KING OF SNAKE

KOS #10

Author pov

Pagi ini Nathan sudah berada di kediaman Anna karena undangan dari Arman.
Nathan sempat meminta ijin untuk masuk kekamar Anna, menelisik tiap sudut kamar Anna dan sempat menitihkan air mata kembali.

"Bagaimana kabarmu Nathan?" tanya Arman.
"Tidak bagus Paa, masih seperti ini." jawab Nathan.
"Nathan, Papa mengundangmu kesini untuk membicarakan tentang Anna." ujar Arman.
Nathan terlihat bersemangat begitu mendengar nama Anna disebut "Anna? Anna sudah ditemukan Paa?dimana Anna sekarang Paa, aku ingin sekali bertemu.".
"Tidak Nathan, Anna masih belum ditemukan justru ini yang jadi masalahnya." papar Arman.
"Maksud Papa?" Tanya Nathan.
"Papa dan keluarga besar Papa telah mengikhlaskan Anna, merelakan Anna pergi meninggalkan kita semua disini." tutur Arman.
Nathan bagai tersambar petir mendengar ucapan Papa Arman "Paa aku sangat yakin Anna masih hidup, tolong Papa jangan begini kasian Anna, Anna pasti ingin pulang tapi Anna belum menemukan caranya untuk kembali Paa.".
"Sadarlah Nathan ini sudah berbulan-bulan lamanya, dari pihak polisi dan semua tim yang bertugas sudah menyerah dari bulan lalu. lantas apa yang mau diharapkan, jalan terbaik saat ini adalah mengikhlaskan Anna agar tenang disana." ujar Arman.
"Paa, aku mohon jangan hentikan pencarian Anna." pinta Nathan.
"Tidak Nathan, kita tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan ini. mungkin ini memang jalan yang tuhan kehendaki untuk Anna dan cara tuhan mengambil Anna dari kita Nathan." ujar Arman.
"Paa, saya mohon sekali." bujuk Nathan.
"Nathan kalau kamu ikhlas dan rela Anna pasti bahagia disana. biarkan Anna tenang dialam sana, mungkin ini memang jalan terbaik dari tuhan untuk kita." cicit Arman.
"Baik Paa, aku sendiri yang akan mencari keberadaan Anna." ujar Nathan lantas pergi begitu saja.

Nathan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, yang ia pikirkan saat ini adalah cepat sampai di Sekolah Anna untuk meminta pertanggung jawaban dari pihak Sekolah Anna.

Sesampainya disana ia memarkirkan mobilnya sembarang kemudian bergegas menuju ruang Kepala Sekolah.

"Permisi, dimana kepala sekolah?" Tanya Nathan datar.
"Maaf, beliau belum datang mungkin sebentar lagi, silahkan tunggu sebentar pak." ujar staf TU.
"Baik." jawab Nathan singkat.

Dengan rahang mengerat Nathan memainkan jemarinya diatas meja dengan kasar dan gemetar.
Tak selang lama orang yang ditunggu telah hadir dan langsung menyapanya "selamat pagi Pak Nathan.".
Tanpa menjawab sapaan dari kepala sekolah Nathan justru menarik kerah kemejanya dan memarahinya "kata Anda pihak sekolah akan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada saat study tour tapi apa sekarang hah. Bahkan sampai detik ini Anna juga tidak kembali, dimana rasa tanggung jawab yang Anda bilang, dimana!".
Dengan suara tercekat dan takut Pak Wayan mencoba berbicara dengan baik kepada Nathan "Pak Nathan yang sabar, semua ini diluar perkiraan kita semua dan kita juga sudah di bantu oleh pihak kepolisian beserta jajarannya untuk mencari keberadaan Anna dimana namun, memang saat ini belum ada titik temu dimana Anna berada jadi, saya mohon bantuannya dengan Anda mengerti posisi saya disini Pak.".
"Mau sampai kapan Anda berbicara seperti ini Pak, yang saya mau dengar cuma Satu, Anna segera ditemukan atau saya akan memenjarakan anda!" seru Nathan penuh emosi.
"Anda tidak bisa begitu Pak Nathan, saya sudah melakukan sebisa dan semampu saya untuk dapat menemukan Anna tapi Tuhan belum memberi izin Anna kembali jadi tolong bersabar dan kita sama-sama mencarinya." ujar Wayan.
"Saya sudah tidak bisa untuk bersabar dan menunggu lagi. Saya mau sekarang juga Anna ditemukan!" sarkas Nathan.
"Tapi pak say__" belum selesai berucap sebuah pukulan keras menghantam wajahnya.

Bugh

Guru dan staf yang tidak sengaja melihat kejadian tersebut dengan cekatan melerai pertikaian diantara keduanya.
Nathan yang tersulut emosi dan amarah dengan membabi buta menghajar Pak Wayan juga Staf yang menolongnya terkena pukulan juga.