Episode 1. Revan dan Putri Naila
Bagian 7. Kirikina
Demi membebaskan Revan dari tahanan, sebagai Kepala Pasukan Pengawal Keluarga Raja, Ihgram akhirnya menjaminkan diri, jabatan dan kehormatannya sendiri dan akan mempertanggungjawabkannya secara langsung pada Putri Naila. Dengan kesanggupan Ihgram menanggung segala dampak atas tindakan yang dianggap menentang perintah Putri Naila, Pasukan Keamanan Wilayah Selatan akhirnya bersedia memenuhi permintaan Ihgram.
Walaupun berhasil mendapatkan persetujuan atas pembebasan Revan, namun persetujuan tersebut baru bisa didapatkan Ihgram ketika matahari telah berada di atas kepala. Pasukan keamanan yang menangkap dan menahan Revan di Mejana, harus menanti keputusan dari atasan mereka yang masih berada di ibukota Wilayah Selatan Meanda, Unsore.
“Sembari menanti keputusan, sebaiknya Anda beristirahat saja sejenak sebelum kembali ke Kirikina. Merpati pengantar pesan akan segera kembali dalam waktu yang tidak lama.” Begitu tanggapan penanggung jawab Pasukan Keamanan Wilayah Selatan yang ditempatkan di Mejana ketika Ihgram memohon pengertian mereka agar Revan dan dirinya harus segera ke Kirikina secepatnya.
Walaupun Ihgram mengatasnamakan kepentingan Raja, namun pasukan keamanan tersebut tetap tidak mengenal kompromi pada Ihgram. Tanpa persetujuan, Revan tidak akan mereka lepaskan.
Terlebih mengingat bahwa Ihgram tidak dapat menjelaskan alasan yang sebenarnya yang membuat dirinya dan Revan harus sesegera mungkin kembali pada Raja. Ihgram tidak dapat menceritakan dugaan akan adanya ancaman keselamatan Raja dari kelompok Pedang Rajawali karena hal tersebut harus dirahasiakan olehnya.
Terlebih dengan keyakinan Revan bahwa kelompok perampok terbesar yang pernah ada di Negeri Meanda tersebut sudah tidak ada lagi. Revan yakin, Raja tidak akan mendapatkan ancaman dari pihak manapun. Bahkan oleh Kelompok Perampok Bukit Merah. Revan menyatakan bahwa kelompok tersebut tidak akan mampu menembus penjagaan dan pengawalan Pasukan Keamanan Negeri yang saat ini tengah bersama Raja di Kirikina.
Akhirnya, sementara menunggu keputusan, akibat lelah karena perjalanan sepanjang malam dari Kirikina ke Mejana untuk menjemput Revan, Ihgram menyempatkan dirinya untuk beristirahat sejenak.
Berdasarkan apa yang telah dijadwalkan, hari ini adalah hari dimana upacara penobatan Kirikina menjadi sebuah kota dilaksanakan. Pesta Rakyat Negeri Meanda, akan mulai dilaksanakan keesokan harinya. Pesta yang akan berlangsung selama 3 hari penuh, siang dan malam.
Karena masih bersama Revan di Mejana, Ihgram tidak dapat mengikuti upacara penobatan Kirikina. Ketidakhadiran Ihgram diantara barisan Pasukan Pengawal Keluarga Raja, diketahui oleh Putri Naila.
“Apakah pemimpinmu itu pergi ke Mejana untuk membebaskan lebah pohon?!” selidik Putri Naila penuh curiga pada Medaru, pada pemimpin kelompok pengawal yang ditugaskan mengawalnya.
Medaru hanya bisa menelan ludah, tidak bisa mengelak untuk memberikan jawaban lain. Ihgram memang pergi ke Mejana untuk membebaskan Revan. Walaupun tidak bisa mengelak, namun Medaru sempat berpikir, bagaimana Putri Naila bisa menduga bahwa Ihgram akan membebaskan Revan? Apakah hanya tebakan saja? Atau telah ada orang lain yang memberitahukannya?
“Benar, Yang Mulia,” jawab Medaru.
Senyum sinis Putri Naila mengembang. Dengan menghembuskan napas kesal, bangsawan jelita itu menggelengkan kepala. “Apakah tidak ada orang lain yang bisa diutusnya untuk membebaskan penjahat itu?”
Medaru tersentak kaget sekali lagi. Pertanyaan Putri Naila tersebut seperti menandakan bahwa Putri Naila menyatakan bahwa Ihgram telah bersalah karena pergi begitu saja meninggalkan Kirikina, pergi meninggalkan tugasnya mengawal Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Terakhir
FantasyTidak hanya cerdas, Putri Naila sebagai Putri Mahkota, juga dikenal bengis, tidak kompromis, sadis dan tidak logis. Tapi semuanya berubah ketika dia jatuh cinta. Besar dalam lingkungan istana dengan aturan yang ketat, membuatnya tidak pernah merasa...