Episode 1. Revan dan Putri Naila
Bagian 19. Dua Yang Berseteru
Semenjak terbit, semakin lama mentari semakin meninggi, semakin terang dan terik. Langit cerah menaungi Kirikina. Jika tidak terjadi tragedi berdarah pada malam harinya, suasana Kirikina akan secerah suasana alam yang menyelimutinya.
Setelah sepanjang pagi mendapatkan penanganan dari seorang tabib, Revan kini pulas tertidur. Telah sepanjang malam Revan berjuang untuk dapat tetap terjaga dengan kondisi tubuh yang lemah. Kini, dia sudah tidak berdaya lagi, tenaga dan kekuatannya telah habis. Revan hanya bisa terbaring dan tertidur saja.
Ihgram masih mendampingi Revan di ruang utama, di ruangan terbesar yang ada di rumah yang kini menampung rombongan Putri Naila. Sesekali Ihgram mencoba untuk mengistirahatkan dirinya, mencoba untuk tidur. Namun apa daya, pikirannya yang selalu membayangkan apa yang terjadi pada Raja dan Ratu, membuatnya gelisah hampir di sepanjang waktu. Ihgram tidak bisa tidur. Tidak bisa pula duduk dengan tenang berdiam diri.
Selain mencoba untuk diam dalam duduk, sesekali Ihgram bergerak mendekati jendela di bagian terdepan dari rumah. Ihgram mencoba memerhatikan suasana jalan besar di hadapannya dengan mengintip dari balik jendela. Selama mengintip, hanya sesekali Ihgram menemukan beberapa orang anggota Pasukan Perang melintas di depan rumah itu. Selebihnya, selalu sepi tanpa ada kegiatan sama sekali.
Walaupun saat ini tidak ada yang diperhatikan Ihgram pada jalanan yang sepi, namun Ihgram tetap berdiri di balik jendela. Matanya memang masih mengarah ke jalan, namun pikirannya tidak berada di sana. Ihgram menerawang dengan pandangan kosong.
Disaat Ihgram asyik melamun seorang diri, Putri Naila tiba-tiba datang melangkah memasuki ruang utama. Rupaya gadis belia itu telah terbangun dari tidur. Telah pula selesai membersihkan diri dan berganti pakaian. Dayang Muriu tidak terlihat mendampinginya, hanya Putri Naila seorang yang datang menghampiri ruangan dimana Revan kini terbaring.
Ruang utama dari rumah penduduk yang kini menampung Putri Naila, adalah ruangan yang paling besar yang berada di bagian paling depan sebelah kanan dari rumah tersebut. Dinding sebelah kanan ruangan itu, hanya dinding saja tanpa jendela. Jendela hanya ada di dinding bagian depan. Sementara dinding sebelah kiri, terdapat dua pintu tanpa daun yang menghubungkannya dengan dua ruangan lainnya di sebelah kiri rumah.
Pintu paling depan, menghubungkan ruang utama dengan ruang kecil yang berada persis di depan pintu masuk rumah. Ruangan kecil yang digunakan untuk menerima tamu. Satu pintu lainnya dari ruang utama yang berada di belakang, menghubungkan ruang utama dengan ruangan yang sedikit lebih besar dan panjang dari ruang tamu. Ruangan yang terletak di tengah-tengah rumah yang lebih sering digunakan sebagai ruang makan.
Ruangan lainnya yang berada di belakang ruang utama dan di sebelah kanan dari ruang makan, adalah ruang tidur utama yang dipergunakan sebagai tempat peristirahatan Putri Naila.
Karena Putri Naila memasuki Ruang Utama melalui pintu kedua yang berada di belakang, sementara Ihgram berdiri di dekat jendela di dekat pintu pertama, Ihgram tidak menyadari kedatangan Putri Naila. Ketika Putri Naila mengambil duduk bersimpuh di atas permadani tebal yang terhampar di sisi kanan ruangan, barulah Ihgram menyadarinya. Ihgram langsung merendahkan tubuh, memberi hormat dan duduk bersimpuh.
Putri Naila mengambil duduk menghadap ke sisi kiri rumah, menghadap ke dinding yang terdapat dua pintu. Karena duduk di tengah dari dinding di belakangnya, maka yang ada di hadapan Putri Naila adalah dinding diantara dua pintu. Dua pintu yang masing-masing persis berada di belakang Ihgram dan Revan. Ihgram di sebelah kanan Putri Naila, sementara Revan di sebelah kirinya.
Tidak ada orang lain selain mereka bertiga. Tabib yang mengobati Revan, tengah berkumpul bersama dengan kedua pemilik rumah di ruangan paling belakang. Tabib itu masih bertahan di dalam rumah karena dia tidak dapat pulang. Tidak dapat pergi karena Pasukan Perang masih berjaga dengan ketat di kawasan perumahan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Terakhir
FantasyTidak hanya cerdas, Putri Naila sebagai Putri Mahkota, juga dikenal bengis, tidak kompromis, sadis dan tidak logis. Tapi semuanya berubah ketika dia jatuh cinta. Besar dalam lingkungan istana dengan aturan yang ketat, membuatnya tidak pernah merasa...