27. Oraurus

80 4 0
                                    

"Gue salah apa lagi?" gumam Erlan lalu mengejar gadisnya. Saat langkahnya telah sejajar, ia pun meraih dan menggenggam tangan gadisnya. "Pelan-pelan jalannya, nanti lo jatuh."

Arin pun memperlambat langkahnya. Demi kerang ajaib ulululululu, dia masih kesal. Namun, kalau dipikir-pikir dia juga yah yang bego, harusnya kan ia tau mana mungkin Erlan benaran mengajaknya keliling Indonesia.

"Maaf," kata Erlan sungguh-sungguh.

Arin mendengus. "Hari ini lo udah tiga kali bilang maaf, sekali lagi lo bilang maaf ntar lo dapat payung cantik."

"Gak perlu payung cantik, karena gue udah dapet gadis cantiknya di samping gue."

"Wow, gue tersanjung." Arin berusaha menahan senyumnya. Ia bisa merasakan pipinya menghangat. "Jadi kita mau ke mana?" tanya Arin berusaha mengalihkan topik. Ucapan Erlan terkadang buruk bagi kesehatan jantungnya.

"Kalau lo gak mau keliling Indonesia, gimana kalau kita ke zaman purba?"

Arin mengernyit. "Emangnya di sini ada tempat yang nyediain kayak pintu ke mana saja doraemon sampai kita bisa ke zaman purba?"

"Ada, ayo!"

Arin mengangguk semangat. Ia mempercepat langkahnya kembali. Ia penasaran. Apakah benar ia bisa berada di zaman purba? Namun, langkah Arin terhenti saat Erlan menahan tangannya. Ia pun menatap Erlan bingung. " Kenapa?"

"Pelan.pelan.nanti.lo.jatuh." Erlan berkata tajam.

Oh, Arin lupa. Selain Daddy dan Gio, kekasihnya itu juga sangat posesif dan over protective. Percayalah, kalau sampai ia jatuh karena kelalaiannya, Arin bisa memastikan Erlan tidak akan pernah mengajakanya lagi ke sini.

Mereka pun kembali melangkah. Suasana Taman Mini tampak ramai karena hari ini hari libur. Arin menoleh, menatap kekasihnya saat merasakan aura berbeda dari kekasihnya.

"Ada apa lagi?" tanya Arin. Ia bergidik. Ia paling takut kalau Erlan sudah mengeluarkan aura seperti ini. Aura gelap dan dingin menjadi satu dipadukan tatapan tanpa ekspresi itu.

"Rasanya gue pengen colok mata cowok-cowok sialan itu yang berani natap lo terang-terangan, Seblak." Erlan berkata tanpa nada.

"Meraka kan cuma ngeliatin gue doang, Santen," ujar Arin. Kalian tau? Erlannya bisa berubah menjadi lebay seperti Daddy-nya. Ya, seperti sekarang.

"Tapi gue gak suka."

"Kalau gitu kenapa gak sekalian aja lo karungin gue biar gak ada yang liatin." Arin berkata kesal.

"Ide bagus," ucap Erlan kalem.

Arin melongo. Ia pun menghentakan tangan Erlan dari tangannya. Langkah mereka kembali berhenti. Arin berdecak sebal. Kalau kayak gini mereka kapan sampainya ke zaman purba?

"Gue salah apa lagi?" tanya Erlan bingung. Ditatap gadisnya yang sedang merajuk itu.

"Lo nyebelin!"

"Oke."

"Lo kejam!"

"Di tolak. Kalau gue kejam, gue gak akan peduli dan akan biarin lo terluka, Seblak."

"Lo lebay!"

"Perlu kaca?"

"Lo mesum!"

"Oke." Erlan masih menunggu gadisnya meluapkan emosinya. Beberapa menit berlalu, tapi Arin tak bicara juga."Masih ada lagi?"

Arin menggeleng.

Erlan tersenyum lembut menatap gadisnya. Angin yang berhembus membuat rambut gadisnya ikut beterbangan. Dengan gerakan reflek, Erlan pun menyelinapkan anak rambut yang beterbangan tadi ke telinga Arin. "Lo milik gue, Seblak, dan gue gak suka kalau ada orang yang terang-terangan menatap milik gue penuh minat. Itu sama aja dia ngajakin perang," kata Erlan lembut sambil menangkup kedua pipi gadisnya.

Bad Nerd #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang