6. Balapan

252 12 0
                                    

Aryo nantangin lo balapan nih, Rin. Kita tunggu di tempat biasa yah. -Chlora-

Arin menghela napas malas. Cowok itu lagi! Kalau tak diladeni, Aryo akan semakin menjadi! Padahal malam ini ia ingin melanjutkan tulisannya. Dengan malas, Arin pun bangun lalu melirik jam weker yang berada di samping kasurnya. Sudah pukul 9 malam. Sepertinya ia akan aman keluar malam ini. Setelah ganti baju dan merubah penampilannya, ia langsung keluar dari kamar. Tak lupa ia juga membawa kunci mobil kesayangannya. Dengan langkah perlahan, ia menuruni tangga dan langsung menuju garasi. Arin tersenyum menatap mobilnya lalu masuk ke dalam mobil. Sudah hampir dua minggu ia tidak turun ke jalan untuk balapan.

"Ayo, Sweetie, kita taklukkan jalan malam ini," gumam Arin lalu melajukan mobilnya meninggalkan rumah. Ia tak sadar kalau sedari tadi Ara, sang Mommy telah memergokinya.

***

Erlan berdiam diri di balkon rumahnya. Ditatapnya langit yang menggelap.

"Tumben kamu masih di luar, Sayang?" tanya Santy lalu menghampiri anaknya.

Erlan mengendikan bahu. Entahlah! Biasanya ia sudah berada di dalam kamar, tapi malam ini entah mengapa ia enggan beranjak dari balkon.

"Sayang, itu bukannya mobil calon menantu Mama yah?" tanya Santy lagi saat melihat sebuah mobil berwarna pink melewati depan rumahnya.

Erlan menengok kebawah. Benar! Itu mobil gadisnya. Mau ke mana gadisnya malam-malam seperti ini?

"Arin mau ke mana, Er?" tanya Santy lagi.

"Gak tau, Ma," jawab Erlan singkat

"Emangnya dia gak kasih tau kamu, Sayang?"

Erlan memggeleng. Sepertinya ia tau ke mana gadisnya pergi kalau tak memberi kabar. "Aku keluar dulu yah, Ma," kata Erlan lalu berlari pergi.

Santy tersenyum geli melihat tingkah anaknya. Tak lama kemudian, ia pun melihat sebuah motor keluar dari rumahnya.

"Erlan mau ke mana, Sayang? Kok buru- buru gitu?" tanya Ardo yang tiba-tiba datang. Tadi ia sedang di kamar mandi, tapi saat keluar, kamarnya kosong. Ia pun mencari istrinya yang ternyata berada di balkon.

"Mau mengejar cinta sejatinya, Sayang," jawab Santy.

Ardo memeluk istrinya dari belakang. Ditaruh dagunya di atas pundak Santy. "Aku serius, Sayang," gumam Ardo.

"Aku juga serius," kata Santy. "Aku ngantuk, tidur yuk!"

Ardo mengangguk lalu melepas pelukannya dan menggendong istrinya menuju kamar.

Sementara itu di rumah Arin.

Vando menatap Ara yang sedang berjalan mondar-mandir. "Ada apa sih, Nona?"

Ara berhenti. Ia menghela napas lalu duduk di samping suaminya. "Arin tadi keluar bawa mobil, Alien."

"Terus kenapa, Nona?" tanya Vando bingung

"Ini udah malam, Bodoh! Arin itu cewek!" seru Ara.

"Yang bilang ini siang dan Arin itu cowok siapa, Nona?" sahut Vando kalem.

Ara mendelik sebal. Suaminya itu benar-benar menyebalkan! Oh, ia lupa dari dulu kan Vando memang menyebalkan. "Cariin kek, Alien!"

"Gak perlu terlalu dicariinlah, Nona. Dia itu udah besar. Jadi percaya aja. Lagian tanpa aku jagain dan cariin pasti Erlan udah gerak duluan," kata Vando.

"Erlan?" ulang Ara.

Vando mengangguk. "Iya Erlan. Pacarnya Arin, anaknya Ardo. Kita kaum pria punya cara sendiri buat menjaga wanita yang kita sayang, Nona. Jadi, mending kita tunggu aja sampai Arin pulang dari pada mondar-mandir gak jelas."

Bad Nerd #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang