"Bunda Haechan capek.... "
"Kenapa hidup harus semenyakitkan ini? Kenapa harus Haechan? Kenapa Haechan yang harus menanggung derita ini? Apa salah Haechan? Haechan cuma mau hidup seperti layaknya anak kandung."
Masih di rumah sakit, Johnny sedang berjalan menelusuri koridor rumah sakit untuk pergi ke ruang rawat Renjun, di tengah-tengah perjalanan langkah kaki seseorang dari belakang membuat nya melirik sekilas, seketika muncullah seorang pria berpakaian jas hitam yang datang dari belakang, yang kin sedang menghadang dirinya sambil menatap dingin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu pasti udah tau soal Haechan yang mengidap Hemofilia" Ujarnya dingin.
Sontak Johnny terdiam sambil menatap nyalang pria di hadapan dirinya, Taeyong menatap mengancam sambil melangkah makin mendekati Johnny.
"Jangan pura-pura gak tau, kalo tujuan kamu bawa Haechan kesini buat di periksa ini menyakut nyawa putra istriku" Ujarnya membuat Johnny tersenyum miring.
"Istri?"
"Haechan perlu rutin melakukan medial check up, buat mencegah memburuknya kondisi nya"
"Dah tentunya istri kamu itu gak akan setuju kalo keluar banyak uang untuk Haechan, jadi gak usah khawatir masalah Haechan biar aku yang nanggung karena dia juga putraku" Ucap Taeyong ketus dan langsung pergi dari sana meninggalkan Johnny dengan kekesalannya.
°°°
Bangku yang berada di bawah pohon rindang menjadi tempat yang di pilih Haechan, untuk berteduh sambil menunggu sang Ayah memang ia di suruh untuk menunggu di mobil tapi, ia bosan dan lebih baik menunggu di taman rumah sakit sambil mendengarkan musik dari ponselnya, karena ia tak membawa earphone ia menyalakan musik di ponselnya tanpa earphone.
Di taman ini ada beberapa anak-anak usia 8 tahun, yang sedang bermain di wahana yang di sediakan oleh pihak rumah sakit, anak-anak itu berpakaian seperti pasien di rumah sakit ini entah hal itu malah membuat Haechan sedih, di usia mereka yang masih sangat muda mereka harus menghabiskan waktunya di rumah sakit, hal itu makin membuat Haechan menjadi malu, karena selalu mengeluh terhadap semesta nya yang tak adil lalu bagaimana dengan anak-anak itu, mereka yang lebih banyak merasakan sakit di usia muda berjuang untuk sehat.
Haechan harus banyak bersyukur atas apa yang Tuhan berikan pada nya, di tengah-tengah lamunan yang hampir meneteskan air mata seorang anak perempuan yang ada di sana menghampiri Haechan, Haechan tersentak kecil lalu tersenyum sambil mendudukkan dirinya di hadapan anak yang lebih pendek darinya itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.