19. Sebuah Kenangan

88 5 0
                                    

"Pagi, Mom, Dad," sapa Arin sambil mencium pipi Vando dan Ara. Ia telah pulang dari rumah sakit kemarin siang dan langsung ingin masuk sekolah hari ini. Ia bosan bila hanya di rumah. "Eh ada Kak Vian sama Kak Vion. Pagi."

"Pagi kesayangan Kak Vion," balas Vion. "Kak Vion gak dicium?"

Arin terkekeh lalu mencium pipi Vion dan Vian.

"Kayaknya Kak Vian gak minta dicium deh," ungkap Vian.

"Kan biar adil," jelas Arin.

"Kok gue enggak?" protes Gio. "Curang!"

Arin kembali terkekeh lalu mencium pipi kembarannya itu.

Ara menggeleng melihat tingkah anak dan keponakannya. Oh, tidak lupa suaminya juga.

"Kak Vian suapin aku yah?" pinta Arin. Kedua kakak sepupunya itu jarang-jarang main ke rumah. Jadi, saat mereka main ke rumah itu adalah kesempatan Arin untuk bermanja selain ke sang Daddy.

"Oh, jadi gitu yah, kalau ada Vian, Daddy dilupain," gerutu Vando.

"Daddy suapin aku aja," ujar Gio. Vando pun mengangguk dengan semangat lalu mulai menyuapi anak laki-lakinya, sementara Vian mau tak mau menyuapi Arin yang sudah menatapnya dengan mata berbinar. Siapa bilang Vian tidak luluh? Ia akan selalu luluh kalau Arin yang melakukannya.

"Aku minta suapin sama Aunty aja deh kalau gitu," ucap Vion.

"Gak boleh!!" seru Vando langsung. "Kamu makan sendiri aja! Kalau gak Uncle yang suapin kamu, gak boleh sama Aunty!"

"Udah tua bukan makin waras, tapi makin lebay," cibir Vian.

Vando tak menyaut. Ia hanya mendengus kesal lalu menatap istrinya. "Pokoknya jangan mau kalau ada yang minta suapin yah, Nona!"

Ara memutar bola mata malas. Ia bingung bagaimana ia bisa bertahan dengan alien lebay yang satu ini.

"Oh, yah, Mom, Dad," tutur Arin. "Aku inget pas lagi ngobrol bertiga aku, Kaila, dan Aryo, Aryo bilang katanya Papinya dia kenal sama Mom dan Dad. Terus Papi Aryo nyuruh Aryo buat jagain aku atau pun Gio. Papinya juga bilang, kehilangan itu menyakitkan karena sang Papi pernah kehilangan sang Mami saat melahirkan dia. Papinya akhirnya tau rasanya saat berada diposisi Daddy dulu. Papinya bersyukur Daddy gak selamanya kehilangan Mommy. Aryo nanya apa Daddy sama Mommy kenal sama Papinya dia? Aku bilang gak tau, karena emang aku gak tau."

Vando terdiam. Kenangan itu kembali hadir. Masa-masa terburuk dalam hidupnya. Mendadak ada rasa penyesalan yang menyusup ke hatinya.

Ara menengok menatap suaminya yang terdiam. Kenangan yang membuat suaminya trauma pasti kembali hadir. Bahkan sebelum anaknya mengatakan semua ini, trauma suaminya sudah muncul kembali tepat di mana dia mendapatkan kabar kalau Arin kecelakaan. Namun, mati-matian suaminya bersikap tenang walau dengan bergemetar. Dan sekarang Arin menceritakan sesuatu yang membuat luka lama terbuka semakin lebar lagi. Luka di mana akhirnya semuanya terluka.

"Alien," panggil Ara.

Vando menengok lalu menampilkan senyumannya. "I'm fine, Nona."

"Ada apa sih Mom, Dad?" tanya Arin. "Dari kemarin kayaknya main kode-kodean mulu! Aku kan bukan anak pramuka, jadinya gak ngerti!"

"Aku yang anak pramuka aja gak ngerti kode-kode dari wanita. Terlalu rumit dan sukar di mengerti," sahut Vian. "Oh, iya, gimana keadaan kamu?"

"Seperti yang Kak Vian lihat," jawab Arin.

"Siapa sih musuh kamu yang berani bikin kamu celaka? Bilang sama Kak Vion biar kakak yang tangani," timpal Vion.

"Sok-sok'an tangani musuh, Arin. Syarin pms aja kamu kabur!" sindir Vian.

Bad Nerd #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang