Episode 1. Revan dan Putri Naila
Bagian 8. Tiang-Tiang Bendera
Kesalahan pertama Revan pada Putri Naila adalah ketika Revan ingin menunjukkan pedang yang tengah tergantung di pinggangnya pada Putri Naila. Peristiwa ini terjadi ketika Putri Naila memeriksa kesiapan pasukan pengawalnya yang akan mendampinginya melakukan perjalanan dari Mewata ke Kirikina.
Walaupun ketika itu Revan melakukannya berdasarkan permintaan dari Putri Naila sendiri, Putri Naila justru menetapkan bahwa Revan telah bersalah padanya.
Di mata Revan beserta rekan pengawal lainnya, kesalahan Revan adalah karena pedang milik Revan tersebut tidak layak untuk dipertunjukkan pada bangsawan tertinggi di Meanda seperti Putri Naila. Namun sebenarnya, bukan layak dan tidaknya yang dipermasalahkan oleh Putri Naila.
Mata bening nan jeli Putri Naila dalam waktu yang sedemikian singkat, telah dapat membedakan dengan jelas dan pasti bahwa Revan tidak menggunakan pedang yang biasanya digunakan oleh Pasukan Pengawal Keluarga Raja. Revan menggunakan pedang miliknya sendiri, bukan pedang yang dibuat oleh Istana Mewata.
Bagi Putri Naila, menggunakan pedang milik pribadi tersebut, seakan-akan menandakan bahwa pedang buatan Istana Mewata tidak lebih baik dari pedang yang digunakannya itu. Ketika meminta untuk diperlihatkan, Putri Naila sebenarnya mengharapkan penjelasan dari Revan, bukan justru semakin menunjukkan kesalahannya. Bagaimana Putri Naila tidak murka, tingkah Revan yang seperti merasa tidak berdosa itu, dianggap telah menghina harga dirinya dan kebesaran Istana Mewata.
Kesalahan Revan berikutnya adalah gerakan-gerakan kepala yang menjadi bahasa isyarat dari Revan pada Klaren ketika telah berada di perjalanan bersama Putri Naila.
Aturan mengatakan, ketika tengah bersama dengan keluarga raja, pengawal, dayang atau siapa pun yang hanya ditugaskan untuk mendampingi saja, mereka tidak diperkenankan untuk berkomunikasi dengan siapa pun, baik itu menggunakan suara maupun menggunakan bahasa tubuh. Kecuali terhadap hal-hal yang memiliki keperluan penting dan mendesak, telah mendapatkan izin, memiliki hubungan kuat dengan apa yang tengah dihadapi serta dapat dimengerti dan dimaklumi oleh keluarga raja yang tengah didampingi tersebut.
Sebenarnya, diantara para pengawal, dayang atau siapapun yang tengah ditugaskan untuk mendampingi keluarga raja, walaupun dilarang untuk berkomunikasi, tetapi mereka tetap berusaha untuk berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya. Mereka menggunakan bahasa isyarat khusus yang mereka anggap tidak akan diketahui dan tidak akan menggangu orang yang mereka dampingi.
Mereka biasanya menggunakan gerakan bola mata, seperti melirik ke kiri dan kanan, menghadapkan bola mata ke atas atau berkedip beberapa kali. Walaupun Revan telah mengetahui isyarat khusus tersebut, namun karena Revan tidak terbiasa menggunakannya, Revan akhirnya lebih sering menggunakan gerakan kepalanya. Gerakan isyarat yang merupakan gerakan yang dapat dengan mudah dilihat dan diketahui oleh Putri Naila.
Kesalahan-kesalahan Revan selanjutnya adalah kesalahan dalam memberikan peringatan pada Putri Naila ketika Revan menemukan sarang lebah di atas pohon, meladeni pembicaraan dengan seorang nenek yang mereka temukan di perjalanan tanpa meminta izin berbicara terlebih dahulu dan mengejutkan Putri Naila dengan penampakan yang samar-samar ketika Revan beristirahat di atas pohon.
Kesalahan terakhir yang semakin membuat Putri Naila murka pada Revan adalah ketika Revan menjatuhkan seseorang dari atas atap disaat mereka memasuki desa Mejana. Tindakan Revan melempar jatuh Darji dari atas atap, sebenarnya bisa dimaklumi oleh Putri Naila sebagai tindakan yang mendesak dan dapat dilakukan tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Dianggap menjadi kesalahan besar adalah karena setelah melakukan pelemparan tersebut, Revan tidak langsung melaporkan dan menyebutkan alasannya terlebih dahulu pada Putri Naila. Revan justru memberi perintah pada pasukan lain yang bukan bagian dari pasukannya sendiri. Perintah yang seharusnya hanya bisa diberikan oleh orang yang memiliki jabatan tinggi, yang dapat menghubungkan antar satu pasukan dengan pasukan lainnya. Perintah yang ketika itu hanya bisa dilakukan oleh Putri Naila sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Terakhir
FantasyTidak hanya cerdas, Putri Naila sebagai Putri Mahkota, juga dikenal bengis, tidak kompromis, sadis dan tidak logis. Tapi semuanya berubah ketika dia jatuh cinta. Besar dalam lingkungan istana dengan aturan yang ketat, membuatnya tidak pernah merasa...