Episode 2: Bagian 22. Anak Kecil

3.5K 130 19
                                    

Karena banyak kesibukan, mohon maaf kalau update cerita ini jadi terlambat.

Kalau di bagian sebelumnya tertulis: Episode 2. Pangeran Erayoda, maka kini akan dibenahi.

Episode 2. Ratu Naila

Bagian 22. Anak Kecil

Dikawal oleh Pasukan Keamanan Kota Kirtayon, Putri Naila dan Ihgram mulai berangkat meninggalkan Kirikina setelah seluruh persiapan keberangkatan selesai dilaksanakan. Jenazah Raja dan Ratu, para pembesar Istana Mewata dan anggota pasukan yang turut menjadi korban kerusuhan, dibawa serta ke Mewata bersama dengan rombongan Sang Putri.

Seluruh pasukan Negeri Meanda yang terlibat dalam kerusuhan Kirikina, pasukan yang selamat dari pertikaian, baik itu Pasukan Pengawal Istana Mewata, Pasukan Pengawal Keluarga Raja, Pasukan Keamanan Negeri serta Pasukan Keamanan Kota Kirikina, semuanya turut serta mengikuti kepergian Putri Naila dari Kirikina berdasar perintah dari Sang Putri sendiri.

Sebelum perjalanan dini harinya menuju Kirtayon dimulai, Putri Naila telah berpesan agar Panglima Pasukan Perang Negeri Meanda segera menemuinya sebelum dirinya memasuki Istana Mewata. Jika memungkinkan, pertemuan antara Putri Naila dengan Panglima Pasukan perang akan dilakukan di Kirtayon.

Demi memenuhi permintaan Sang Putri tersebut, utusan yang diperintahkan segera pergi secepat kilat menuju Markas Pasukan Perang Selatan, markas pusat Pasukan Perang Negeri Meanda.

Berangkat dini hari dari Kirikina, rombongan Putri Naila tiba di Kirtayon pada malam keesokan harinya. Berdasar keterangan utusan yang mendahului keberangkatan Pasukan Keamanan Negeri Meanda yang tersisa di Istana Mewata, Putri Naila diminta untuk bertahan sejenak di Kirtayon hingga menunggu Pasukan dari Mewata tersebut datang menjemputnya di Kirtayon.

Berdasar berita tersebut, Putri Naila bertahan sejenak di Kirtayon. Selama bertahan di Kirtayon, Putri Naila harus menghadapi ucapan belasungkawa dari nyaris seluruh warga kota yang berbondong-bondong datang ke tempat peristirahatannya. Kegiatan yang nyaris menyita seluruh waktu istirahatnya.

Setelah satu hari bertahan di Kirtayon, Panglima Pasukan Perang akhirnya tiba di hadapan Putri Naila.

Seluruh pasukan yang tersisa dari mereka semua yang menghadapi pertarungan melawan pemberontak Kirikina, pasukan yang dibawa serta oleh Putri Naila hingga sampai di Kirtayon, semuanya diserahkan oleh Putri Naila pada Panglima Pasukan Perang. Terhadap sisa pasukan yang selamat dari pertikaian tersebut, Putri Naila memberi perintah singkat pada Panglima Pasukan Perang: "Bawa mereka pergi dari kota ini. Lalu habisi nyawa mereka semua!"

Dengan perintah tersebut, semua saksi yang tersisa dari perlawanan menghadapi kelompok pemberontak yang mengatasnamakan diri mereka sebagai kelompok Pedang Rajawali, telah dimusnahkan sendiri oleh Putri Naila. Dengan pemusnahan semua bukti tersebut, diharapkan nama Pedang Rajawali tidak akan terangkat kembali ke permukaan Negeri Meanda.

Tidak hanya membersihkan para saksi pemberontakan Kirikina, Putri Naila juga memberikan perintah penting lainnya pada Panglima Pasukan Perang. “Persiapkan seluruh kekuatan Pasukan Perangmu! Semuanya tanpa ada pengecualian! Lalu tunggu perintahku selanjutnya!”

Putri Naila mempersiapkan seluruh kekuatan pasukan perangnya? Untuk apa? Memerangi siapa? Tidak ada satu orang pembesar Istana Mewata yang dapat mengetahuinya. Bahkan termasuk orang yang menerima perintah, Panglima Pasukan Perang sendiri juga tidak mendapatkan penjelasan dari pemimpin tertinggi Negeri Meanda tersebut.

Selain berbicara dengan Panglima Pasukan Perang, dalam perjalanannya menuju Mewata, telah dimulai semenjak dari Kirikina menuju Kirtayon, tidak ada satu orang pun yang bisa berbicara dengan Putri Naila. Tidak ada yang bisa berbicara dengannya karena wanita itu hanya diam membisu. Tidak mengucapkan sepatah kata pun pada siapa pun. Diam seribu bahasa.

Pewaris TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang