Bagian 28. Orang yang Dicari Kembali

422 40 14
                                    

Episode 2. Ratu Naila


Bagian 28. Orang yang Dicari Kembali


Mendengar pertanyaan, menjadi Raja yang berarti harus menjadi suaminya, seketika itu juga Ratu Naila kelabakan sendiri. "Lupakan semua itu!!"

Walau bentakannya terdengar keras menggelegar, namun tidak secepat itu Ihgram mampu melupakan keterkejutannya. Kalimat yang diucapkan Ratu Naila pun masih jelas terbayang di benaknya. Masih terngiang begitu terang dan jelas. Menjadikannya Raja pun tidak ada masalah bagiku, bukan begitu? Waw.

"Aku bilang, lupakan! Apalagi yang kau pikirkan itu?! Sungguh kurang ajar kau, Ihgram!"

Ihgram masih tidak bergeming pada pikirannya sendiri. Masih tetap terdiam membisu.

Kalaupun hanya bercanda, Ihgram merasa itu tidak mungkin. Karena, sekali pun Ratu Naila tidak pernah bercanda pada siapa pun. Apakah memang hal itu adalah hal yang diinginkannya? Menjadikan Revan sebagai suaminya? Apakah dia sunguh menginginkan Revan?

Atas kediaman Ihgram, Ratu Naila benar-benar dibuat kelabakan sendiri. "Aku tidak memikirkannya sampai sejauh itu! Aku tidak bermaksud begitu. Sudahlah! Lupakan!"

Tetap saja Ihgram masih asyik sendiri dengan pemikirannya. Menurut Ihgram, kalau pun itu hanya karena kelepasan bicara, tidak mungkin kalimat itu akan terucap jika Ratu Naila tidak memikirkan semua itu sebelumnya. Apakah hal itu adalah hal yang selalu dipikirkannya?

"Ihgram," panggil Sang Ratu.

"Hamba, Yang Mulia." Akhirnya Ihgram bersuara.

"Lupakan."

"Baik." Ihgram menundukkan tubuhnya dalam-dalam sambil berusaha keras menyembunyikan senyum gelinya.

Semenjak dinobatkan, Ratu Naila dirasa oleh Ihgram semakin aneh perilakunya.

Semenjak Ihgram menundukkan badannya, Ratu Naila tidak lagi berani bicara. Dia takut salah bicara lagi. Dan pengalaman salah bicara kali ini adalah pengalaman pertama yang terjadi padanya. Menjadi hal yang dirasa sangat memalukannya.

"Kalau boleh Hamba mengetahuinya, Yang Mulia. Mengenai perkawinan Anda dengan ....."

"Kurang Ajar!!!" Kedua bola mata indah Ratu Naila melotot hebat kembali. "Sudah aku bilang, lupakan! Kau masih saja menyebutnya! Jangan pikir apapun tentang perkawinanku!"

Ups! Ihgram menjadi semakin tidak mengerti. Mengapa masalah perkawinan juga menjadi hal yang peka untuknya?

Ratu Naila hanya bisa menggeram sendiri. Merasa kesal dengan Ihgram dan dirinya sendiri. Kenapa bisa salah bicara seperti ini?! Apa yang sebenarnya aku pikirkan?! Aakh! Sialan kau, Revan!  -(Aish, kenapa pula Revan yang disalahkan?)-

Sejenak keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Kalau begitu, mengenai orang yang tepat untuk mengisi jabatan Kepala Pasukan Pengawal Keluarga Raja, jika boleh Hamba mengusulkan, bagaimana dengan Dikra, Yang Mulia?"

Sebenarnya, pada saat ini, perkawinan dan jabatan Kepala Pasukan Pengawal Keluarga Raja merupakan hal yang dianggap oleh Ratu Naila berhubungan erat dengan Revan. Karena Ihgram kembali menyinggung masalah Revan, Sang Ratu merasa semakin kesal. "Terserahmu!"

Hah? Sekali lagi Ihgram terkejut. Jawaban singkat dan cepat itu membuat Ihgram bingung kembali. Sepanjang pengalamannya menghadapi Ratu Naila, baru kali ini kata yang baru saja terucap itu didengar oleh Ihgram.  Tidak pernah Ratu Naila menyerahkan sebuah keputusan atau pertimbangan pada orang lain begitu saja.

Pewaris TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang