Ablaze 16 - Ugly Scar

6.9K 560 18
                                    


Sekujur tubuh Alicia meremang. Dan ketika tangan yang kasar dan keras itu akhirnya menyentuh buah dadanya yang ranum, Alicia nyaris berteriak keras. Dia menutup mulutnya dengan punggung tangan. Miliknya di bawah sana sudah sangat basah sampai Alicia malu sendiri pada respon tubuhnya yang menjadi terlalu sensitif ini.

Lucius menjauh dan menemukan manik mata hijau itu menggelap oleh gairah, seolah menyambut hasrat yang telah menggebu-gebu. Ekspresi kenikmatan dan penyerahan sepenuhnya yang tampak di wajah cantik itu membuat pikiran Lucius semakin menggila, dipenuhi oleh bayangan-bayangan sensual yang jauh dari kata moral.

Yang mungkin kalau Alicia tahu, akan membuatnya kabur dari sini sekarang juga.

"Lucius, aku—aaahhh!"

Jemarinya menemukan puting wanita itu, yang kemudian disentuhnya dengan lembut dan dia tekan lalu pelintir di antara ibu jari dan jari tengahnya.

Lucius berbisik sensual di telinga Alicia, "Kau boleh mengeluarkan suaramu, jangan ditahan!"

Alicia menggeleng. Wajahnya merah padam. Dia merapatkan kakinya saat merasakan sesuatu mengalir di pusat dirinya, dia sudah sangat basah di bawah sana.

Lucius terkekeh rendah, mengecup rahang Alicia, lalu beralih mencium bibirnya dengan keras. Dia menjauh sekali lagi, menatap serius ke arah mata Alicia.

"Kau ingin melalukan ini?"

Alicia terlalu malu untuk mengakuinya. Matanya yang basah itu berkedip dengan pelan. Bahkan tanpa mengatakan jawabannya, Lucius seharusnya sudah tahu.

Tidak sabar menunggu jawabannya, Lucius menarik ke atas baju yang Alicia kenakan, sembari memaku tatapan mereka. Lalu Lucius menunduk dan melihat ke arah perutnya.

"Apakah si bayi akan baik-baik saja?"

"...!"

Perasaan Alicia membuncah oleh perhatian yang Lucius berikan kepada anak mereka.

"Dia akan baik-baik saja," jawabnya disertai senyuman lembut.

Mendengar itu, Lucius langsung menarik baju Alicia sampai terlepas. Mata merah pria itu seolah menyala dengan tajam, dipenuhi gairah, tertuju pada dada Alicia yang ranum dan tampak begitu menggoda dengan putingnya yang berwarna merah muda dan telah mengeras sempurna.

Dengan ujung jemarinya, Lucius menyentuh lekukan sensual pinggul Alicia, seolah dia tengah mengamati sebuah karya seni yang amat membuatnya kagum.

Napas Alicia tersengal dan hawa panas yang tercipta di antara mereka membuatnya sedikit berpeluh.

Sentuhan Lucius terhenti pada satu titik di bawah pinggang Alicia. Mata pria itu menyipit. "Kau pernah terluka di sini," katanya. Bukan sebuah pertanyaan, melainkan pernyataan.

Tubuh Alicia sontak membeku, napasnya tertahan di tenggorokan. Dia membelalakkan mata saat menyadari bahwa—

"Apa yang terjadi?" tanya Lucius dengan tajam. Dia menarik tubuh Alicia terbangun lalu membaliknya dengan paksa sehingga punggung Alicia tampak di pandangannya.

Alicia memberontak dan langsung melepaskan diri dari cengkeraman tangan Lucius di bahunya.

Kemarahan tampak di mata pria itu saat tatapan mereka bertemu. Dan gairah yang beberapa detik lalu berkobar, kini telah sepenuhnya padam tak bersisa, tergantikan oleh kengerian yang membuat Alicia mundur seraya memeluk dirinya sendiri.

Tidak. Bagaimana dia bisa lupa dengan bekas-bekas luka itu? Jangankan orang lain, Alicia sendiri bahkan merasa jijik saat melihat dirinya sendiri di cermin.

Bagaimana bisa dia membiarkan Lucius menyentuhnya? Dan melihat semuanya? Pria itu tidak akan pernah menginginkannya setelah ini. Bahkan ketika ingatannya kembali nanti, dia akan merasa sangat kecewa pada Alicia.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang