1

5.2K 340 17
                                    

Hallo....

Nggak bosen-bosen author ngingetin buat VOTE & KOMEN.

Happy Reading Guys✨

Darel melajukan motornya menuju rumah barunya. Sekitar seminggu yang lalu keluarga nya memutuskan pindah, awalnya berencana pindah keluar kota tetapi dibatalkan dengan alasan yang kurang jelas.

Darel memasuki perumahan elit. Rata-rata penghuni perumahan itu jika bukan pejabat pasti pengusaha kaya raya. Darel membulatkan matanya saat melewati rumah musuh bebuyutannya. "Sialan gue baru inget kalau Arga tinggal disini juga." Dan lebih parahnya lagi mereka tetanggaan.

Tin tin
Gerbang hitam yang menjulang tinggi dibuka oleh satpam. Darel langsung masuk dan memarkirkan motornya digarasi.

Pemuda itu mengacak rambutnya. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya lewat pintu utama.

Ceklek
"Bagus! Kelayapan seminggu pulang-pulang babak belur." Seorang wanita paruh baya bersedekap dada.

Darel cengengesan mendekat ke arah wanita yang menjadi ibunya memeluknya dengan erat.

"Maafin Darel ya bun."

Fira membalas pelukan anaknya. "Sekarang minta maaf besok diulangin lagi. Udah diobatin belum?"

"Udah bundaaa."

"Makan dulu bang. Udah ada ayah sama Cahya." Fira menggandeng Darel menuju ke meja makan.

"Daren kemana bun?"

"Biasalah kakak kamu lagi bimbel."

Darel mengangguk. Daren dan Darel adalah saudara kembar. Tetapi sifatnya bertolak belakang. Daren si ambis dan Darel si brandal. Wajah mereka juga tidak terlalu identik. Maka banyak yang tidak percaya jika Daren dan Darel saudara kembar.

"Abang pulang?" Cahya bangkit dari kursi berlari menuju kakak laki-lakinya untuk memeluknya.

Darel terkekeh melihat adiknya yang senang melihat ia pulang kerumah. "Kangen?"

Cahya mengangguk. "Enggak."

Ekhem

Deheman seorang paruh baya membuat kakak beradik itu melepaskan acara berpelukan.

Cahya dan Darel duduk dikursi. Mulai memakan masakan bundanya. Suasana hening karena kepala keluarga tersebut melarang berbicara saat mmakan

"Tawuran lagi?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Dafa.

Darel menatap ayahnya dan mengangguk. Tangannya mengambil gelas berisi air putih dan meminumnya.

"Apa untungnya tawuran? Contoh kakak kamu tuh berprestasi membanggakan keluarga."

Takk
Darel meletakkan gelas dengan kasar. "Ini yang bikin aku nggak betah di rumah. Selalu begini dibandingin!"

"Bukan ngebandingin tapi ngasih kamu motivasi agar kamu belajar giat seperti kembaran mu," ujar Dafa.

"Tapi Darel nggak suka! ayah amnesia sama kelakuan ayah dulu waktu SMA? dikira aku nggak tau kali." Nenek Darel sempat cerita kebandelan ayahnya dulu, bahkan kelakuannya melebihi Darel.

Dafa mendengus, selalu begitu. Memang sih jika dipikir Darel mengikuti sifatnya sedangkan Daren mengikuti sifat ibunya. Dafa cukup tahu diri karena buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Dan sekarang ia merasakan menjadi orang tua.

"Bang tetangga sebelah ganteng tau," ujar Cahya duduk didamping Darel di ruang tamu.

Darel yang sedang fokus dengan hp langsung menatap adiknya. "Jangan deket-deket sama dia."

ARGADANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang