Bagian 25. Revan Melarikan Diri

3.5K 187 72
                                    

Kelamaan nunggu updatenya, ya? Sekali lagi mohon maaf karena membuat kalian menunggu.

Dari dokter yang merawatku, penyakitku adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Tapi, akan terus dirawat dan dikendalikan agar kondisiku tidak semakin memburuk.

Untuk saat ini, aku masih merasa "baik-baik" saja. Semoga tetap "baik-baik" saja hingga kemudian hari nanti. Amin.


Episode 2. Ratu Naila


Bagian 25. Revan Melarikan Diri


Mendapatkan Ihgram melonggo karena terkejut, Putri Naila langsung melotot dan mempertanyakan reaksi yang Ihgram berikan padanya. "Hah?"

Merasa telah salah bersikap, Ihgram langsung berlutut. "Ampunkan hamba, Yang Mulia. Maafkan atas kelancangan hamba."

"Kenapa kau jadi terkejut seperti itu?! Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?!"

Apa ada yang salah? Ihgram sejenak bingung sendiri. Tidak sadarkah anda jika tadi sore anda telah mendapatkan jawabannya dari hamba? Kenapa sekarang mempertanyakannya lagi?

Masih dalam posisi berlutut, Ihgram semakin merendahkan badan hingga tubuhnya semakin condong ke depan. "Sekali lagi, mohon ampun, Yang Mulia. Maafkan atas kelancangan hambamu yang hina ini. Hamba terkejut karena hamba tidak mengerti apa yang anda maksudkan."

"Tidak mengerti?! Apa yang tidak bisa kau mengerti?! Aku mencari kabar tentang Revan! Kau pasti tahu itu! Atau jangan-jangan, sampai sekarang kau belum juga mendapatkan kabar tentangnya! Benar begitu?!"

Ihgram terkesima untuk beberapa detik. Ihgram merasa dirinya telah memberikan alasan mengapa dia tidak mencari kabar tentang Revan. Dan menurut Ihgram, alasannya tersebut telah diterima oleh Putri Naila.

Kalaupun Ihgram memang harus mencari kabar, dalam waktu yang sesingkat ini, Ihgram merasa dirinya tidak akan mungkin bisa mendapatkan kabar dari orang yang jauh dan tidak jelas dimana keberadaannya sekarang itu.

Ihgram kini harus menempelkan telapak tangan dan keningnya di atas permukaan tanah demi menghaturkan sembah sujud bagi Putri Naila. Ihgram hanya bisa memasrahkan nasibnya pada sang Putri.

"Mohon pengampunan anda, Yang Mulia. Hukumlah hambamu yang hina ini jika anda tidak berkenan memberikan pengampunan. Anda benar, hamba belum mendapatkan kabar apapun tentang Revan."

Desahan panjang dan keras keluar dari bibir Putri Naila. "Nyawamu dan masa depan Negeri ini berada di tangannya! Bagaimana mungkin kau bisa membiarkannya berlalu pergi tanpa kabar begitu saja?!"

"Ampunkan hamba, Yang Mulia." Sekali lagi Ihgram bersujud. "Hamba bersedia menerima hukuman."

"Tidak perlu!" bentak Putri Naila begitu saja. "Tidak ada gunanya aku menghukummu!"

"Lalu apakah hamba harus pergi mencarinya ke Kirikina sekarang juga?"

"Apakah kau yakin kalau dia masih ada di sana?!"

Ihgram diam untuk berpikir sejenak. Semenjak Pasukan Perang menguasai kota itu, segala bukti yang diperlukan oleh Revan, kemungkinan besar sudah tidak ada lagi di Kirikina. Semuanya telah dihapuskan oleh Pasukan Perang tersebut. Karena sudah bersih, Revan tidak akan mungkin masih berkeliaran di sana untuk mencari bukti-bukti lainnya.

Lalu kemana? Ihgram masih berpikir sendiri. Berusaha mengingat apa yang pernah direncanakan oleh Revan bersama Gilam selanjutnya.

"Dia sudah melarikan diri sekarang," jawab Putri Naila sendiri setelah Ihgram tidak mampu memberikan jawaban.

Pewaris TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang