"Mommy." Arin langsung berlari kepelukan Ara saat sampai rumah. "Miss you," katanya dengan nada manja.
Ara membalas pelukan anak gadisnya itu. "Miss you too, Sayang."
"Sayang, kamu udah belum peluk Mommy-nya?" tanya Vando.
Ara dan Arin pun menatap Vando bingung.
"Kenapa, Dad?" tanya Arin lalu melepaskan pelukannya.
"Daddy kan juga mau peluk Mommy kamu, Sayang." Vando menyengir lebar. Tanpa aba-aba, ia pun langsung menarik Ara ke dalam pelukannya. "Aku kangen banget sama kamu, Nona."
Ara tersenyum tipis dalam pelukan Vando. Pasti sebentar lagi akan nada protesan dari suaminya dengan nada sedih karena ia hanya diam saja.
"Kamu gak kangen sama aku, Nona?" gumam Vando.
Nah benarkan perkiraan Ara. Ara pun mendongak menatap Vando. Ia tersenyum lalu berjingkat untuk mengecup bibir Vando sekilas. "Miss you too, Alien."
Raut wajah sedih Vando menghilang, berganti dengan senyum lebar. Ia pun mempererat pelukannya, sementara itu Arin memutar bola mata malas.
"Alien, aku masih mau hidup," kata Ara dengan suara tercekat.
Vando pun langsung melepas pelukannya. Ia tidak sadar kalau terlalu kencang memeluk istrinya. Ditatapnya Ara dengan cemas. "Maaf, Nona, aku gak bermaksud nyakitin kamu," sesal Vando.
"Oke, dimaafkan."
Arin mulai bosan dengan drama orang tuanya. Namun, sepertinya ada yang kurang. Oh, iya! Kembarannya! Arin belum melihat Gio juga dari tadi.
"Gio di mana, Mom?" tanya Arin bingung.
"Di kamarnya, Sayang, masih tidur." awab Ara.
"Tumben?" kata Vando bingung, Hari sudah menunjukan pukul 09.00 WIB dan Gio masih tidur? Tidak biasanya Gio tidur sampai sesiang ini.
"Iya, Mom, kok tumben Gio belum bangun, kan biasanya dia duluan yang bangun dari pada aku." Arin menatap Ara curiga. "Mommy lagi gak nyembunyiin sesuatu kan?"
"Jangan bilang Gio kabur dari rumah, Nona?!!" seru Vando panik.
"Jangan suka negative thiking," kata Ara. "Gio gak kabur, tenang aja. Dia beneran masih tidur."
Ara berdecak sebal menatap Vando dan Arin yang mengernyitkan dahi. Kalau diperhatikan kenapa mereka bisa mirip yah? Tanpa sadar Ara menepuk dahinya saat menyadari pertanyaan konyol yang dikeluarkan di otaknya tadi. "Mungkin efek obat tidur yang Mommy berikan masih ada. Nanti juga bangun kok," kata Ara kalem.
"OBAT TIDUR?!!" jerit Vando dan Arin bersamaan. Mereka menatap Ara ngeri.
"Kamu pasti bercanda kan, Nona?"
"Iya, Mommy pasti bercanda!"
Ara melengos lalu duduk di sofa. "Apa Mommy terlihat seperti orang bercanda?"
Arin dan Vando menggeleng.
"Tapi kenapa?" tanya Arin. Ia masih tak percaya Mommy-nya memberikan Gio obat tidur. Sementara itu Vando hanya terdiam sambil menatap istrinya. Mereka berdua masih berdiri di tempat semula, tanpa geser sedikit pun. Bahkan, kaki Vando seolah kaku hanya untuk menyusul istrinya duduk yang tak jauh beberapa langkah dari depannya.
"Kemarin malam Gio gak tidur sampai pagi, makanya pas aku kasih susu tadi malam aku mencampuri sedikit obat tidur agar dia tidur dengan nyenyak," jawab Ara kalem. "Bukankah begadang itu juga tidak bagus untuk kesehatan?"
Vando dan Arin mengangguk.
"Kalian gak capek diri aja di situ?" cibir Ara.
Vando pun duduk di samping Ara. Raut cemas itu masih terlihat. "Tapi, Nona, Gio masih bisa bangun kan nanti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Nerd #3
HistoryczneLagi-lagi Arin harus pindah sekolah karena di-DO. Arin sih tidak masalah, tapi yang jadi masalah adalah ia dimasukan ke sekolah yang sama dengan Gio dan Erlan. Dua cowok yang sangat, ah sudahlah, nanti kalian juga tau. Tak hanya itu, ia juga terpaks...