33

3.7K 277 34
                                    

Sejak kemarin arhan lebih banyak diam, saat luna mengantarkan makanan dan berusaha untuk berbicara arhan hanya menatap luna, arhan hanya mau berbicara dengan fairuz sedangkan arkan masih tidak peduli dengan arhan dari kemarin juga arkan belum masuk ke kamarnya.

"kenapa dari tadi diam aja kepalanya sakit lagi?"tanya kania menyuapkan satu sendok bubut oad milk

Arhan hanya menggeleng pelan, memang kepalanya sudah tidak sesakit kemarin namun juga tidak sakit sama sekali, rasa sakit hilang timbul dan akan terasa sakit jika di buat lama berdiri.

"kalau gitu kenapa diam aja gitu dan tadi aku bicara kamu cuma natap aku aja, enggak enak tahu di diamin gini"

Arhan memandang kania dengan seksama"kenapa kamu mau sama aku"

Kania menherutkan keningnya heran kenapa arhan tiba tiba berbicara seperti itu"maksut kamu apa?"

Arhan tersenyum sinis"kalau cewek normal nggak bakal mau sama gue, siapa yang mau sama cowok penyakitan yang bahkan umurnya mungkin nggak lama lagi, yang setiap hari di hantui kematian! Lo cewek bodoh ni lo bodoh!"teriak arhan di depan kania bahkan jarak antara kania dan arhan hanya beberapa centi.

Air mata kania meluruh begitu saja membasahi pipinya mangkuk yang ia pegang jatuh begitu saja di lantai marmer, tubuhnya bergetar ketakutan ini kali pertamanya di bentak arhan bahkan sejak kecil kania tidak pernah di bentak dengan orang tuanya atau orang lain.

Arhan tidak berniat membentak kania sampai membuat kania ketakutan seperti ini, arhan kelepasan sungguh arhan tidak berniat membentak kania. Arhan memeluk tubuh kania yang bergetar ketakutan"maaf, maafin aku ni"

"aku bodoh han sudah suka sama kamu hiks, nggak papa kamu bentak aku tapi jangan suruh aku pergi"

"aku nggak bakal nyuruh kamu pergi ni, aku harap sampai tuhan memanggil aku kamu selalu sama aku, stay with me  ni"

"love you arhan"

"love you to kania"

*____*

Arkan keluar dari mobilnya saat mobilnya sudah terparkir rapi di pekarangan rumah mona , ia mengerutkan keningnya saat mendapati mobil bima di pekarangan rumah mona, iya itu mobil bima ia sangat hafal karena nomer polisi mobil bima B 1 MA, tapi kenapa bisa ada di rumah mona.

Arkan berjalan ke arah pintu utama ia tidak langsung masuk karena mendengar teriakan mona.

"lo selalu ngancam gue itu! Kalau gue nggak nurut sama lo!"

Arkan mengambil hendphonenya untik merekam percakapan mereka siapa tahu kalau bima sampai mencelakai mona ia bisa punya barang bukti.

Bima tertawa terbahak bahak"mona mona hidup lo itu harus nurut sama gue! Karena kalau lo nggak nurut sama gue lo bakal hancur sehancur hancurnya. Cewek jalang kayak lo yang bisanya hidup dari pria hidung belang bisa apa sih? Hmm kalau gue sampai bocorin rahasia lo ke semua orang pasti seru! seorang mona yang notabebe siswi pintar ternyata jalang setiap malam ngangkang ke pria hidung belang demi sesuap nasi. Kayaknya pas untuk judul majalah online"

Arkan membulatkan matanya ia tidak menyangka perilaku mona dan ibunya ternyata sama saja, dan ternyata apa yang di katakan arhan itu benar. Arkan tidak boleh gegabah ia harus merekam semua percakapan mereka.

"kalau gue hancur lo juga harus hancur! Bim lo lupa kemarin celakain arhan dan kalau gue bilang ke guru lo bakal masuk penjara apalagi bokap arhan itu orang penting di sekolah dan akses bokap arhan itu dunia bukan hanya indonesia, kalau gue bilang tentang keburukan lo juga bakal hancur bahkan semua keluarga lo juga hancur! Bisnis nyokap atau bokap tiri lo juga bakal hancur bima!"

Sudah cukup rekaman ini sudah cukup arkan harus segera pergi sebelum ia ketawan bima dan mona. Arkan berlari ke mobilnya sialnya ia menabrak guci yang cukup besar menimbukan susra yang menggema, arkan harus segera pergi dari sini.

Mona dan bima langsung berlari keluar rumah, mana membulatkan matanya saat melihat mobil arkan baru saja keluar dari pekarangan rumahnya"bima itu arkan, bisa mati kita kalau sampai arkan denger pembicaraan kita.

Bima berdecak keras, kenapa bisa ia dan mona tidak menyadari suara mobil arkan yang hendak masuk ke rumah mona"gue telfon orang suruhan gue lo tenang, arkan pasti bisa ketangkap"

Sedangkan di mobil arkan tengah ketakutan karena ada mobil yang mengejarnya apalagi kondisi jalan sepi, arkan mengambil hendphonenya yang ada di saku, dengan tangan bergetar arkan menekan sembarang nomer, tidak lama kemudian telfon tersambung

"asalamualaikum kak ada apa telfon?"

Arkan tidak memperdulikan itu siapa yang terpenting ia mendapatkan pertolongan dulu"tolongin aku yah, aku di kejar suruhanya bima"Hendphonenya di genggaman arkan terjatuh.

Arkan menginjak rem secara mendadak untung saja refleknya bagus tidak sampai menabrak mobil yang berhenti mendadak"sialan"

Beberapa orang yang keluar dari mobil merah itu menggedor nggedor kaca mobil arkan"woi keluar woi, kalau lo nggak keluar gue pecahin nih kaca"

Arkan seharusnya tidak perlu takut karena kaca mobilnya tidak semudah itu memcahkanya ada alat khusus seperti palu untuk memecahkan kaca mobil tapi tetap saja ia takut karena jumlahnya banyak.

"keluar lo, gue pecahin nih kaca mobil"salah satu laki laki melempar batu berukuran cukup besar, namun tidak berhasil memecahkan kaca mobil hanya meninggalkan baretan kecil.

Arkan membulatkan matanya saat mendapati adiknya keluar dari mobil, kenapa tiba tiba arhan bisa sampai disini bukanya tadi arhan sakit? Apa jangan jangan arkan tadi menelfon arhan bukan fairuz. Arkan tidak boleh gegabah ia harus meminta tolong, arkan mengambil hendphonenya yang berada di bawah lalu menelfon fairuz.

Arkan keluar dari mobil setelah menelfon fairuz membantu arhan yang sudah mulai kewalahan karena bukan hanya kondisinya yang kurang sehat melainkan jumlah mereka yang banyak.

"lo masuk ke dalam mobil, biar ini urusan gue"ujar arkan berusaha menangkis pukulan pukulan dari mereka.

Arhan tidak memperdulikan ucapan arkan ia hampir menumbangkan satu persatu dari merekan. Arhan membulatkan matanya saat melihat ada salah satu mereka yang hendak melenparkan batu ke arah arkan, dengan gerakan gesit arhan langsung memeluk arkan dari belakang dan membuat arkan sedikit membungkuk.

Beberapa detik kemudian batu itu terlempar mengenai kepala arhan membuat arhan langsung merasakan sakit menjalar di kepalanya, arhan meluruh ke aspal karena tidak kuat menahan bobot tubuhnya.

"arhan!! Lo ngapain tolongin gue lagi hah!"teriak arkan"lo semua gue pastiin kalian semua bakal masuk penjara!"

Beberapa orang suruhan bima ingin menghajar arkan kembali namun sirene polisi membuat mereka langsung berlari masuk ke mobil.

Arhan masih sadar walaupun kepalanya terasa sangat sakit, ia bisa melihat wajah kekawatiran arkan membuatnya tersenyum tipis.

"lo ngapain senyum bodoh! Kalau lo sampai kenapa napa gue nggak bakal maafin gue sendiri"

"ka-kak mafinnn..ade-k ya"ucap arhan dengan terbata dan masih mempertahankan senyuman di bibir pucatnya.

"enggak..tolong tolongin adik saya hiks arhan"teriak arkan kemudian ada seorang yang memeluk dirinya.

"kakak nggak papa"tanya fairuz, memastikan arkan baik baik saja, bukanya ia tidak peduli dengan arhan namun sudah ada petugas medis yang ingin menangani arhan.

"ayah adik yah.. Hiks adekkk"teriak arkan saat melihat arhan di bawa petugas medis.

"adek pasti baik baik saja"ucap fairuz berusaha menenangkan arkan padahal ia yakin keadaan arhan tidak baik baik saja terlihat jelas dari darah yang menggenang di jalan.

Dalam dekapan fairuz arkan terus membrontak memanggil arhan"ARHANNN hiks ayah adek bodoh kenapa nolongin aku yah. Adekkk hiks ini semua salah arkan"
.
.
.
.

arhan-2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang