelai wajah Alicia.

Lucius menatap lukanya sesaat, lalu merunduk dan meraih bibir Alicia dalam ciumannya yang panas. Fakta bahwa Alicia sama sekali tidak menolaknya ataupun memberontak, menyulut gairah Lucius sehingga lelaki itu menjauh dan berkata, "Kalau kita melakukannya sekarang, kau akan terluka lagi."

Alicia mendadak lupa dengan pertanyaan lain yang belum sempat dia tanyakan, kata-kata itu mengabur di belakang kepalanya.

Tapi kalau Lucius ingin melakukannya lagi sekarang, maka itu akan menjadi istimewa bagi Alicia, karena pada akhirnya dia mengakui keinginannya yang berasal dari perasaannya yang terdalam dan diketahui Lucius.

Lucius kembali merunduk, hendak menciumnya, namun Alicia segera mendorong dadanya dan mencoba untuk menghapus kabut gairah dari kepalanya sesaat.

"Ti-tidak apa," lirih Alicia.

Ucapan singkatnya itu berarti lebih banyak dari yang Lucius pikir, karena dia nyaris terbakar setelahnya oleh gairah yang segera meminta untuk dituntaskan. Lucius pun menciumnya lagi, lebih panas dan lebih dalam. Dia menyingkap jubah mandi Alicia di bahu dan merasakan kulit halus gadis itu di bawah telapak tangannya yang kasar. Kemudian Lucius melepas ciuman mereka dan mengecup pelan dagu Alicia, lalu turun ke bawah sebelum bibirnya yang panas mendarat di leher Alicia, tempat nadi sang gadis yang berdenyut cepat dan sensitif.

Alicia nyaris kehilangan akal sehatnya lagi. "T-tapi...!" ucap Alicia susah payah.

"Haruskah ada tapi?" kata Lucius setengah menggeram.

"A-aku ingin tahu kenapa—ah! To-tolong hentikan d-dulu..."

"Sesi pertanyaanmu sudah habis, Sayangku."

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang