Episode 1. Revan dan Putri Naila
Bagian 18. Mereka Yang Selamat
Walaupun malam sebentar lagi akan berakhir, namun kegelapan masih menyelimuti kawasan hutan di sisi paling utara Kirikina. Rombongan Putri Naila masih dalam perjalanan mereka menuju pinggiran hutan. Sebentar lagi mereka akan tiba di kawasan perumahan penduduk.
Kirikina yang pada awal malamnya penuh dengan hiruk pikuk kebahagiaan, kini menjelang akhir malam, telah sepenuhnya berada dalam keheningan yang mencekam. Dalam sekejap, kebahagiaan berganti kepiluan. Pesta pora yang tadinya berlangsung meriah, kini hanya menyisakan percikan darah dan tubuh-tubuh tidak bernyawa yang berserakan di mana-mana.
Kerusuhan besar yang terjadi di Kirikina, bermula dari lemparan bola-bola api yang jatuh di sekitar Panggung Kehormatan Pesta Rakyat Negeri Meanda. Bola-bola api yang menciptakan kerusakan besar, kebakaran hebat dan kepanikan di mana-mana. Dilanjutkan kemudian dengan munculnya pagar api yang memisahkan kawasan panggung tersebut dengan sebagian besar wilayah kota lainnya. Sampai akhirnya ditutup dengan serangan secara tiba-tiba dan membabi buta dari orang-orang bersenjata tajam dan panah.
Musuh melakukan secara serempak di segenap penjuru kota Kirikina. Menyerang siapa saja yang dirasa tidak sepihak dengan mereka, terlebih lagi, menyerang siapa saja yang menggunakan atribut kebesaran pasukan Negeri Meanda.
Dalam kepanikan, kebingungan, terkurung oleh musuh dan terpisah antara satu dengan lainnya tanpa adanya komando yang jelas, Pasukan Keamanan Kota Kirikina, Pasukan Keamanan Negeri Meanda, Pasukan Pengawal Istana Mewata dan Pasukan Pengawal Keluarga Raja, dalam waktu yang singkat dan cepat, semuanya telah dibuat tidak berdaya.
Musuh yang datang menyerang, walaupun kalah dalam jumlah dan kekuatan, namun mereka unggul dalam penguasaan keadaan. Dalam menghadapi peperangan, musuh telah unggul satu langkah di depan. Musuh telah terlebih dahulu menguasai medan perang sebelum pasukan terkuat Negeri Meanda dapat mengantisipasi dan memberikan perlawanan dengan baik.
Namun demikian, seperti yang diberitahukan oleh Gilam pada Revan, walaupun musuh dirasa telah menguasai keadaan dan seakan telah memenangkan peperangan, namun kehadiran Pasukan Perang Negeri Meanda di Kirikina, pasukan yang sebenarnya tidak diundang di kota itu, justru mampu membalikkan keadaan.
Pasukan Perang Negeri Meanda yang oleh lawan seakan tidak diperhitungkan keberadaannya tersebut, secara perlahan dan penuh kepastian, menyisir sudut-sudut kota Kirikina untuk membersihkan siapa saja yang dicurigai oleh mereka sebagai pelaku tindak kerusuhan.
Tidak tanggung-tanggung, terhadap pasukan Negeri Meanda lainnya yang masih bertahan dan mulai mencoba memberikan perlawanan terhadap perusuh, juga turut dibasmi oleh Pasukan Perang Negeri Meanda. Termasuk rombongan pengawal bahkan Putri Naila sendiri.
Bersamaan dengan bertemunya Gilam dengan rombongan Putri Naila, Pasukan Perang sebenarnya telah menguasai kota Kirikina. Musuh telah dibantai habis. Pasukan Negeri Meanda lainnya -selain Pasukan Perang- yang masih bisa bertahan, semuanya juga telah diringkus oleh mereka. (Pasukan perangnya emang sarap dah)
Selain anggota Pasukan Perang, tidak ada satu pun orang yang diperbolehkan berkeliaran dengan bebas di kota Kirikina. Jika Pasukan Perang menemukan orang yang berkeliaran dengan bebas, terlebih lagi membawa senjata tajam, bisa dipastikan bahwa orang tersebut akan langsung dibunuh di tempat. (parah)
Tekanan yang dilakukan oleh Pasukan Perang terhadap warga kota Kirikina demi menciptakan suasana yang kondusif, justru semakin menambah besarnya ketakutan dan ketegangan bagi warga kota. Walaupun tidak diperintahkan untuk tetap berada di rumah mereka masing-masing, namun kerusuhan yang sebelumnya terjadi, telah membuat warga sudah tidak berani lagi beranjak dari rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Terakhir
FantasyTidak hanya cerdas, Putri Naila sebagai Putri Mahkota, juga dikenal bengis, tidak kompromis, sadis dan tidak logis. Tapi semuanya berubah ketika dia jatuh cinta. Besar dalam lingkungan istana dengan aturan yang ketat, membuatnya tidak pernah merasa...