Bagian 21. Kambing Hitam

3.9K 112 15
                                    

Akhir Episode 1. Revan dan Putri Naila

Bagian 21. Kambing Hitam

Untuk kedua kalinya, Revan dan Putri Naila sama-sama terdiam membisu setelah saling merengut. Ihgram dan Gilam saling melirik, saling tersenyum secara sembunyi-sembunyi kemudian.

Putri Naila sebenarnya berniat akan membawa Revan bersamanya ke istana. Jika Revan yang telah diyakininya sebagai Reya ada di istana, Putri Naila tidak akan merasa repot untuk dapat terus memantau keberadaan dan segala aktivitas putra pemimpin kelompok Pedang Rajawali itu.

Karena alasan tidak ingin Reya lepas dari pantauannya itulah yang membuat Putri Naila tidak ingin pergi meninggalkan Revan begitu saja. Kapanpun itu, jika harus malam ini juga, Revan akan tetap harus ikut pergi bersamanya kembali ke Istana Mewata.

Tapi, demi melihat kondisi kesehatan Revan saat ini yang tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh dalam waktu secepat mungkin, Putri Naila berencana akan bertahan di Kirikina selama satu hingga dua hari ke depan. Putri Naila tidak mempermasalahkan jika harus menunda perjalanan pulangnya ke Istana Mewata hanya untuk dapat membawa Revan pergi bersamanya.

Jadi sebenarnya, yang dipermasalahkan oleh Putri Naila itu adalah Revan sebagai Reya. Walaupun ada sedikit kekhawatiran atas kesembuhan Revan, tapi alasan kesembuhan Revan ini bukanlah hal yang dipermasalahkannya untuk saat ini. Jika Putri Naila beralasan bahwa Revan harus dibawa ke istana adalah untuk mendapatkan pengobatan, itu adalah demi menutup-nutupi alasannya yang sebenarnya.

Putri Naila tidak ingin mengungkap hal yang sebenarnya mengenai Reya di hadapan Ihgram dan Gilam, bahkan tidak ingin pula mengungkapnya di hadapan Revan sendiri. Putri Naila tetap berpura-pua bahwa dia belum mengetahui siapa Revan yang sebenarnya.

Mau sembuh atau tidak, bukan urusanku! Kalau perlu, sakit saja selamanya biar kau tidak bisa pergi lagi kemana-mana! rutuk Putri Naila lagi dalam hati.

Begitu pula sebaliknya dengan Revan. Entah kapanpun Putri Naila pergi meninggalkan Kirikina, aman dan tidaknya perjalanannya, bukanlah hal yang dipermasalahkan oleh Revan. Revan yakin, Putri Naila pasti akan segera mendapatkan pengawalan yang ketat kembali. Juga, selama Ihgram masih terus mendampinginya, Putri Naila akan tetap berada dalam keadaan yang aman.

Revan hanya berpura-pura merasa khawatir. Sesungguhnya Revan justru berharap Putri Naila segera pergi dari hadapannya. Selain berpura-pura, Revan menggunakan alasan aman dan tidaknya perjalanan Putri Naila adalah demi menutupi alasannya yang sebenarnya. Alasan yang sebenarnya sama seperti alasan Putri Naila, yaitu masalah Reya Putra Geoni.

Karena selama ini Revan merasa dirinya sebagai Reya telah dianggap sebagai hal yang bisa menjadi ancaman besar bagi Istana Mewata, Revan tidak ingin berada di dalam istana dalam jangka waktu yang lebih lama lagi. Selama ini, Revan sebenarnya juga telah berencana  pergi meninggalkan istana.

Terlebih lagi jika harus berhadapan dengan Putri Naila. Revan yakin, jika dia terus bersama Putri Naila, Putri itu akan dapat mengungkap jati diri Revab yang sebenarnya. Ketajaman Putri Naila dalam berpikir dan menganalisa, membuat Revan merasa tidak aman jika selalu berhadapan dengan Putri Naila.

Oleh karena itu, selagi dirinya tidak dapat pergi kemana-mana, Revan mengharap Putri Naila yang segera pergi meninggalkannya. Bukan justru akan membawa serta dirinya kembali ke Istana Mewata bersama Putri Naila.

Kalau sudah masuk ke istana lagi, bagaimana caraku bisa pergi darinya? rintih Revan dalam hati.

“Menurut hemat hamba, Yang Mulia. Apa yang dikatakan oleh Revan, mungkin ada benarnya. Sebaiknya Revan di rawat di kota ini saja. Jika Revan dibawa ke Istana Mewata, untuk dapat melakukan penyelidikan selanjutnya, Revan harus kembali lagi ke kota ini. Hal itu hanya akan membuang waktu dengan percuma saja,” saran Ihgram setelah semua orang di sekitarnya tenggelam dalam diam untuk beberapa saat.

Pewaris TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang