Episode 1. Revan dan Putri Naila
Bagian 13. Pertaruhan Lagi
Sampai dengan saat ini, Putri Naila masih tidak mengetahui tentang peristiwa penyerangan terhadap rumah kediamannya dan kedua orang tuanya. Dia hanya mengetahui, ketika tengah menanti kedatangan Revan dan Ihgram di Kantor Pasukan Keamanan Kota, kantor tersebut tiba-tiba diserang oleh sekelompok orang-orang bersenjata tajam. Musuh tiba-tiba datang menyerang Pasukan Keamanan Kota, membasmi mereka semua termasuk menyerang Pasukan Pengawal Keluarga Raja dan Putri Naila sendiri.
Walaupun Putri Naila ikut diserang, namun dia merasa dirinya bukanlah tujuan musuh yang sebenarnya. Dia ikut terkena serangan karena dirinya dilindungi oleh Pasukan Pengawal Keluarga Raja, oleh pasukan yang menjadi sasaran serangan musuh. Dia dilarikan ke dalam hutan pun, karena dibawa oleh pasukan pengawalnya.
Ketika Ihgram menjelaskan bahwa Pasukan Perang telah ditugaskan di Kirikina untuk menumpas para pemberontak, Putri Naila masih belum memiliki gambaran yang jelas terhadap apa yang telah terjadi di Kirikina. Putri Naila juga masih belum mendapatkan kepastian bahwa pemberontakan yang disebut oleh Ihgram tersebut adalah pemberontakan yang terjadi di Kirikina.
Walaupun masih belum memiliki gambaran yang jelas, namun Putri Naila telah merasa curiga. Curiga tentang adanya hal besar yang telah terjadi di Kirikina, yang berdampak terhadap keselamatannya. Yang membuat Ihgram harus datang kepadanya.
“Anda mengutus Pasukan Perang untuk menangkap Revan, Yang Mulia? Apakah Revan telah anda tetapkan sebagai pemberontak?” tanya Medaru.
“Itu karena dia tidak mengatakannya dengan jelas!” jawab Putri Naila pada Medaru sembari menunjuk Ihgram sebagai orang yang dimaksud dengan 'dia' dalam kalimatnya.
“Maksud hamba, Yang Mulia. Pasukan Perang itu berada di Kirikina adalah untuk membasmi para pemberontak yang telah menyerang Kirikina,” beritahu Ihgram.
Medaru dan seorang anggota pasukan pengawal yang masih bersamanya mengawal Putri Naila, Darka, semakin terkejut demi mendengar penjelasan tambahan dari Ihgram. Keduanya serentak memandang Ihgram dengan penuh tanda tanya. “Terjadi pemberontakan di Kirikina?”
Sementara itu, seorang Dayang Pengasuh yang masih mendampingi Putri Naila, Muriu, langsung melirik majikannya. Dayang Muriu seketika itu juga langsung merasa khawatir akan keselamatan Putri Naila.
“Lalu?” tagih Putri Naila setelah sejenak menanti penjelasan Ihgram selanjutnya.
Ihgram melongo. Bingung. Lalu? Lalu apa? Apalagi yang diinginkan Baginda Putri? Apakah aku harus menjelaskan semua yang terjadi padanya saat ini juga? Ihgram menimbang-nimbang sejenak.
“Kirikina telah diserang oleh para pemberontak. Kota ini sekarang telah menjadi kacau balau dan tidak terkendali lagi keamanannya. Hamba belum mengetahui siapa pelaku pemberontakannya dan apa yang menjadi tujuan mereka,” lanjut Ihgram tanpa menyebut secara detail terhadap seluruh peristiwa yang dihadapinya.
Mendengar penjelasan itu, Putri Naila justru menjadi semakin kesal. “Ihgram! Dengan otakmu yang sepicik itu, apakah kau sebenarnya lebih berminat menjadi seorang tukang cuci piring dibandingkan menjadi pengawal?! Tidak cukupkah aku menurunkan jabatanmu dari kepala pengawal untuk sementara?! Kau ingin aku membuatnya menjadi selamanya?!”
Ihgram masih bingung. “Maafkan hamba, Yang Mulia. Tapi, apa sebenarnya maksud anda?”
Putri Naila menghembuskan napasnya panjang-panjang sambil geleng kepala. “Kau tahu berapa jauh Markas Selatan Pasukan Perang dari kota ini? Berapa lama perjalanan yang harus mereka tempuh dari markas mereka itu ke kota ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Terakhir
FantasiTidak hanya cerdas, Putri Naila sebagai Putri Mahkota, juga dikenal bengis, tidak kompromis, sadis dan tidak logis. Tapi semuanya berubah ketika dia jatuh cinta. Besar dalam lingkungan istana dengan aturan yang ketat, membuatnya tidak pernah merasa...