Ablaze 28 - Chaos

5.4K 544 21
                                    

Dedaunan kering di pinggir jalan beterbangan saat sebuah mobil melaju kencang melaluinya. Lucius duduk di dalam mobil itu dengan pandangan lurus ke depan. Raut wajahnya tampak tenang, tapi kemarahan jelas memancar dari mata merahnya yang menggelap. Sebentar lagi dia akan sampai ke daerah pedesaan, namun Gabrielle masih tidak bisa dihubungi, pun juga bibi Jane. Itu membuat Lucius menekan gas semakin kuat.

Sedikit lagi sebelum dia melewati area perhutanan, tiba-tiba saja seorang perempuan mengenakan gaun berwarna biru keluar dari arah pepohonan, berlari tunggang langgang ke jalan.

Suara teriakan dan decitan ban mobil Lucius terdengar sangat nyaring saat dia mengerem mendadak dan berhenti tepat sebelum menabrak wanita itu. Lucius mengumpat keras. Dia tahu wanita itu baik-baik saja dan entah apa yang dilakukannya di sini, tapi Lucius tidak punya waktu lebih, dia harus segera sampai dan memastikan bahwa Alicia baik-baik saja.

Kemudian wanita yang nyaris Lucius tabrak itu bangkit. Wajahnya yang disorot lampu mobil tampak ketakukan, tubuhnya gemetar hebat.

Lucius menyipitkan mata, merasa bahwa sosok wanita itu tidak asing dalam pandangannya. Sampai kemudian dia tersadar bahwa itu adalah Wendy.

Tanpa pikir panjang, Lucius keluar dari mobil, menghampiri Wendy.

"Tu-tuan Lucius, ke-kenapa kau ... kenapa kau di sini?" tanya Wendy dengan suara gemetar. Dia menghindari tatapan Lucius dan berjalan mundur saat Lucius mendekatinya.

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya begitu? Ibumu mencarimu, ayo masuk ke mobil dan jelaskan padaku apa yang terjadi!"

Wendy menggeleng. Horor tampak di kedua matanya seolah dia baru saja menyaksikan sesuatu yang sangat mengerikan.

"Tidak! Anda tidak seharusnya di sini!" seru Wendy, dia mulai menangis dengan tidak terkontrol. Menjambak rambutnya dan menggelengkan kepala berulang kali.

Lucius mengernyit. Dia mendekati Wendy lagi dan memegang bahunya, berusaha untuk menenangkan wanita itu agar mau masuk ke mobil. Lucius ingin segera pergi dari sini secepat mungkin.

"Tidak. Alicia ...," lirih Wendy.

"...!" Lucius tertegun saat mendengar nama itu. "Kenapa dengan Alicia?" tanyanya, menuntut jawaban.

"Alicia ... aku telah menyakiti Alicia. Aku telah membuatnya terbunuh. Alicia ...!" Wendy menangis histeris.

Dengan kesabaran yang telah menipis, Lucius menarik Wendy berdiri dan memaksa wanita itu untuk menatap matanya.

"Jelaskan! Apa yang terjadi pada Alicia?!" Lucius menatapnya tajam penuh intimidasi.

Dengan tangisannya, Wendy menjawab. "Kalau aku tidak memberi tahu mereka di mana Alicia dan memberikan minuman itu padanya, mereka akan menyakiti ibu dan ayahku."

"...!" Kemarahan semakin berkobar di mata Lucius yang berpendar kemerahan.

"Tu-tuan L-Lucius! Sa-sakit ...!" Wendy merintih saat cengkeraman Lucius pada bahunya semakin mengencang.

Lucius pun melepaskan Wendy. "Masuk ke mobil!" perintahnya.

Namun sebelum Wendy bisa melakukan itu, tiba-tiba saja sebuah mobil melaju mendekat dari arah depan. Lucius juga merasakan kehadiran beberapa orang di samping dan belakangnya. Lalu benar saja, beberapa pria keluar dari hutan. Mobil itu berhenti. Dan kini, mereka mengelilingi Lucius dengan senyum licik di bibir mereka.

Lucius terdengar menghela napas panjang, nyaris merasa jengah dengan situasi ini. Pikirannya sedari tadi telah rancu dari rencana awalnya, yang dia inginkan sekarang hanyalah bertemu dengan Alicia, jadi dia harus menyelesaikan orang-orang ini terlebih dahulu.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang