28

3.1K 306 117
                                    

Kini luna dan fairuz tengah berada di cafetaria yang ada di rumah sakit, karena teman teman kembar datang menjenguk mereka akhirnya luna dan fairuz memutuskan untuk pergi ke kantin agar mereka bicara lebih leluasa jika tidak ada orang tua.

Luna mengaduk aduk soto ayam yang di pesan fairuz tadi, ia tidak nafsu makan setelah ridwan tadi menjelaskan perihan penyakit baru yang hinggap di tubuh anak bungsunya, lagi dan lagi luna merasa gagal menjadi seorang ibu padahal ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merawat anak anaknya namun itu saja belum cukup.

Beberapa jam yang lalu ridwan membacakan hasil biopsi dan aspirasi  sumsum tulang belakang, arhan di nyatakan menderita anemia aplastik untuk penyebab pastinya ridwan tidak tahu bisa jadi dari obat obatan, pola hidup tidak sehat dan masih banyak lagi. Rencana pengobatan untuk anemia aplastik saat ini yaitu trasfursi darah setiap HB arhan turun jika kondisi anemia aplastiknya tidak kunjung membaik untuk mencegah komplikasi, tidak boleh dilakukan transfursi secara terus-menerus. Pasalnya, tubuh di khawatirkan akan mengembangkan antibodi dalam darah yang ditransfusi, sehingga pengobatan yang dilakukan menjadi tidak efektif. Kemudian tindakan selanjutnya transplatasi tulang sumsum belakang karena berpotensi menyembuhkan anemia aplastik.

Fairuz memandang istrinya yang sedari tadi hanya mengaduk ngaduk makananya"di makan jangan di mainin gitu"

Luna menghembuskan nafas kasar"aku ngerasa gagal jadi ibunya arhan, kenapa lagi lagi harus arhan yang ngerasain sakit, kenapa nggak aku saja yang sakit? apa belum cukup tuhan memberi arhan sebuah pemyakit yang nggak bisa di sembuhkan dan ini....."

"cukup! Bunda nggak boleh bicara seperti itu, allah itu baik dengan cara ini allah menghapus dosa dosa arhan, bunda pengen lihat arhan disiksa di dunia apa di akhirat?"

"tapi yah..."

"bunda, allah itu memberi sebuah penyakit ke arhan karena allah sayang sama arhan dan allah tahu kalau arhan bisa menjalani semua ini, jadi bunda nggak perlu takut, sudah waktunya sholat ashar lebih baik kita sholat biar bunda lebih tenang"

Luna hanya membalas dengan anggukan saja.

Di ruangan si kembar teman teman mereka asik mengobrol satu sama yang lain tidak banyak hanya teman teman dekat si kembar saja dan kania.

Keadaan arhan maupun arkan sudah berangsur angsur membaik, apalagi arkan bahkan kini ia sudah bisa ke kamar mandi sendiri hanya saja batuknya belum juga mereda sedangkan arhan keadaanya juga sudah lebih baik setelah mendapatkan trasfursi darah 4 kantong namun keadaan psikis sedikit terguncang akibat kenyataan beberapa jam yang lalu yang ternyata ada penyakit baru yang hinggap di tubuhnya.

Jika di lihat dari luar arhan tampak baik baik saja vonis dokter beberapa jam tidak membuatnya patah semangat namun ternyata itu semua hanya topeng yang di buat arhan.

"si arkan punya pacar kayak jomblo aja lo 4 hari di rawat di rumah sakit gue lihat lihat pacar lo nggak pernah kesini?"ujar bili

Arkan mendengat ucapan dari bili membuat darahnya mendidih memang benar ucapan dari bili sejak pertama kali ia di rawat mona tidak pernah menjenguknya saat ia tanyai banyak alasan yang membuatnya kesal saja, kania saja sejak pertama kali mendengar arhan di rawat kania selalu di samping arhan kenapa mona berbeda."kagak tahu gue"

"kayaknya dari kemarin mona nggak masuk sekolah deh ar, kayakmya sibuk banget"ujar kania.

"sibuk ngelonte"ujar arhan dengan sepontan.

"kalau ngomong tuh di jaga! Kalau gue bilang kania sibuk ngelonte lo terima?"ucap arkan tersalut mulai emosi, bukan apa apa tapi ucapan adiknya itu membuat hatinya sakit.

"lah emang bener kok, kalau kania ngelonte itu nggak mungkin"

Arkan turun dari ranjang saat hendak melangkah alwi mencegah arkan"lo mau kemana?"

"lo bicara kayak gitu seolah olah lo tahu tentnag mona! Kalau ngomong itu di saring dulu, jangan asal jeplak"

"gue bicara fakta kalau pacar lo bukan hanya sering ngelonte tapi simpanan hidung belang!"

Arkan yang mendengar ucapan semakin tidak terima, arkan menghempaskan tangan alwi sampai ia tidak sadar kalau infusnya juga ikut ikutan terlepas"kalau lo nggak sakit sudah gue pastiin gue tonjok muka lo!"

"kenapa nggak sekarang aja? Toh lo tonjok gue, gue nggak bakal mati sekarang! Kalau lo nggak percaya ucapan gue tanya aja sama pacar lo yang sok baik itu"

Saat hendak melayangkan pukulan buru buru alwi dan bili menarik arkan menjauh dari arhan"sadar itu adek lo! Lo nggak mungkin sakitin adek lo cuma gara gara cewek! Lihat infus lo lepas"

"tapi yang di ucapin dia itu sudah keterlaluan!"

"iya gue tahu, tapi sadar itu adik lo, jangan sampai lo nyakitin adik lo cuma gara gara cewek"

"apa salahnya gue bela pacar gue! Seadainya lo di posisi gue apa lo ngebiarin pacar lo di fitnah?"

"gue nggak fitnah cewek munafik yang katanya pacar lo itu!"

"arhan, diam! Nggak usah di terusin"ucap kania pelan.

"gue gedek lihat kakak gue cinta sama cewek yang salah, sudah cukup lo di bodohin sama mona! Mona itu nggak sebaik yang lo pikirkan, nyokapnya saja yang punya club remang remang apa lo nggak mikir kalau mona nggak sebaik yang lo pikirkan!"

Arkan menujuk arhan"gue tahu nyokap mona itu punya club tapi nyokap mona sama mona itu jelas beda!"

"buah jatuh itu nggak jauh dari pohonya, gue pernah..."ucap arhan di potong arkan"ayah sama bunda pinter terus kenapa lo goblok dari SD sampai sekarang lo bahkan nggak bisa masuk 10 besar, Buat apa lo hidup udah penyakitan goblok lagi! Jadi lo nggak usah samain mona sama nyokapnya, setidaknya otak mona bisa di andelin, nggak kayak lo dari kecil penyakitan bisanya ngabisin duwit"

"diam semua! Arkan lo mau kehilangan banyak darah cuma gara gara infus lo lepas paksa!"ucap alwi kesal pasalnya darah yang menetes dari bekas infus arkan menetes dengan deras.

Kata kata arkan cukup menohok di hati arhan, ia tersenyum miris ternyata semua orang itu sama memandang dirinya bodoh dan penyakitan bahkan fairuz saja dulu pernah bicara saat reuni keluarga kalau arhan itu nggak punya prestasi apapun walaupun di kata terakhirnya fairuz bilang hanya bercanda tapi ia yakin luna dan fairuz menginginkan semua anaknya berprestasi tidak seperti dirinya yang bisa nyusahin orang.

Kania mencangkup ke dua pipi arhan, ia takut melihat pandangan arhan tiba tiba kosong"jangan dengerin ucapan arkan ya, kamu nggak seperti yang di ucapin arkan"

Pintu terbuka menampilkan satu perawat laki laki yang hendak masuk, perawat bername tage rian itu menghampiri arkan"kok bisa kecabut gini"

"tadi nggak sengaja kecabut ners"ujar alwi.

"tolongin arhan hiks, arhan jangan gini"ucap kania tidak bisa menahan tangisnya saat tiba tiba arhan tidak sadarkan diri.

Rian yang masih menghentikan perdarahan terkejut melihat arhan tidak sadarkan diri"aduh itu pasien dokter handoko, ini di tekan kalau darahnya sudah berhenti di kasih plaster ini ya, nanti saya infus lagi"ucap rian kemudian beralih berjalan ke tanjang arhan.

Rian mengambil masker oksigen yang berada di laci nakas kemudian ia membuka plastik pembungkus"tolong panggilkan dokter handoko kebetulan ada di ruangan, arhan kamu bisa dengar saya"rian berusaha memberi rangsangan cubitan agar arhan bisa merespon tetapi arhan sama sekali tidak merespon, rian membuka semua kancing baju arhan kemudian memasang komponen komponen elektrokardiogram

Alwi, bili dan arkan hanya bisa melihat arhan yang berusaha di bangunkan perawat.

"jantungnya melemah dok"ucap rian saat melihat handoko masuk ruangan dengan di ikuti beberapa perawat.

Handoko melihat monitor yang menunjukan kinerja jantung arhan, detak jantungnya melemah dan tekanan darhanya juga menurun"telfon ruang ICU, sepuluh menit keadan pasien belum stabil kita bawa kesana"
.
.
.
.
.
.selamat hari minggu😉😉

arhan-2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang