Ablaze 20 - The Denovan

5.4K 617 17
                                    

LIVING WITH THE DEVIL: ablaze - Chapter 20: The Denovan

Tercium aroma roti panggang yang sampai menembus alam sadar Alicia, membangunkannya. Ketika dia membuka mata, dia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang tampak tidak asing. Dinding berwarna cokelat, sebuah lemari kayu tua, meja rias, dan kipas angin yang digantung di atas lampu, semuanya seolah pernah Alicia lihat sebelumnya.

"Bibi Jane?" gumamnya kemudian, tersadar.

Dia tengah berada di rumah Bibi Jane, tidak salah lagi. Ini adalah desa tempat Lucius menitipkannya dulu, tempat di mana Alicia beranjak remaja, sampai kemudian Lucius datang dan menjemputnya lalu membawanya pergi.

Satu kesadaran diikuti oleh yang lain. Tidak ada Lucius di sampingnya. Hari sudah terang dan semalam dia teringat bahwa dia tertidur di dalam gendongan pria itu.

Sedetik kemudian Alicia langsung turun dari ranjang. Ketakutan merayapinya saat menyadari kemungkinan bahwa Lucius sudah tidak lagi di sana, bahwa pria itu sudah pergi.

Ketika Alicia hendak membuka pintu, pintu tersebut berayun terbuka dari luar dan wajah seorang wanita yang sangat Alicia kenal tampak di pandangannya. Mereka sama-sama terkejut.

"Wendy!"

"Alicia, kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu? Apa kau sudah baik-baik saja?"

"Wendy." Alicia berjalan mendekat, lalu memeluk sahabat yang sudah dia anggap sebagai keluarganya itu. "Aku senang kau baik-baik saja."

Wendy tampak mengernyitkan dahi mendengar ucapan Alicia itu, tapi dia tetap membalas pelukannya dan bertanya dengan nada khawatir, "Kau yakin sudah baik-baik saja? Semalam kau demam dan—"

"Di mana Lucius?" potong Alicia seraya menjauh.

"Tuan Lucius ada di—"

"Alicia."

Ucapan Wendy lagi-lagi dipotong dengan kehadiran Lucius di ambang pintu. Pria itu datang membawa nampan berisi sup, roti, dan susu. Aromanya langsung menyebar ke ruangan. Namun, bukan itu yang menjadi perhatian Alicia, melainkan kehadiran pria itu di sana.

"Lucius!" serunya, berlari mendekat dan langsung memeluk pria itu. Ketakutan yang tadi dirasakannya telah sirna. Dia tersenyum lebar sekaligus penuh haru. "Kupikir kau ...." Alicia tidak sanggup menyelesaikan ucapannya, tidak ingin membuat suasana di antara mereka memburuk, dan lebih baik bersikap seolah dia tidak tahu apa pun.

Menggunakan satu tangannya, Lucius memeluk pinggang Alicia dan tangan yang lain memegang nampan. "Kuanggap bahwa kau sudah sembuh," ucapnya, lalu beralih kepada wanita berambut pirang yang berdiri dengan ekspresi ketakutan di wajahnya.

"Nona Fillbert, bisa tolong tinggalkan kami berdua?"

Wanita itu berjengit, pipinya bersemu merah. Tatapannya yang dipenuhi penasaran sekaligus kengerian memandang Lucius sekali lagi sebelum beranjak pergi.

"Dan kau, menjauhlah! Aku tidak bisa bergerak kalau kau terus memelukku seperti ini."

Sadar bahwa kalimat itu ditujukan kepadanya, Alicia pun mendongak dari dada bidang pria itu yang terasa begitu kokoh. Bibir Alicia cemberut dan dia menatap Lucius dengan sinis.

Lucius balas menatapnya dengan ekspresi lelah. Selama dua hari ini dia berkendara tanpa istirahat yang cukup, lalu setelah itu harus menggendong Alicia sampai ratusan meter, di bawah matanya juga terdapat bayangan gelap. Sontak Alicia pun menjauh saat menyadari itu.

"Maaf," gumamnya dipenuhi rasa bersalah.

Meletakkan nampan berisi makanan ke atas meja, Lucius menyuruh Alicia untuk mendekat, duduk di tepi ranjang bersamanya.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang