Brukk.
Semua terkejut saat tiba tiba arkan pingsan, saher yang ada di dekat arkan langsung menolong arkan untung saja arkan hanya terbentur kursi tidak sampai jatuh ke lantai"ya allah arkan"
Arhan juga sama terkejutnya seperti mereka namun rasa pusing dan lemas di tubuhnya membuat arhan tidak bisa apa apa.
"itu arkan gimana yah? Panggil dokter apa di bawa ke rumah sakit aja"tanya luna kawatir
"di bawa ke rumah sakit aja bun, takutnya ada apa apa dengan arkan"ujar luna.
Arhan bersandar sepenuhnya di dada luna ia tidak pingsan hanya tidak kuat menompang tubuh lemasnha"ini arhan juga makin lemas yah, ya ampun kenapa arhan juga tiba tiba sakit gini"
"her kamu bawa arkan ke mobil, biar kakak yang bawa arhan dan bunda tolong bilang ke mang jaja suruh keluarin mobil"
Mereka semua sudah sampai di rumah sakit kecuali citra yang ada di rumah karena tidak memungkinkan citra ikut ke rumah sakit, arhan dan arkan juga sudah di pindahkan ke ruang rawat inap karena harus di rawat, diagnosa awal arkan obserfasi febris sedangkan arhan masih menunggu hasil laboratorium keluar.
Luna memandang sendu ke dua anak kembarnya yang terlelap di atas ranjang pesakitan sudah lama luna tidak memandang hal yang memilukan seperti ini terakhir kali arhan dan arkan sakit bersamaan sampai di rawat di rumah sakit sejak 5 tahun yang lalu karena mereka terkena demam berdarah.
"cepat sembuh anak anak bunda"ucap luna pelan, padahal 3 jam yang lalu arhan masih bertingkah konyol dan sekarang arhan tampak begitu lemas di atas ranjang pesakitanya belum juga satu bulan arhan keluar dari rumah sakit namun malam ini arhan harus di rawat kembali.
"bun tidur yuk. Kalau bunda nggak tidur nanti kalau bunda kecapean siapa yang jagain si kembar"ujar fairuz.
Luna kini sudah tidak bisa membendung air matanya"padahal tadi adek masih bisa bercanda tapi sekarang malah kayak gini"
Fairuz mengelus pundak luna pelan"tidur yuk, besok biar bisa jagain si kembar"
Luna bangkit dari duduknya, ia berjalan dengan di pelan fakruz dari samping menuju ranjang yang tidak begitu besar itu hanya 120x200, sebenarnya ruangan si kembar hanya ada 2 bed, 1 untuk pasien dan satu lagi untuk keluarga pasien namun tidak mungkin kalau si kembar di tempatkan di ruangan berbeda, karena ruangan VVIP cukup luas di tambah bed lagi tidak masalah tetapi fairuz harus menambah adminitrasi di luar asuransi karena melebihi fasilitas yang di tentukan.
Arkan terbangun dari pingsan pukul 4 subuh, saat pertama kali membuka mata arkan langsung menebak kalau dirinya berada di rumah sakit sebab seingatnya kemarin kepalanya sangat pusing dan berujung pingsan, arkan menoleh ke samping ia terkejut saat melihat arhan yang terlelap di ranjang sampingnya dengan baju rumah sakit, ah ia ingat saat makan malam arhan mimisan tapi kenapa sampai di rawat juga, arhankan sudah biasa mimisan.
"kakak sudah bangun?"tanya fairuz.
Arkan menganggu pelan"adek sakit juga?"
"iya. Setelah kakak pingsan giliran adek yang pingsan. Gimana apa yang di rasain sekarang?"
"ya kayak kemarin"
Fairuz menempelkan punggung tanganya ke kening arkan"masih demam kak, belum ada perubahan juga ya"
Arhan hanya mengangguk pelan.
Fairuz menoleh ke samping saat pintu kamar mandi terbuka menampilkan luna yang tanpa hijab"ayah ambil wudhu dulu ya"
"aku sholatnya gimana?"
"nanti ayah sudah selesai sholat ayah bantu"
Arkan hanya mengangguk pelan.
*______*
Arhan terbangun dari tidurnya saat sudah menjelang siang, matanya meliar ke seluruh penjuru ruangan, ia terkejut saat melihat satu kantong darah menggelantung di standar infus, kenapa transfursi lagi bukanya bulan lalu ia sudah transfursi 5 kantong"bun..."panggil arhan pelan. Namun luna masih fokus dengan ponselnya, arhan mengangkat tanganya"bunda.."panggil arhan sekali lagi dengan suara lebih keras.
Luna yang merasa terpanggil langsung bangkit dari duduknya"adek sudah bangun, maafin bunda tadi lagi bales chatnya ayah"
"ayah dimana?"
"ayah pergi ke kantor sebentar ada metting yang nggak bisa di tinggalkan bentar lagi kesini kok"
"selamat siang"ucap seorang dokter baru saja masuk di ikuti satu perawat di belakangnya.
"siang wan"balas luna, dokter yang sering menangani arhan kebetulan teman kuliah luna sekaligus pernah jadi selingkuhan luna, awalnya luna canggung bertemu dengan ridwan apalagi jika bersama dengan fairuz ada rasa bersalah menyelimuti hatinya.
Beberapa menit kemudian arhan sudah selesai di periksa dengan ridwan"kita atur jadwal untuk besok pemeriksaan biopsi di area sumsum tulang belakang ya arhan nanti di lanjut pemeriksaan aspirasi"
Arhan mengeryitkan kepalanya heran kenapa harus pemeriksaan biopsi dan aspirasi apakah ada penyakit lagi di tubuhnya sehingga harus melakukan serangkaian tes.
"kamu tidak usah kawatir kita cuma pengen tahu keadaan kamu lebih spesifik jadi nggak usah di pikirkan fokus saja sama pemulihan kamu, okey"
Arhan hanya mengangguk pelan. Tiba tiba arhan merasakan darah memenuhi mulutnya hingga menimbulkan rasa mual akibat rasa itu."om.."ucap arhan pelan, saat membuka mulut arhan bisa merasakan ada yang mengalir di pinggiran bibir.
Luna membulatkan matanya saat melihat darah keluar dari bibir arhan, kenapa sampai seperti itu"wan arhan kenapa?"tanya luna kawatir.
Ridwan mengambil beberapa lembar tissue yang ada di nakas"ners siapkan oral hygiene"
"baik dok"
Arkan yang melihat adiknya juga tidak kalah kawatirnya dengan luna apalagi melihat tiba tiba ada darah keluar dari bibirnya, namun ia tidak bisa berbuat apa apa tubuhnya masih lemas saat mengangkat kepalanya pelan saja kepalanya terasa sangat pusing.
Arhan kini sudah di posisikan semi fowler ridwan membersikan area gusi dan mulut untuk menghentikan pendarahan"Pendarahan gusi bisa di sembabkan beberapa penyakit untuk itu kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut, arhan kamu tidak usah banyak pikiran, dengan izin allah insaallah semua penyakit pasti ada obatnya"
Arhan memandang ridwan dengan tatapan sayunya"apa bisa jadi saya kena kanker ya dok?"
"kita lihat hasil pemeriksaan ya arhan, berdoa saja tidak ada penyakit baru yang berada di tubuh kamu, apakah ada pertanyaan lagi? Luna kamu mau tanya sesuatu?"
Luna hanya menggeleng pelan, dadanya terlalu sesak melihat keadaan anaknya yang semakin memprihatinkan, penyakit apalagi yang di derita anaknya apa belum cukup selama ini anak bungsunya melawan diabetes melitus type 1, setiap hari harus suntik, minum berbagai macam obat obatan untuk bertahan hidup, luna tahu tuhan tidak akan pernah memberi cobaan di luar batas hambanya dan luna yakin arhan pasti bisa melawan semuanya tapi luna tidak tega harus melihat semua itu.
"kalau gitu saya keluar dulu ya, nanti kalau ada apa bisa langsung ke ruangan perawat atau mencet tombolnya"Ucap ridwan setelah itu keluar dari ruang rawat inap arhan dan arkan.
"bunda ke kamar mandi dulu ya"
Arhan memandang luna yang hilang di balik pintu kamar mandi, ia bisa melihat luna yang menahan air mata, lagi dan lagi bundanya itu menangis karenanya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
arhan-2A
Novela JuvenilKalian pasti tahu gimana rasanya mempunyai kembaran yang bertolak belakang dengan dirimu pasti banyak orang yang membeda bedakan, pasti sakitkan? untung saja arhan mempunyai kembaran yang baik dan ke dua orang tuanya yang tidak pernah mempermasalahk...