Arhan menantap air yang berjatuhan secara bersamaan di balik kaca mobilnya, sejak subuh tadi bandung di guyur hujan deras untung saja saat hendak pergi ke sekolah hajan sudah mulai mereda, arhan merasa jika pagi pagi sudah di guyur hujan entah kenapa rasanya menenangkan.
Arhan mengeratkan jaket yang ia kenakan karena rasa dingin dari luar dan menyatu dengan AC mobil membuat rasa dingin itu berkali kali lipat"lo nggak dingin kak"
"dingin lah"ujar arkan, manusia mana yang tidak merasakan dingin pagi ini bahkan suhu pagi ini mencapai 16°celcius,
"pak itu ACnya nggak bisa di kecilin lagi ya soalnya dingin banget ini"
"maaf den ini sudah paling paling kecil nanti kalau di matiin malah ada kabutnya, bahaya"
"dingin banget ya?"tanya arkan dan hanya di balas dengan anggukan"kalau gitu double pakai hodie gue, biar anget"
Arhan menatap arkan seksama bisa bisa arkan menawari arhan hodie yang di kenakanya tadi saja arkan bilang dingin"nggak mau"
Walau arhan sudah bilang tidak mau arkan tetap melepas hodienya dan menyerahkan ke arhan"itu jaketnya di lepas dulu"sebenarnya kalau arhan tahan dingin arkan tidak akan melepas hodienya pasalnya arhan tipikal orang tidak tahan dingin, AC kamarnya saja selalu suhu normal, sering kali arkan merasa kegerahan tapi ia tahan karena kasian jika suhu AC kamarnya arkan redahin adiknya malah kedinginan.
"gue bilang nggak mau ya nggak mau!"
"kalau lo nggak mau gue juga nggak mau pakai itu hodie, lo habis sakit jangan ngeyel"
Arhan memutar bola matanya malas, bukanya menuruti penrintah arkan arhan malah melepas jaketnya menyisakan kemeja pramuka yang hanya sebatas lengan, arkan yang melihat arhan melepas jaketnya bernafas lega karena ia pikir arhan akan memakai hodienya lalu di double jeket arhan, namun sudah beberapa menit arhan tidak memakai hodienya"kenapa nggak di pakai"
"lo juga nggak pakai jadi gue juga nggak mau pakai"
"jadi orang batu banget"ucap arkan memakai hodienya kembali.
Arhan menarik nafasnya yang sedikit sesak karena efek kedinginan, salah satu dampak yang arhan benci saat musim hujan ya gini arhan akan kedinginan dan berujung sasak nafas, arhan melonggarkan dasi yang kenakan kemudian melepas 2 kancing baju seragamnya.
Walau arkan diam sedari tadi arkan melihat gerak gerik arhan yang sampai sekarang masih terlihat kepayahan bernafas"sesak banget ya?"
"enggak, cuma agak sesak aja"
"mau pulang lagi?"
Arhan menggeleng pelan"nanti kalau udah nggak dingin sesak juga hilang"
Arkan menurut saja, jangan lupakan arhan si kepala batu kalau menurutnya benar enggak ada yang boleh membantahnya.
Untung saja saat sampai di sekolah hujan sudah berhenti hanya menyisakan embun saja, jadi arkan dan arhan tidak perlu repot repot pakai payung, hanya saja arhan dan arkan masih memakai sandal karena pekarangan sekolahnya masih ada genangan air dari pada sepatu mereka kotor lebih baik pakai sandal dan saat sampai di kelas baru memakai sepatu.
"wih si kembar rajin banget hujan hujan gini sudah sampai sekolah"ujar windi teman sekelas arhan dan arkan. Bukan tanpa alasan windi berbicara seperti itu siswa laki laki yang pertama kali datang arhan dan arkan.
"loh lo baru tahu kalau kita ini murid paling rajin dan paling pintar seantero sekolah"ujar arhan.
Windi memutar bola matanya malas"kalau arkan mah emang di akuin paling pintar kalau lo pintar bikin guru naik darah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
arhan-2A
Teen FictionKalian pasti tahu gimana rasanya mempunyai kembaran yang bertolak belakang dengan dirimu pasti banyak orang yang membeda bedakan, pasti sakitkan? untung saja arhan mempunyai kembaran yang baik dan ke dua orang tuanya yang tidak pernah mempermasalahk...