Episode 2. Ratu Naila
Bagian 33. Aku, Revan!
Matahari perlahan condong ke barat.
Revan terus memacu kudanya meninggalkan Desa Elari. Menjelang gerbang perbatasan Grandia Meanda, Revan keluar dari jalan utama. Tujuannya bukan menuju tempat hunian rakyat Grandia, namun menuju daerah yang ia perkirakan sebagai daerah persembunyian Kelompok Perampok Gunung Langka. Mungkin di lereng gunung, mungkin pula di puncaknya.
Semenjak meninggalkan jalan tanah, Revan mulai membelah kawasan hutan. Tidak hanya sekedar tidak mengenali kawasan hutannya, kawasan Gunung Langka hingga bagaimana wilayah Kerajaan Grandia sendiri Revan tidak mengenalinya. Bahkan bagaimana dengan kelompok perampok yang ingin ia temui, ia sendiri tidak mengenalinya.
Bagaimana mereka, bagaimana keahlian dan kemampuannya, siapa anggotanya bahkan ketua kelompoknya, Revan tidak memiliki pengetahuan sama sekali.
Sepintas keterangan yang ia dapatkan dari Gilam, kelompok Gunung Langka lebih dikenal sebagai kelompok pemburu. Kemampuan mereka dalam berburu diakui ketangguhannya.
Dan menurut Gilam lagi, keahlian dalam berburu itulah yang harus lebih dikhawatirkan. Kemampuan pengintaian terhadap sasaran baik itu hewan buruan maupun manusia, dinilai Gilam di atas rata-rata. Mereka juga ahli dalam melakukan serangan secara sembunyi-sembunyi dan tiba-tiba.
Ditunjang pula dengan lengkapnya peralatan yang mereka gunakan dan kembangan dalam menghadapi wilayah aksi yang berupa lereng perbukitan, jurang dengan tebing-tebing curam. Menurut Gilam lagi, semua peralatan tempur mereka adalah yang terbaik jika digunakan untuk mengepung lawan dari posisi yang lebih tinggi.
Panah yang mereka gunakan adalah sebagai bukti yang telah Revan rasakan sendiri keampuhannya. Memiliki daya lesat yang sama seperti anah panah biasa jika mengarah pada sasaran yang lebih tinggi dan akan menjadi lebih cepat jika mengarah ke bawah. Dalam jarak dekat, anak panah mereka adalah senjata yang sangat mematikan karena daya lesatnya yang tinggi itu.
Mengingat keunikan panah mereka, Revan miris. Walau ia memiliki keyakinan jika kekuatan kelompok perampok itu telah jauh berkurang akibat penyerangan di Kirikina, namun kondisi kesehatan Revan juga tidak sedang dalam keadaan yang terbaik.
Luka yang tidak sepenuhnya sembuh ditambah dengan perjalanan tiada henti semenjak meninggalkan Kirikina, walau kekuatan musuh melemah, dia juga merasa tidak akan dapat berbuat banyak.
Kembalilah dengan selamat untuk Baginda Ratu? Heh. Revan tersenyum sendiri mengingat pesan Gilam. Kembali dengan selamat atau tidak, semuanya akan sama. Ratu Naila akan tetap marah padanya. Revan geleng-geleng kepala sambil tak henti mengembangkan senyum lebar mengingat semua hal tentang Ratu Naila. Anak kecil!
Namun di balik itu, Revan bertekad. "Aku tidak akan mati di tempat seperti ini!"
Semakin jauh berkuda, dataran semakin menanjak. Revan kemudian bertemu dengan hamparan padang rumput terbuka yang dikelilingi pepohonan tinggi di kejauhan. Tidak ada keharusan baginya untuk melintasi padang rumput setinggi lutut itu. Tidak ada pula larangan untuknya. Namun jika mempertimbangkan resiko, melintasi padang rumput terbuka dengan pohon tinggi di sekitar walau jauh, adalah hal yang paling membahayakan. Jika tempat itu adalah target serangan, maka Revan adalah sasaran empuk jika ia melintasinya.
Mempertimbangkan bahwa mencari tempat persembunyian di antara gunung tinggi dan luas adalah bukan pekerjaan yang mudah, jika bisa lebih dahulu ditemukan oleh musuh, mungkin semuanya akan menjadi lebih mudah. Oleh karena itu, walau akan menjadi sasaran empuk, melintasi tempat terbuka adalah hal yang mungkin akan mempercepat kemungkinan untuk ditemukan oleh orang yang ia cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Terakhir
FantasyTidak hanya cerdas, Putri Naila sebagai Putri Mahkota, juga dikenal bengis, tidak kompromis, sadis dan tidak logis. Tapi semuanya berubah ketika dia jatuh cinta. Besar dalam lingkungan istana dengan aturan yang ketat, membuatnya tidak pernah merasa...