Bagian 37. Bertemu Lagi

740 66 42
                                    

Selama Ratu Naila berkunjung ke Grandia, Revan disibukkan dengan urusannya sendiri. Sibuk mencari Mandes dan orang-orang yang kemungkinan menjadi suruhannya. (Pembaca bener-bener masih ingat siapa Mandes, kan? Kalo gk ingat, gk akan nyambung dengan apa yang menjadi kekhawatiran Revan di part ini)

Bagi Revan, Mandes adalah manusia licik penuh tipu muslihat terhadapnya. Selalu menyusahkannya di sepanjang hidupnya. Selalu menghantui di setiap malamnya. Mandes lah orang yang membuat Revan terbiasa tidur di atas pohon.

Semenjak menemukan keberadaan Mandes di desa Elari, perasaan Revan kembali menjadi tidak tenang. Oleh karena itulah, setelah mengetahuinya, Revan tidak akan membiarkan Mandes bertindak diluar pengetahuannya. Revan merasa harus mengetahui, apa yang dicarinya di desa Elari. Kalau bisa, apa saja yang akan dilakukannya.

Sebenarnya, Mandes juga tidak ada bedanya dengan Revan. Semenjak mendapat perintah dari Ayah Ratu Naila, hari-harinya juga tidak tenang. Selalu diliputi ketegangan. Berbagai cara dia lakukan demi menemukan orang buruannya, berbagai cara pula harus dia lakukan demi tidak dipergoki oleh buruannya.

Antara Revan dan Mandes, keduanya sama-sama memiliki kemampuan saling mencari dan menghindar. Karena keahlian mereka berdua, perseteruan di antara keduanya ini seakan menjadi perseteruan tanpa akhir. (Dalam versi asli cerita ini, perseteruan antara Revan dengan Mandes tidak diungkap. Beruntunglah bagi yang membaca versi remake ini.)

Menjelang kedatangan rombongan Ratu Naila kembali ke desa Elari, Revan menemukan sebuah kecurigaan. Mandes diduga pergi menyusuri pesisir pantai barat Negeri Meanda. Apa yang dia cari di sana, membuat Revan merasa penasaran. Oleh karena itu, setelah bertemu Ratu Naila, Revan berniat akan segera menelusuri kepergian Mandes ke barat.

Ratu Naila akhirnya tiba di desa Elari ketika matahari perlahan tenggelam. Segera setelah rombongan itu tiba, Dirkha langsung menemui Revan. Memperkenalkan dirinya sebagai atasan Revan yang baru menggantikan Ihgram.

"Jadi selama kau melakukan tugas rahasiamu itu kau tidak membawa seragammu?"

Revan hanya bisa menundukkan kepala. Tidak ada gunanya dia membawa seragam pengawal jika dirinya berniat tidak akan kembali lagi bekerja di istana. "Maaf, Tuan."

"Malam ini, Baginda Ratu ingin kau menghadapnya. Aku akan mencarikan pinjaman seragam untuk kau gunakan menemui beliau. Setelah itu, lakukan tugasmu. Jangan lagi melupakannya. Kita akan terus mengawal Baginda Ratu sampai beliau kembali ke istana."

Setelah memerintahkannya, Dirkha langsung berlalu pergi dari Revan tanpa memberi kesempatan Revan menyampaikan keinginannya.

Revan hanya bisa mendesah. Kesal.

Gilam menertawakannya. "Jadi anda akan dipaksa kembali ke istana?"

"Aku belum mengajukan pengunduran diriku. Mereka berpikir aku masih menjadi bagian dari mereka," keluh Revan.

"Baguslah."

"Apanya yang bagus?" sungut Revan. "Kau tahu aku tidak bisa lagi kembali ke istana."

"Anda tidak bisa menghindarinya kalau Baginda Ratu sendiri yang menginginkannya."

Revan melirik Gilam tajam. Revan menduga, pasti Gilam bermaksud menghubungkannya dengan masalah perasaan Ratu Naila terhadapnya. Revan menjadi emosi. "Aku akan mengatakannya langsung padanya. Aku sudah tidak mau bekerja di istana lagi!"

"Sebaiknya anda tidak melakukannya, Tuan. Anda tidak bisa membicarakan masalah seperti ini langsung pada Baginda Ratu. Kalau Baginda Ratu tidak menyetujuinya, saya yakin tidak akan disetujui, dan anda tetap ingin pergi juga, maka itu sama artinya anda telah menentangnya. Ini tidak baik bagi anda, Tuan."

Pewaris TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang