Episode 3: Reya Putra Geoni
Lihatlah dari matanya, apakah kau bisa melihat sesuatu yang besar di sana? Dan jika kau tahu tentangnya, apakah kau akan membiarkannya? Semua telah berkorban untuknya. Kini tiba saatnya bagimu untuk melanjutkan perjuangan mereka. Inilah warisan untukmu: Lindungi dia!
Bagian 38. Sang Ahli Strategi
Pagi di desa Elari. Kicau burung bersahutan. Embun menetes satu per satu dari pucuk dedaunan jatuh ke bumi membasahi rumput hijau.
Pagi ini, Ratu Naila dan Revan sama-sama akan pergi meninggalkan desa Elari. Walau sama-sama pergi, tapi tujuan mereka berbeda. Revan menuju Wilayah Barat Negeri Meanda, ke desa Upari tepatnya. Sementara Ratu Naila kembali ke Mewata, ke istananya.
Tidak hanya tujuannya, waktunya pun ternyata berbeda. Revan dan Gilam telah berangkat semenjak pagi tiba. Sementara Ratu, hingga matahari naik semakin tinggi, rombongannya belum juga berangkat.
Padahal, semuanya telah siap. Kecuali, Sang Ratu. Dia masih berharap jika Revan akan berubah pikiran. Padahal lagi, Revan telah pergi meninggalkannya.
Semenjak tadi malam, dia telah kesal. Sampai pagi ini dia masih tidak habis pikir. Kenapa Revan masih tidak mau kembali ke istana?
Menurut Ratu Naila, Revan akan lebih aman jika bekerja di istana. Dia tidak perlu lagi berurusan dengan kelompok-kelompok perampok. Ratu juga telah mengisyaratkan tidak akan lagi menjatuhkan hukuman untuknya. Bahkan, jabatan tinggi pun akan dia berikan asal Revan mau tetap bekerja di istana.
Namun apa mau dikata. Revan memilih untuk pergi sebagai permintaan akan penghargaan yang ditawarkan. Hal yang justru membuat Ratu Naila geram.
Dan sebelum mengajukan permintaan itu, Revan melempar hal yang sama sekali tidak masuk di akal Ratu Naila. Yaitu kecurigaan akan keterlibatan Kelompok Perampok Pedang Rajawali atas kekacauan yang terjadi di Wilayah Barat,
Sungguh. Menghubungkannya saja dirasa tidak mungkin. Apalagi harus dicurigai.
Memangnya aku ini dianggap apa olehnya?! Temannya? Tidak sadarkah dia jika aku ini Ratu! geram Ratu Naila dalam hati.
Jika keterangan itu dapat diterima, jika seorang Ratu telah memutuskan, maka perintah yang terucap akan dilaksanakan oleh pelaksana perintahnya. Jika perintah itu adalah untuk menghancurkan, maka kehancuranlah yang akan tercipta. Petaka jika tidak terbukti kebenarannya.
Kenapa dia semakin kurang ajar padaku? sesal Ratu Naila kemudian.
Dan jika telah memilih pergi, mungkinkah Revan akan bisa ada lagi di istananya? Ratu Naila semakin murung dengan keputusan Revan. Apalagi yang harus dia lakukan agar bisa bertemu Revan lagi?
Akhirnya, Ratu Naila perlahan melangkah meninggalkan rumah kediaman sementaranya di desa Elari. Bergabung dengan rombongan pengawalnya tanpa merasa bersemangat. Dia terlihat semakin dingin dan kaku. Diam membisu.Tidak ada siapapun yang dapat menarik perhatiannya. Penghormatan dan sapaan dari beberapa pembesar desa tidak dihiraukan. Salam dari rakyat desa juga turut terabaikan.
Setelah majikan mereka bergabung, iring-iringan panjang rombongan kerajaan Negeri Meanda mulai bergerak secara perlahan. Tiga orang pejabat tinggi kerajaan yang terhukum, masih mampu berjalan mengikuti langkah kuda yang sengaja dipacu secara perlahan.
Noeda ikut dalam rombongan itu. Sebagai Pasukan Pengawal Istana, kesempatan kali ini adalah kali pertama baginya mengikuti rombongan petinggi kerajaan. Menjadi bagian dari orang yang diagungkan, membuat perasaannya bangga.
Perhatian dan kekaguman membuat Noeda membusungkan dada menunjukkan keperkasaannya sebagai pasukan terbaik istana. Mereka pasti iri denganku, batin Noeda sembari melempar senyum pada warga desa yang di rasa olehnya melambaikan tangan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Terakhir
FantasyTidak hanya cerdas, Putri Naila sebagai Putri Mahkota, juga dikenal bengis, tidak kompromis, sadis dan tidak logis. Tapi semuanya berubah ketika dia jatuh cinta. Besar dalam lingkungan istana dengan aturan yang ketat, membuatnya tidak pernah merasa...