Bagian 24. Rencana Pembatalan

3.7K 153 27
                                    

Episode 2. Ratu Naila

Bagian 24. Rencana Pembatalan


(Sebelumnya, maaf kalau kelanjutan cerita ini mengalami hambatan. Kondisi kesehatanku lagi menurun. Mungkin masih akan terganggu hingga bulan depan. Tapi aku mengusahakan untuk bisa segera memberikan kelanjutan ceritanya.)


Seusai Pertemuan Agung Dewan Kerajaan ketika hari menjelang sore tadi, bersamaan dengan kepergian Putri Naila meninggalkan Balai Agung, beberapa orang pejabat tinggi negeri berkumpul di sebuah ruangan. Mereka adalah orang-orang yang sebelumnya telah berkumpul sebelum Pertemuan Agung dilaksanakan.

"Apa yang terjadi denganmu? Bukankah sebelum pertemuan kita telah sepakat bahwa kita harus bisa mendesak Baginda Putri untuk mempercepat hari perkawinannya?! Kenapa kau justru menyetujui kalau perkawinannya akan dilaksanakan seperti apa yang telah direncanakan?" tanya seorang pejabat pada pejabat lainnya.

"Apakah kau tidak melihat kalau Baginda Putri telah merasa curiga pada sikap kita?!" balas tanya pejabat yang dituding bersikap tidak konsisten.

"Curiga apa? Apa yang bisa beliau curigai pada kita? Apakah Baginda Putri telah mengetahui apa yang telah kita rencanakan?"

Seorang pejabat lainnya menggelengkan kepala. "Tidak. Aku pikir Baginda Putri tidak mengetahui apa yang telah kita rencanakan. Baginda Putri juga tidak menaruh curiga atas apa yang sebenarnya terjadi di Kirikina. Bahkan, sampai dengan saat ini, beliau tidak juga melakukan penyelidikan apapun untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di sana."

Senyum salah satu dari para pejabat yang berkumpul itu mengembang. "Itu karena nama Pedang Rajawali, hehehe. Kita tidak salah menggunakan nama itu. Aku yakin, Istana Mewata tidak akan berani melakukan penyelidikan apapun terhadap hal yang menyangkut nama Pedang Rajawali. Bahkan aku juga yakin, masalah itu akan dikuburkan begitu saja oleh Baginda Putri."

"Hehehehe," sambut yang lainnya.

"Hanya saja." Pejabat yang sejak semula merasa khawatir pada sikap Putri Naila, kembali angkat bicara. "Walaupun Baginda Putri tidak melakukan penyelidikan apapun, tapi kita tetap harus waspada terhadapnya. Beliau bukanlah orang sembarangan. Baginda Putri bisa mengungkap hal-hal yang berusaha disembunyikan darinya. Kita tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun. Bahkan kita juga harus menghindari hal-hal yang bisa membuat beliau curiga. Karena sekecil apapun kecurigaan Baginda Putri, itu bisa menjadi masalah besar bagi kita semua."

"Jadi menurutmu, desakan untuk mempercepat hari perkawinan Baginda Putri itu bisa menjadi hal yang mencurigakan? Apa yang bisa beliau curigai dari masalah seperti itu?" tanya yang lainnya dengan sinis.

Pejabat yang merasa khawatir, menarik napasnya dalam-dalam terlebih dahulu. "Baginda Putri telah membantah semua alasan yang kita gunakan untuk mempercepat perkawinannya. Desakan kita telah ditolak olehnya. Jika kita terus saja mendesak dengan alasan yang sama, alasan yang telah dibantah olehnya, Baginda Putri pasti bisa menangkap bahwa ada maksud tertentu dibalik hari perkawinannya itu. Oleh karena itu, lebih baik kita mengalah untuk hari ini. Besok kita coba lagi dengan alasan lainnya."

"Alasan lain seperti apa? Tidak ada alasan lain! Satu-satunya alasan yang bisa digunakan untuk mempercepat perkawinan itu adalah alasan bahwa negeri ini membutuhkan Raja!" tegas pejabat lainnya. "Baginda Putri tidak dapat membantahnya."

"Baginda Putri telah membantahnya dengan mengatakan bahwa Ratu yang akan memimpin langsung Negeri ini! Ratu yang akan menjadi seorang Raja!" sahut pejabat yang khawatir dengan keras dan tak kalah tegasnya.

"Itu adalah masalah lainnya yang juga harus kita selesaikan terlebih dahulu," sambut seorang pejabat lainnya yang sedari tadi hanya duduk diam memerhatikan pembicaraan tiga orang di hadapannya.

Pewaris TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang