Part 84

2.4K 318 875
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENULIS.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👠👠👠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👠👠👠

Enrique masuk ke dalam kamar dan melihat kekasihnya itu sudah bangun sambil bermain ponsel.

Mereka sudah berada di superyacht milik keluarga Mallory, yang sempat Enrique pinjam. Karena menyediakan kamar lebih banyak, masing-masing pasangan jadi kebagian tempat tidur. Bahkan Henry dan Celin pun memutuskan untuk tidur di kamar yang sama.

"Mau sarapan?" Tanya Enrique.

Pagi tadi saat Emma bangun, wanita itu mendadak mual dan muntah-muntah. Tubuhnya melemas dan hanya bisa berbaring tak berdaya. Pusing katanya.

Enrique sempat kelabakan, karena Emma tidak mau apa-apa selain berbaring. Bahkan hanya untuk minum air putih. Meski sudah pernah diberi wejangan jika wanita hamil itu super sensitif dan tidak bisa ditebak, Enrique cukup kaget juga melihat tingkah Emma secara langsung.

Pasalnya baik Rae maupun Shannon tidak mengalami apa yang Emma alami tadi. Dua wanita itu malah anteng-anteng saja dan sibuk makan ini itu bersama pasangan mereka masing-masing.

"Ada makanan apa di luar?" Tanya Emma seraya bangun dari tempat tidur dan membenahi gaun tidurnya.

"Bagel sandwich, croissant, waffle..."

"Aku mau semua." Seru Emma memakai sandalnya dan berjalan menuju meja rias untuk merapikan penampilannya.

Sepertinya mual dan muntah yang Emma alami sudah membaik.

"Akan ku ambilkan." Sahut Enrique.

"Tidak perlu, aku mau makan di luar." Seru Emma mencegah kekasihnya pergi. "Bisa kau membantuku mengikat rambut?"

Enrique mengangguk dan mendekati sang wanita.

"Diikat bagaimana?" Tanya Enrique yang sudah memegang rambut Emma.

TEMPTATION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang