34

3.1K 237 41
                                    

3 hari setelah kejadian naas itu arhan kondisi arhan masih belum stabil apalagi pemeriksaan terakhir menujukan penyakit arhan sudah mengalami komplikasi di beberapa organ penting arhan termasuk ginjal arhan juga sudah mengalami penurunan hampir 50% fairuz ataupun luna belum berani mengatakan apapun dengan arhan namun walaupun tidak di beritahupun arhan tahu karena semua yang merasakan arhan sendiri.

Berulang kali arkan mengatakan kata maaf ke arhan sampai arhan bosan sendiri mendengarkan kata maaf dari arkan bahkan sebelum arkan meminta maaf arhan tidak pernah menaruh dendam atau benci terhadap arkan mau bagaimanapun arkan adalah salah satu alasan selama ini arhan berjuang mau sebenci apapun itu arhan tidak akan membenci arkan.

Arhan menatap kembaranya dengan seksama, sekarang keadaan arhan miris sekali apalagi penurunan berat badan yang sangat drastis selama benerapa minggu terakhir membuat mereka sangat mudah di kenali padahal duli arhan dan arkan sangat identik walau berat badan arkan lebih banyak tetapi masih sulit di bedakan berbeda dengan sekarang tubuh arhan sangat kurus hanya meniyisakan tulang dan kulitnya saja, kulitnya sekarang juga berubah menjadi putih pucat.

"kenapa ngelamun dek?"tanya arkan yang melihat arhan sejak tadi hanya melamun saja.

"enggak papa, nanti sore kita pulang ya kak?"

Arkan mengerutkan keningnya heran"kondisi lo belum stabil nggak mungkin dokter ngizinin lo pulang"

Arhan mengangguk pelan"nanti sore beliin adek baju baru ya warnanya putih bersih harus polos"

"buat apa, baju putih lo kayak banyak ngapain beli lagi?"

"ya nggak papa pengen aja, kalau lo nggak mau nanti kakak bisa nyuruh orang oh ya gue kangen sama kakek nenek nanti lo suruh ke rumah kita."

Arkan menatap arhan dengan tatapan sulit di artikan, kenapa tiba tiba arhan bicara seperti itu seolah olah memberi isyarat namun isyarat apa arkan tidak tahu"tidur lagi gih lo ngomong ngelantur gitu"

Arhan menghembuskan nafas pelan, entah kenapa hari ini terasa berbeda akan ada sesuatu hal yang arhanpun tidak tahu namun hari ini arhan merasa hatinya terasa tenang ia merasa nanti sore akan di izinkan pulang.

Tangan arkan mengelus tangan kurus arhan ia merasa takut jika terjadi sesuatu ke arhan. Mau bagaimanapun arkan selalu di hantui rasa takut kehilangan apalagi 2 hari yang lalu arkan mimpi kalau gigi bawahnya lepas kata orang dulu kalau mimpi giginya lepas akan ada keluarga atau orang terdekat meninggal, sebenarnya arkan tidak percaya dengan tahayul itu tapi entah kenapa melihat kondisi arhan yang seperti ini arkan takut kalau itu benar terjadi.

Arkan merebahkan kepalanya di pinggiran bangsal tanganya masih menggenggan tangan dingin milik kembaranya, tidak membutuhkan waktu lama arkan tertidur juga sama seperti arhan yang sudah terlelap terlebih dahulu.

Pintu ruang rawat arhan terbuka menampilkan luna dan fairuz yang baru saja datang karena tadi mereka sempat keluar sebab ada undangan dari klien yang di hadiri dan tidak bisa di wakilkan. Sebelum ke rumah sakit fairuz dan luna sempat pulang terlebih dahulu untuk bersih bersih dan mengambil makan untuk makan siang.

Fairuz meletakan tote bag berisi makanan yang ia bawa tadi ke meja"bangunin arkan bun, kayaknya belum makan siang"

Luna menghampiri arkan yang masih tertidur dengan posisi duduk, luna menepuk punggung arkan pelan ia sengaja tidak bersiara takut arhan terganggu tidurnya. Tidak membutihkan waktu yang lama akhirnya arkan terbangun namun tanganya hampirnya saja menyenggol kompenen kabel yang terpasang di dada arhan untung saja luna cekatan langsung meraih tangan arkan.

"astaghfirullah"arkan baru sadar kalau ia tidur dengan posisi duduk apalagi di dekat arhan.

"makan dulu"ucap luna lirih.

Arkan hanya mengangguk pelan kemudian bangkit dari dudukmya berjalan ke arah sofa yang jaraknya sekitar 4 meter dari tempat tidur arhan.

Fairuz menyerahkan piring yang berisikan nasi dan lauk yang ia siapkan tadi"jangan telat makan apalagi beberapa hari ini tidur kamu juga kacau nanti takutnya ikut ikutan sakit kak"

"iya yah"ucap arkan menyuapkan sesendok nasi dan lauk. Namun masih makan beberapa sendok arkan di kejutkan suara patient monitor yang nyaring membuatian hampir tersedak.

Arkan, luna dan fairuz langsung mendekati tempat tidur arhan, fairuz memencet tombol amergency yang berada di dekat patient monitor, fairuz menggelengkan kepala saat melihat kondisi vital arhan yang tertera di monitor yang mennjukan tekanan darah 40/20 mmHg, nadi 40x/menit dan spO2 65%.

Luna dan arkan hanya bisa meneteskan air mata melihat kondisi arhan semakin menerun mereka bisa saja berteriak namun mereka takut kalau arhan senakin memburuk

2 perawat langsung masuk ke dalam ruang rawat arhan, mereka terkejut saat melihat kondisi vital pasienya yang tadi terakhir observasi masih bagus tiba tiba menurun. 1 perawat mengambil NRBM di laci nakas yang sudah di sediakan kemudian membuka plastik dan mengganti nasal canula dengan NRBM.

1 perawat lagi mengaktifkan voice amergency"code blue code blue ruang arjuna 1"

"pak bu kami akan melakukan resulsitasi jantung paru seandainya kalian bersedia pak fairuz atau bu luna silahkan ke nurse station untuk tanda tangan persetujuan RJP"ujar perawat

Fairuz melihat kelopak mata arhan terbuka sedikit dan mengarah padanya, fairuz mendekati arhan"tidak perlu sus saya insaallah saya sudah ihklas apapun yang terjadi"

Pintu ruang rawat arhan kembali terbuka menampilkan dokter muda yang hendak masuk ruangan. Dokter muda bername tag dr. Faqih itu mendekati 2 perawat yang diam di dekat tempat tidur.

"keluarga pasien sudah ihklas dok"

Fairuz mendekati arhan kemudian tanganya mengubah posisi kepala arhan ke kiblat dan ia membungkuk membisikan kalimat"La ilaha illallah"di dekat telinga arhan.

Fairuz tersenyum saat mendengar arhan dengan lancar mengucapkan kalimat sama dengan yang ucapkan, fairuz berjalan mendekati luna dan arkan kemudian fairuz memeluk mereka dengan air matan yang sulit ia kendalikan.

Faqih melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananya saat melihat monitor yang menunjuka jika pasien sudah tidak bernyawa lagi"hari jumat pukul 14.50 semoga husnul khotimah, silahkan di lepas ners"

Fairuz mengusap wajahmya dengan kasar"ihklas ya bun kak, insaallah adek husnul khotimah"

Hampir saja luna meluruh di lantai jika tidak di pegang fairuz"bun jangan gini ya kasian adek"

Arkan mengambil kursi untuk luna yang tidak jauh darinya.

"adek yah"

Fairuz mengelus kepala luna yang terbalut hijab instan"nggak papa, semua yang ada di dunia itu cuma titipan bunda harus ihklas jika kapan saja allah ingin mengabilnya dari kita"

"tapi kenapa harus sekarang yah, bunda belum mau pisah sama adek"

"hustt bunda nggak boleh bicara kayak gitu, kita seharusnya senang adek sekarang udah nggak ngerasain salit lagi, nggak bakal ngerasain suntik sana sini"ucap fairuz berusaha menguatkan padahal di dada rasa sesak saat rasanya ingin menangis namun fairuz malah menahanya agar terlihat baik baik saja.

Bohong jika fairuz ihklas mau bagaimanapun arhan itu anaknya fairuz tidak semudah itu untuk mengikhlaskan untuk pergi selama lamanya"kakak juga harus ihklas adek udah nggak sakit lagi ya"ucap fairuz mengelus pundak arkan.

"insaallah aku ihklas yah, tapi biarin aku nangis dulu ya rasa sesak banget pengen teriak"

"nggak papa, ayah nggak melarang kamu nangis tapi ingat jangan terlalu dari kesedihan kasian adek"
.
.
.
.
.
Setelah lama hiatus akhirnya ketemu arhan lagi...
Sampai jumpa di part selanjutnya.

arhan-2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang