13. 🦋

782 57 3
                                    

Setelah pergi dari cafe, Johnathan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pergi dari cafe, Johnathan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia berniat untuk membeli beberapa barang dan makanan untuk ayahnya karena kejadian tidak mengenakkan malam hari itu ketika Johnathan meninggalkan ayahnya di sebuah restoran. Johnathan memarkirkan mobilnya di depan toko jam tangan, lalu ia memasuki toko itu sambil melihat-lihat. Dari samping Johnathan terlihat sebuah wanita paruh baya namun terlihat awet muda dengan penampilan elegant baju blouse, rok span, sepatu heels, dan kacamata hitam. Wanita itu berjalan menghampiri Johnathan.

"Jo?" Panggil wanita itu sambil melepas kacamata hitamnya.

Johnathan langsung menengok ke arah samping. Ia terkejut. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal, dan tatapan matanya yang tajam menusuk wanita paruh baya itu.

"Kenapa kamu gak pernah ngebales pesan dari mama, sayang? Udah besar ya kamu mama sampai pangling liatnya." Wanita itu tersenyum dan mengusap rambut Johnathan. Johnathan menepis kasar tangan wanita itu.

"Ngapain kesini lagi?!" ujar Johnathan yang menahan emosinya.

"Mama kangen sama kamu. Mama juga udah janji sama ayah kamu buat ketemu." Mamanya Johnathan tersenyum simpul.

"Kalo udah pergi ya gak usah balik! Buat apa balik kalo cuma mau ngasih tau tentang nikah lagi?! Mau tambah nyakitin ayah?!" Johnathan sudah tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Bukan gitu maksud mama. Mama mau minta maaf sama ayah dan kamu." Mamanya Johnathan terdengar frustasi.

"Gak penting kata maaf dari lo! Sono nikah aja gak usah dateng lagi ke gue sama ayah! Gue sama ayah dah bahagia tanpa lo!" Setelah mengucapkan itu, sebuah tamparan mendarat di pipi Johnathan.

"Ini balesan kamu buat mama?! Mama dah ngelahirin kamu!" Mamanya Johnathan membentak.

"Gue juga gak sudi dilahirin sama lo!" Johnathan berjalan meninggalkan toko. Banyak orang yang melihat pertengkaran itu, namun Johnathan acuh dengan tatapan orang-orang yang tanpa sadar Dorriel sedari tadi juga berada di sana dan menyaksikan pertangkaran itu.

Johnathan duduk di pinggir trotoar jalan lalu menyalakan vapenya. Air mata mengalir dari mata tajamnya. Menatap jalanan dengan tatapan kosong. Dorriel memberanikan diri menghampiri Johnathan lalu memberikan sebuah es kopi. Johnathan terkejut dengan kehadiran Dorriel. Sudah dipastikan Dorriel mengetahui kejadian tadi. Setelah Johnathan mengambil kopi itu, Dorriel duduk di sebelah Johnathan.

"Lo gak papa?" Dorriel bertanya dengan pelan.

"Liat sendiri kan tadi gimana." Johnathan mengusap air matanya yang masih terjatuh meskipun ia menahannya karena malu kepada Dorriel.

"Nangis aja, Jo. Gak usah di tahan. Nangis bikin lo sedikit tenang daripada cuma ditahan." Dorriel menatap Johnathan dengan perasaan iba.

Johnathan membuang vapenya lalu menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. Ia menangis sejadi-jadinya. Johnathan yang terkenal jutek, dingin, dan bahkan tukang pukul sekarang menjadi Johnathan yang cengeng di hadapan Dorriel yang notebenenya adalah musuhnya. Dorriel menepuk-nepuk punggung Johnathan dan menunggu sampai Johnathan puas mengeluarkan air matanya. Sungguh ini adalah momen yang tidak disangka oleh Dorriel. Tadinya Dorriel mengikuti Johnathan ketika pergi dari cafe untuk memamerkan motor balap barunya karena diejek sirik oleh Johnathan. Namun alhasil Dorriel malah melihat kejadian sensitif ini.

𝐌𝐲 𝐄𝐧𝐞𝐦𝐲, 𝐌𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 || Johndo || END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang