Bagian 27. Perubahan Dari Putri Menjadi Ratu

531 48 10
                                    

Episode 2. Ratu Naila


Bagian 27. Perubahan Dari Putri Menjadi Ratu


Mewata adalah ibukota Negeri Meanda. Menjadi ibukota pula bagi Wilayah Tengah Negeri Meanda.

Kota besar yang nyaris persis berbentuk lingkaran dengan tembok batu tinggi yang mengelilinya itu, berada pada hamparan tanah yang lebih tinggi dari permukaan tanah di luar kotanya. Di dalam lingkaran kotanya sendiri, hamparan permukaan tanahnya terdiri atas tiga tingkat permukaan tanah dengan bentuk lingkaran yang semakin mengecil di tengahnya. Semakin ke tengah, tingkat lingkaran permukaan tanahnya akan semakin tinggi.

Pada lingkaran permukaan tanah paling tinggi di tengah kota itulah istana Raja Negeri Meanda berdiri. Dan persis di tengah-tengah lingkaran kota, persis di depan pagar istana raja, terdapat sebuah sumber mata air besar yang selalu menyediakan air jernih disetiap saat untuk mengaliri sungai kecil yang terbentang lurus dari tengah menuju luar kota.

Kabar yang beredar dan dipercaya oleh rakyat Negeri Meanda, permukaan tanah datar yang benar-benar rata dan bertingkat-tingkat pada kota Mewata itu, semuanya karena terbentuk dari sebuah gunung besar yang dipangkas rata. Tapi, walau mereka percaya akan kabar tersebut, namun mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana sebenarnya dataran tinggi kota itu bisa terbentuk.

Yang sesungguhnya terjadi adalah, permukaan rata yang lebih tinggi dari bagian luar kota dan bertingkat di setiap tiga lingkaran di tengah kota tersebut adalah benar karena terbentuk dari sebuah gunung besar yang dipangkas rapi oleh salah satu pendiri Kota Mewata.

*** Sekilas Info ***

Mengenai gunung yang dipangkas rapi terpola ini, telah aku sampaikan pada akhir cerita "Senandung Hati" (cerita ini baru ku-publish di fesbuk aja, belum sampe ke sini). Jadi, buat yang udah baca cerita itu, mungkin masih ingat siapa yang memangkas gunung itu dan kenapa dia memangkasnya. Alasan yang juga menjadi hal yang membuat Revan (dan Kelompok Perampok Pedang Rajawali juga sebenarnya) merasa ringan hati untuk memberikan pengabdiaannya pada Negeri Meanda.

Dan ...

Sekedar mengompor-ngompori, supaya nanti ada yang menagih -karena kalo gk ada yg nagih, aku males bikin ceritanya (seperti apa yang terjadi pada "Alunan Pedang Hati")-. Penjelasan mengenai sejarah Negeri Meanda dan sejarah terbentuknya kota Mewata ini secara lengkap akan dijelaskan pada seorang perempuan kecil yang bernama Syilla, satu-satunya keturunan terakhir dari Raja-Raja Negeri Meanda, menjelang runtuhnya Negeri Meanda dalam cerita "Syilla, Darah Raja".

Saat mendapatkan penjelasan itu, tiba-tiba airmata Syilla menetes demi melihat dari kejauhan bahwa mata air di tengah kota itu sudah tidak lagi menghasilkan air. Karena pada saat itu, penguasa Negeri Meanda bukan berasal dari mereka yang ber-Darah Raja.

Dan semenjak saat itu, Syilla yang diakui oleh abdi setianya sebagai Ratu yang sesungguhnya dari Negeri Meanda bersumpah: tidak akan duduk di singgasana Raja Istana Mewata jika seluruh Wilayah Negeri Meanda tidak dapat bersatu kembali. Sumpah yang justru berakibat fatal bagi Negeri Meanda itu sendiri.

Perjuangan berat penuh duka Syilla 'Si Anak Nakal' dalam menyatukan kembali kejayaan Negeri Meanda itulah yang menjadi tema dari ceritanya. Cerita menyedihkan yang berakhir tragis. Jadi sebaiknya jangan menagih kalo gk punya penampung air yang banyak.

*** Info Selesai ***

Mewata, hari kedelapan pada purnama keempat dari 116 putaran bulan.

(Yey! Akhirnya cerita yang sekarang ini memiliki penghitungan tanggal. Entah bagiamana konsepnya, aku belum menyusunnya lebih detail. Pola penanggalannya menggunakan rotasi bulan. Satu putaran bulan terdiri atas 12 purnama. Dari tulisan tebal di atas dapat diartikan sebagai tanggal 8 bulan 4 tahun 116. Walau sudah ada tanggalnya, tapi jam masih belum ada.)

Pewaris TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang