19

3.2K 260 30
                                    

Dengan telaten kania membersihkan tubuh arhan dengan waslap, ia mengingat semalam sepulang dari rumah neneknya kania melihat arhan di jalanan saat ia keluar dari mobil tiba tiba kania melihat arhan pingsan di tortoar, tanpa pikir panjang kania menyuruh papahnya membawa arhan ke dalam mobil.

Karena handoko ayah kania seorang dokter akhirnya handoko membawa arhan pulang ke rumahnya, berulang kali kania menelfon luna dan arkan namun tidak di angkat.

Dengab berlahan lahan arhan membuka matanya, ia mengernyitkan keningnya saat melihat di hadapan seorang kania, kenapa bisa?"kania.."

"arhan akhirnya lo sadar juga, gue panggil papa dulu ya"

Arhan menahan tangan kania argar tidar pergi"gue ada dimana?"tanya arhan karena ia merasa asing sama ruangan ini.

"lo ada di rumah gue semalam lo pingsan, gue udah telfon arkan sama bunda lo tapi nggak di angkat"

Arkan meringis saat tangan kirinya terasa nyeri, ia membulatkan matanya saat melihat punggung tangan kirinya di infus dan arhan baru sadar kalau hidungnya juga tersumpal nasal canula"infus"

"iya, papa infus lo udah lo disini jangan gerak dulu gue panggil papa dulu"ucap kania

Tidak membutuhkan waktu yang lama kania dan handoko masuk ke dalam kamar, arhan terkejut ternyata kania anak dari dokter yang selama ini menanganinya"om handoko?"

Handoko tersenyum ke arah arhan"selamat pagi arhan"

"pagi om. Om handoko ayahnya kania?"tanya arhan pasalnya handoko adalah dokter yabg menangani arhan sejak do fonis sakit.

Handoko duduk di kursi sampaing ranjang"iya, anak om cantikan? Kamu tertarik?"

Kania mepuk pundak handoko"papa ih, mau maluin"

Handoko terkekeh"semalam kenapa? Kok bisa pingsan di pinggir jalan"

"sakit"

"om tahu kalau kamu sakit nggak mungkin kalau enggak sakit bisa pingsan di pinggir jalan, mana sendirian lagi biasanya kemana mana kamu sama arkan"

Arhan mengalihkan pandanganya, ucapan handoko mengingatkan kembali pada kejadian semalam, keadaan luna sekarang bagaimana ya apakah sudah membaik atau bahkan memburuk"arkan lagi jagain bunda di rumah sakit"

"oh bu luna sakit? Sakit apa"

"om jangan kebanyakan tanya jadi periksa aku tidak"

"iya iya"

Handoko mulai memeriksa tanda tanda vital arhan, ia menghembuskan nafas pelan saat melihat vital arhan menurun"ke rumah sakit aja yuk"

Arhan membulatkan matanya, jelas ia tidak mau di bawa ke rumah sakit"enggak mau"

"vital kamu menurun, om takut kalau kamu kenapa napa"

"Enggak mau! Kalau om maksa aku ke rumah sakit lebih baik om anterin aku pulang ke rumah!"

*_____*

Dengan telaten arkan menyuapi luna yang masih terlihat lemas pasca operasi tadi pagi, luna tidak terlihat seperti ibu ibu yang baru saja kehilangan calon bayinya luna hanya terlihat seperti orang sakit pada umumnya bahkan saat semalam fairuz bilang kalau janinya tidak bisa di selamatkan  luna biasa saja hanya bilang semua itu hanya titipan kalau yang memberi mengambilnya lagi bunda harus ihklas.

"udah ya kak, bunda sudah kenyang"ucap luna pelan.

Arkan meletakan piring bekas luna makan yang masih tersisa sedikit itu di atas nakas"bunda istirahat aja dulu biar cepat pulih"

"adek kemana kak? kok nggak kesini? Apa jangan jangan adek sakit ya kak makanya nggak jenguk bunda?"

Arkan menghembuskan nafas pelan"bunda nggak usah mikirin apa apa dulu ya, adek di rumah nggak tahu kenapa nggak kesini"

Luna menatap arkan dengan tatapan sulit di artikan tidak mungkin arhan seperti itu dulu saja luna pernah sakit arhan langsung kawatir denganya"kakak nggak bohongkan?"

"enggak bun ngapain aku bohong juga"

Di lain tempat kania dengan raut kawatir tengah berdiri di depan ruang ICU, sebab tadi waktu kania meninggalkan arhan tiba tiba saat kembali ke kamar kania menemukan arhan sudah tidak sadarkan diri kamar mandi tanpa pikir panjang kania langsung memanggil handoko, sebelum berangkat ke rumah sakit handoko menelfon salah satu petugas IGD untuk mencarikan ruangan ICU 1 yang kosong, kebetulan saat arhan tiba di rumah sakit arhan langsung mendapatkan ruang ICU yang kosong.

Beberapa perawat dan hondoko keluar dari ruang ICU, kania langsung mendeiati handoko"papa arhan keadaanya gimana"

Handoko tersenyum menatap putri semata wayangnya yang terlihat sangat kawatir"doain arhan biar keadaanya cepat stabil"

"pa..."handoko langsung memeluk tubuh mungil putrinya.

"pak handoko"panggil seseorang yang baru saja datang.

Handoko melepas pelukan kania"pak fairuz"

"keadaan arhan gimana pak? Kenapa bisa sampai masuk ICU"

Ingin rasanya kania melempar sandalnya ke wajah fairuz yang tampak biasa saja, kania saja yang hanya temanya kawatir dengan keadaan arhan kenapa fairuz tampak biasa saja tidak ada raut kawatir di wajahnya.

"untuk saat ini keadaan arhan belum stabil pak, kemarin saya menemukan arhan pingsan di pinggir jalan sendirian apakah ada masalah besar sampai arhan jalan sendiri sampai pingsan di pinggir jalan?"

Fairuz diam beberapa detik"saya kemarin terlalu fokus sama istri saya yang pendarahan pak karena itu saya tidak tahu kalau arhan sakit dan sampai pingsan di pinggir jalan"ucap fairuz berusaha agar tetap tenang, bohong jika dia tidak kawatir dengan keadaan arhan yang bahkan ini kali ke duanya arhan sampai harus mendapatkan perawatan di ruang ICU.

Handoko mengangguk mengerti"saya sudah berulang kali bilang ke pak fairuz perihal ini jangan pernah mengabaikan arhan karena kapan saja arhan bisa tiba tiba drop seperti kemarin untung saja arhan langsung mendapatkan pertolongan yang tepat kalau tidak saya tidak tahu arhan masih bisa bertahan sampai saat ini atau tidak. Setelah hasil cek darah lengkapnya sudah keluar saya beri tahu lebih lanjut tentang kondisi arhan"

"baik pak, saya apakah boleh melihat arhan"

"boleh pak silahkan, tapi jangan sampai arhan di tinggal sendiri walaupun setiap 30 menit akan ada perawat yang mengecek kondisi arhan takutnya sebelum itu kindisi arhan itba tiba menurun"

"iya pak"Fairuz masuk ke dalam ruang ICU dimana arhan di rawat, pandangan pertama fairuz tangkap yaitu anak bungsunya yang tengah terbaring lemas dengan berbagai alat yang menancap di tubuhnya. Fairuz duduk di kursi sanping ranjang arhan, ia mengelus tangan kurus arhan"maafin ayah ya dek"

Fairuz mengambil hp nya yang berada di saku celananya kemudian ia membuka aplikasi al-Quran dan membaca sebelum fairuz di kabari handoko kalau arhan di larikan di rumah sakit fairuz baru saja menunaikan kewajibanya sebagai umat muslim di masjid yang masih di area rumah sakit.
.
.
.
Dahlah makin nggak jelas aja ceritanya😂😂

arhan-2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang