Arhan pulang dari rumah sakit pukul 8 malam karena tadi harus menunggu infusnya habis dan antri di apotek yang lama, sebenarnya arhan harus opname karena kondisi arhan yang menurun untung saja benturan tadi tidak sampai mengakibatkan trauma kepala hanya saja menimpulkan benjolan beberapa centi dan rasa sakit yang menyiksa.
Sesampai di rumah luna dan arkan berada di ruang tamu. Tidak biasanya luna dan arkan berada di ruang tamu apa jangan jangan mereka menunggunya karena tidak sempat memberi kabar ia tadi baru ingin memberi pesan ke luna kalau ia berada di rumah sakit tapi hpnya lowbet dan kebetulan hp kania juga lowbet"asalamualaikum"
"waalaikumsalam, dari mana kamu arhan"ujar luna dengan nada dingin.
Arhan duduk di sofa karena tidak kuat terlalu lama berdiri"tadi..."ucap arhan terpotong"bunda dari dulu apa pernah ngajarin kamu mencelakai orang apalagi itu perempuan"ujar luna dengan nada tinggi
"aku baru pulang loh bun, bunda nggak tanya keadaan aku gimana?"
"alah lo mau ngibulin bunda apa lagi? Mau alasan lo sakit jangan buat penyakit lo buat alasan biar kita nggak marah ya han"
"bunda kecewa sama kamu dek, dari kecil apa pernah bunda atau ayah mukul kamu tapi sekarang kenapa kamu malah berusaha nyelakain perempuan, kalau kamu nggak suka sama mona yaudah diam aja jangan berusaha nyelakain"
Arhan menunduk, ia tidak kuasa menahan air matanya kenapa luna malah menyalahkan,.arhan membiarkan air matanya berlomba lomba keluar dari matanya. padahal arhan tadi fikir pulang dari rumah sakit akan di sambut kekawatiran luna seperti biasanya jika ia pulang terlambat.
Arhan bisa melihat luna dan arkan pergi begitu saja meninggalkanya sendiri. Arhan merebahkan tubuhnya di sofa"ayah sakit hiks hiks mau ayah. Ayah pulang"gumam arhan hingga terlelap di ruang tamu, beberapa kali asisten rumah tangganya menyuruhnya untuk pindah ke kamar namun arhan menolaknya.
Fairuz membuka pintu utama ia baru saja pulang karena beberapa hari ia ke dubai karena ada beberapa urusan, fairuz mengerutkan keningnya saat melihat anak bungsunya tengah tertidur di sofa dengan pakaian masih menggunakan seragam sekolah"arhan bungun nak"
Beberapa kali tepukan dari fairuz akhirnya arhan terbangun juga"ayah.."
Fairuz membantu arhan yang tampak kesusuhan untuk bangun"kamu kenapa tidur disini? Masih pakai seragam pula"
Arhan tidak menhawab ia memeluk tubuh fairuz dan menangis di dekapan fairuz"sakit hiks adek sakit yah hiks"
Fairuz mengelus kepala arhan dan arhan langsung mengerang kesakitan"ayah jangan di sentuh hiks sakit"
Fairuz langsung melepas pelukan arhan"kepala kamu kenapa"
Setelah fairuz melepas pekukan arhan langsung memeluk fairuz kembali"kemarin kejatuhan balok kayu, tapi kakak nggak percaya dan bunda nggak mau dengerin adek hiks sakit"
Fairuz mengehembuskan nafas kasar ia baru saja pulang bukanya di sambut dengan kebahagian malah sebaliknya"nanti biar ayah yang bicara sekarang adek ke kamar mau ayah gendong?"
Arhan hanya mengangguk pelan"kepala adek sakit banget hiks sakit banget, tapi lebih sakit di bentak bunda semalam"
"bunda sampai bentak kamu?"
"iya, bunda ngiranya aku nyelakain mona padahal aku berusaha nyelamatin kakak sama mona biar nggak kejatuhan balok kayu, kepala adek sakit yah hiks hiks"
"dan kamu malah yang kejatuhan"
"nggak papa kok"
Fairuz menidurkan arhan secara pelan pelan di atas kasur"nanti kalau kepalanya tambah sakit ke rumah sakit ya"
"kemarin sudah ke rumah sakit, kata dokter setelah di rontgen nggak papa nggak ada trauma kepala tapi rasanya sakit banget yah hiks"
"iya nggak papa ayah pengen kamu di periksa lagi, ayah bantu ke kamar mandi yuk bersih bersih setelah itu sholat"
Setelah menjalankan sholat arhan mengeluh kalau sesak nafas akhirnya fairuz memasangkan nasal canula tidak membutuhkan waktu yang lama arhan tertidur pulas, fairuz memastikan arhan kembali apakah tidurnya nyeyak atau tidak kemudian ia memutuskan untuk keluar dari kamar arhan dan langsung menuju kamarnya.
Saat masuk ke dalam kamar fairuz bisa melihat luna sedang merapikan tempat tidur"bun.."
"eh ayah sudah pulang tadi katanya sampai jam 4 kok baru pulang kemana dulu"ujar luna menghampiri fairuz.
Fairuz menatap luna dengan tatapan dinginya"sudah pulang dari tadi aku tadi ke kamar arhan dulu, semalam kamu bicara apa sama arhan"
"memangnya arhan berbicara apa sampai kamu menatap aku kayak gitu? Aku cuma nasehatin aja kok"
Fairuz membuka muka ke samping"dia cuma bilang kepalanya sakit dan bilang kalau rasa sakit di kepalanya lebih sakitan di bentak kamu"
"aku nggak bentak dia, aku cuma bilang bunda nggak pernah ngajarin nyakitin perempuan apalagi sampai berusaha nyelakain perempuan"
"dan bunda percaya! Dari dulu arhan apa pernah nyelakain temanya dengan sengaja kalau nggak dia di pancing dulu, aku tahu arhan nggak sebaik arkan tapi nggak mungkin arhan sampai melakukan itu!"
"aku kemarin lihat sendiri keadaan mona dia luka karena di dorong arhan dan arkan bilang kalau arhan dari dulu memang nggak suka sama mona"
Fairuz menghembuskan nafas kasar"bunda lihat keadaan arhan sekarang!"
"bisa nggak turunin nada bicara kamu! Ayah lupa kalau arhan punya penyakit kalau arhan sakit itu wajarkan?"
Fairuz menarik tangan luna dan luna berusaha melepaskan genggaman fairuz namun nihil tenaga fairuz cukup kuat di banding dirinya"ayah kenapa jadi kasar gini sih"
Fairuz mengabaikan ucapan luna, hingga ia sedikit mendorong luna saat mereka sampai ke kamar arhan, sebenarnya fairuz juga tidak mau kasar dengan luna tapi sifat luna yang membuatnya naik pitam"jangan bicara, arhan baru saja tidur aku nggak mau lihat dia kesakitan lagi"
Luna memandang arhan yang tengah tertidur dengan nasal canula masih bertender di hidung mancungnya, wajahnya lebih pucat dari semalam"arhan"
"jangan bicara!"ujar fairuz lirih di dekat telinga luna.
Fairuz mengambil amplop coklat berukurang besar di atas nakas lalu menarik tangan luna untuk keluar dari kamar arhan"ini hasil pemeriksaan arhan kemarin, seharusnya dia opname karena kondisinya menurun"
"tapi..."
"tapi kenapa kamu nggak percaya? Tadi aku pulang capek capek habis keluar negeri lihat anak aku tidur di sofa ruang tamu, aku bangunin dia langsung nangis kejer bilang kalau kepalanya sakit sampai tadi sesak nafas! Hati aku sakit lihat arhan meraung kesakitan aku tawarin ke rumah sakit dia nggak mau!"
Luna tidak bisa berkata apapun ucapan fairuz membuatnya bungkam"maaf"
"minta maaf ke arhan jangan ke aku"
.
.
.
.
.
.hai ketemu lagi sama arhan.
Apa ada yang kangen sama arhan ?
KAMU SEDANG MEMBACA
arhan-2A
Teen FictionKalian pasti tahu gimana rasanya mempunyai kembaran yang bertolak belakang dengan dirimu pasti banyak orang yang membeda bedakan, pasti sakitkan? untung saja arhan mempunyai kembaran yang baik dan ke dua orang tuanya yang tidak pernah mempermasalahk...