3

4.7K 267 2
                                    

Suasana pagi di keluarga fairuz cukup ricuh karena ulah si kembar tentunya, arkan tidak terima sepatu kesayanganya yang di belikan sang ayah sekarang keadaan kotor karena ulah arhan kemarin pergi memakai sepatunya tanpa izin pula dan sekarang nasib sepatunya sangat mengenaskan, tergeletak di belakan pintu dapur dengan keadaan shol putihnya terkena kotoran kucing dan tidak langsung di cuci oleh arhan.

Sedangkan arhan juga tidak terima di tuduh tidak tidak oleh arkan, iya memang benar itu sepatu yang mengotori arhan tapi tidak sepantasnya arkan sampai menyudutkanya"kayak lo nggak pernah pakai sepatu gue aja!"

arkan melempar bantal ke arah arhan, untung saja arhan mempunyai reflek yang cukup bagus hingga bantal itu tidak mengenainya"iya gue pernah pakai sepatu lo! Tapi gue nggak pernah ngotori sepatu lo sampai separah itu dan kalau kotorpun langsung gue cuci nggak kayak lo malah di gletakin belakang pintu! Biar gue nggak tahu gitukan makanya lo taruh di belakang pintu dapur"

"bacod lo, tinggal suruh bu mina nyuci sepatu lo aja apa susahnya! Pagi pagi udah bikin emosi saja"gerutu arhan. Bu mina adalah salah satu asisten rumah tangga yang bertugas sebagai tukang cuci di rumahnya, memang setiap kerjaan rumah ini selalu ada asisten rumah tangga, walau di rumah ini banyak asisten rumah tangga jika urusan masak memasak itu urusan luna yang menyiapkan.

Arkan menunjuk nunjuk arhan dengan jari telunjuknya"anjing lo jadi orang nggak mau tanggung jawab! Biasanya nyusahin orang"

"bacod! Lo ngatain gue bisanya nyusahin orang, emang lo nggak pernah nyusahin orang? Nyuci baju masih di cuciin! Makan masih di masakin! Setrika masih di setrikain! Emang lo di rumah ini pernah ngapain ngatain gue bisanya nyusahin orang"

Luna masuk ke dalam kamar si kembar karena dari tadi ia mendengar pertengkaran mereka berdua, awalnya luna tidak berniat ikut campur tapi sudah 30 menit lebih adu mulut mereka tidak selesai selesai"ya allah ini masih pagi, tapi kalian sudah berantem, apa nggak capek setiap hari berantem mulu! Bunda saja yang dengerin kalian berantem capek!"

"kakak tuh bun pagi pagi udah bikin mood ancur"

Arkan menghembuskan nafas kasar"lo juga jadi orang nggak mau tanggung jawab"

Luna menutup matanya agar emosinya bisa terkontrol, punya anak dua saja selalu bikin naik darah gimana mau punya anak lagi bisa bisa luna struk muda"sudah sudah! Nanti bunda cuci sepatunya dan ini jam 6 adek sudah suntik insulin"

Arhan membulatkan matanya ia baru sadar kalau dirinya belum suntik insulin, ini semua gara gara arkan kalau arkan tidak mengajaknya berantem pasti arhan tidak lupa"belum lah kakak aja dari tadi ngajak berantem"

Tanpa mengeluarkan kata kata luna berjalan ke arah nakas untuk menyiapkan insulin untuk arhan. Arhan yang melihat luna mengambil set insulin langsung berjalan ke arah kasurnya.

Sensasi dingin saat alkohol swab menyatu dengan kulit lengan tangan atasnya kemudian di susul rasa nyeri dari jarum kecil yang menembus kulit putihnya"kapan ya bun aku sembuhnya"

Ada rasa nyeri yang menembus hati luna saat mendengar setiap arhan berkata seperti itu, ibu mana yang tega melihat anaknya setiap mau makan apapun harus di bergelut dengan suntikan, tidak bisa bebas makan dan minum seperti kebayakan orang, andai saja luna bisa menggantikan itu semua pasti sudah luna gantikan sejak dulu.

Arkan yang mendengar perkataan arhan seperti itu juga ikut ikutan sakit apalagi saat melihat raut luna yang menuyendu setelah mendengar ucapan arhan dan luna juga enggan untuk menjawabnya, walau setiap hari arkan selalu berantem dengan arhan, rasa sayang arkan melebihi rasa sayang ke dirinya sendiri.

"makanya kalau di ajak olahraga itu mau, setiap di ajak olahraga alasanya mager kok mau sembuh"ucap arkan hanya ingin memecah suasana yang tak enak beberapa saat yang lalu.

"lah lo ngajak olahraga setiap gue asik rebahan ya gue magerlah"

"alah setiap hari kerjaanya cuma rebahan aja sok sokan gue ngajak waktu rebahan! Pokoknya nanti pulang sekolah harus ikut basket sama gue"

"mager, nanti capek"arhan sebenarnya jago main basket namun rasa megernya lebih menguasai tubuhnya padahal setiap mau ada pertandingan pelatih selalu mengajak arhan main tapi anak itu selalu menolak dengan alasan ingin fokus ke pelajaran

Luna menghembuskan nafas kasar belum juga 10 menit mereka aduk mulut ini sudah adu mulut lagi"udah nanti adek ikut basket kakak nanti kalau capek udahan minimal ikut 15 menit kek buat gerakin badan kamu yang letoy ini"

"bunn nggak mau, kan setiap satu minggu sekali arhan sudah ikut pelajaran olahraga jadi nggak usah olahraga lagi"

"pokoknya bunda nggak mau tahu kamu harus ikut, kak nanti awasin adeknya kalau nggak mau bilang sama bunda biar uang jajanya bunda potong dan nanti sarapanya di sekolah saja kalau nunggu takutnya telat bunda bawain kalian bekal double"

Setalah luna keluar dari kamar si kembar, mereka berdua langsung bersiap siap untuk pergi ke sekolah, arhan memasukan cek gula darah dan set insulin setelah itu menyusul arhan yang sudah keluar kamar duluan.

Saat arhan dan arkan sampai ke meja makan hanya ada luna dan jangan tanyakan keberadaan fairuz tenntunya fairuz sudah berangkat kerja dari tadi. Luna juga sudah menyiapkan 4 kotak makan dan 2 botol minuman berukuran 1 liter yang ingin di bawa arhan dan arkan, mamang setiap hari luna selalu memberi bekal dan minuman untuk si kembar agar mereka tidak terlalu banyak makan makanan sembarangan.

"kita berangkat dulu ya bun, asalamualaikum"arkan mencium punggung tangan luna kemudian arhan juga melakukan hal yang sama

"waalaikumsalam, hati hati di jalan kakak bawa mobilnya jangan ngebut"

Arkan mengacungkan ibu jarinya, setiap hari memang arkan lah yang menjadi sopir, kalian jangan tanyakan alasanya apa, bukan karena arhan tidak bisa mengendarai mobil bahkan arhan bisa mengendarai mobil sejak awal SMP tapi setiap arkan menyuruh arhan menjadi sopir pasti menjawab kata mager tidak ada kata lain selain itu.

30 menit perjalan arhan dan arkan dari rumah ke sekolah itupun jika tidak macet kalau macet bisa membutuhkan waktu yang cukup lama itu sebabnya arhan dan arkan selalu berangkat 1 jam sebelum bel masuk, pagi ini saja mereka berangat lebih siang karena adu mulut dulu.

Arhan dan arkan keluar dari mobil, mereka berdua berada di kelas yang sama bahkan sejak sekolah dasar arhan dan arkan selalu satu kelas, awalnya waktu SMP pihak sekolah tidak mengizinkan anak kembar berada satu kelas tapi mereka berdua tidak mau berpisah alhasil fairuz harus turun tangan agar anak kembarnya bisa satu kelas.

arhan-2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang