"Kamu udah pulang, Sayang?" tanya Santy saat Erlan, anaknya memasuki rumah.
Erlan tak menjawab. Ia hanya mengangguk tanpa menghentikan langkahnya menuju kamar. Santy sendiri menatap bingung punggung anaknya yang menjauh itu. Tak biasanya Erlan pulang dengan wajah kusut seperti itu. Satu-satunya yang bisa membuat Erlan seperti itu adalah Arin, kekasih anaknya. Santy tersentak saat Erlan menutup pintu kamar dengar kencang. Pasti ada yang tidak beres, batin Santy. Tapi apa? Masa Erlan dan Arin putus? Oh, itu sangat tidak mungkin, tapi itu bisa saja mungkin terjadi, tapi masa iya? Santy pun beranjak dari sofa. Ia harus menemui Ara, mommy pacar anaknya yang tinggal tepat di sebelah rumahnya. Ia ingin bertanya, apa yang sebenarnya terjadi, karena akan sangat percuma bila ia bertanya pada Erlan. Ia pun tergesa-gesa menuju rumah Ara. Bilang saja ia kepo, tapi yang namanya orang tua bukankah selalu ingin tahu tentang anaknya?
***
"Kamu udah sampai rumah, Nona?" tanya seseorang dari seberang sana.
"Udah, baru aja sampai, Alien," jawab Ara. Ara pun menyenderkan punggungnya ke sofa. Hari ini rasanya sangat melelahkan. Apa lagi tadi ia harus menghajar orang-orang kurang ajar itu. Memang yah, umur tidak bisa membohongi.
"Kamu pulang dengan selamatkan, Nona? Gak ada yang luka?" tanya Vando cemas.
"Iya, tenang aja, gak ada yang luka sedikit pun kok, Alien," sahut Ara mencoba menyakinkan suaminya. Suaminya tidak boleh tau kejadian hari ini, karena kalau suaminya tau, bisa-bisa suaminya langsung lupa dengan hukuman anaknya dan akan langsung memutuskan pulang. Lagi pula, memang benar kok kalau ia tidak terluka sama sekali.
"Syukurlah kalau begitu." Vando menghela napas lega. "Gimana dengan Gio, Nona?"
Ara mendengus mendengar nada sedih itu. Sekali-kali Vando memang harus menunjukan sikap tegasnya. "Gio gak gimana-gimana kok, Alien. Cuma lagi ngambek aja. Tadi sempat nangis tapi udah berhenti. Arin sendiri gimana, Alien?"
"Arin sibuk sama bunda, Nona," jawab Vando.
"Baguslah," kata Ara
"Nona," panggil Vando.
"Apa?"
"Kangen."
Ara kembali mendengus. Suaminya memang benar-benar. "Baru aja gak ketemu sebentar, Alien!"
"Bahkan aku kangen sama kamu setiap detik, Nona, selama jantungku masih berdetak."
"Dasar lebay!" cibir Ara. Ia tak bisa membohongi dirinya, kalau saat ini wajahnya memanas. Mungkin kalau Vando ada di hadapannya, ia akan diledek habis-habisan karena rona di wajahnya.
"Dan kamu adalah istri dari si cowok lebay itu," kekeh Vando.
Ara memutar bola matanya. "Ada Santy, Alien. Nanti lanjut lagi yah," kata Ara saat matanya menangkap sosok yang memasuki rumahnya tanpa mengetuk pintu. Untung rumahnya tidak di kunci, kalau di kunci mungkin Ara suka ngibrit sekarang ke kamar Gio.
"Oke, love you," ucap Vando.
"Love you too," balas Ara. Sambungan telepon pun terputus.
"Ada apa?" tanya Ara saat Santy sudah duduk di sampingya.
"Erlan sama Arin putus?" Santy bertanya langsung.
"Kata siapa?" Ara bingung. Memangnya benar Arin dan Erlan putus?
"Enggak kata siapa-siapa sih," jawab Santy cengengesan.
"Terus lo dapat dari mana pemikiran bodoh itu?" ketus Ara. "Lo lagi gak sakit kan?"
"Kok jahat sih?" Santy cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Nerd #3
Historical FictionLagi-lagi Arin harus pindah sekolah karena di-DO. Arin sih tidak masalah, tapi yang jadi masalah adalah ia dimasukan ke sekolah yang sama dengan Gio dan Erlan. Dua cowok yang sangat, ah sudahlah, nanti kalian juga tau. Tak hanya itu, ia juga terpaks...