"Bunda Haechan capek.... "
"Kenapa hidup harus semenyakitkan ini? Kenapa harus Haechan? Kenapa Haechan yang harus menanggung derita ini? Apa salah Haechan? Haechan cuma mau hidup seperti layaknya anak kandung."
"M-maksud kamu apa?" Balas Haechan terbata-bata tanpa menatap wajah Renjun.
Haechan, maupun siswa di sekolah itu mana ada yang berani untuk menatap terlalu lama mata elang dari seorang Huang Renjun. Anak dari dua pasangan asal Korea yang terobsesi pada budaya China, itulah sebabnya Renjun di beri nama China.
"Gak usah pura-pura bego Haechan!" Tegas Renjun membuat suasana di sana menjadi mencengkam.
Dan Haechan hanya bisa terus menunduk dalam diam, meratapi nasib nya hari ini yang entah akan di apakan oleh Renjun. Biasanya, Haechan dijadikan sansak tinju untuk pemanasan ketiga anak nakal itu, dan berakhir pulang ke rumah degan keadaan babak belur. Di tambah dengan reaksi Ayahnya yang akan melihat keadaannya, bukannya Haechan di obati atau di tanyakan keadaan nya Ayahnya itu malah akan menambah bekas memar baru untuk Haechan.
Ayah nya selalu tidak mempercayai perkataan Haechan. Mau sekeras apapun Haechan membela diri, Ayah nya tak akan pernah mau mendengarkan, ataupun mempercayai segala perkataannya. Johnny hanya mempercayai, kedua keluarganya yang sangat di sayangi nya itu.
Renjun melangkah beberapa langkah mendekati kursi yang ada di sana, lalu mendudukkan dirinya disana. Kursi yang di dudukinya itu memang sudah ada, karena tempat itu merupakan tempat tongkrongan mereka saat jam kosong, atau untuk sekedar merundung anak-anak seperti Haechan.
Jangkauan tempat itu tidak bisa di ketahui CCTV, sehingga para guru tidak mengetahui tempat itu adalah markas anak berandalan ini. Tempat iitupun jarang selaki di datangi oleh petugas keamanan sekolah ataupun tukang bersih-bersih sekolah. Entah karena apa.
Kemungkinan karena tidak ada yang berani menyebarkan rumor, kalau tempat ini dijadikan markas, tempat para perundung sekolah. Dan juga tempat ini tempat untuk para berandalan melakukan aksinya, dengan bebas. Tanpa ada siapapun yang berani mengadu, hingga para guru berpikir sekolah ini adalah sekolah bebas perundungan.
"Sebentar lagi olimpiade bakal di mulai dan pastinya lo dan gue bakal dipilih buat bersaing"
"Gue cuma mau ngingetin ke lo apa yang boleh dan gak boleh lo lakuin saat pemilihan berlangsung" Ucap Renjun dingin.
"Kalo sampe gue gak kepilih gara-gara lo, dan lo tau kan apa yang bakal gue lakuin?" Ucap Renjun dengan senyuman jahat di bibirnya.
Haechan mengangguk pasrah dengan deruan nafas yang panjang, mau bagaimana pun juga Haechan pasti tidak bisa berkutik jika sudah di ancam begini tapi.
"Ayah bakal lebih marah besar kalo Haechan sampe gak bisa ikut olimpiade itu" Batin Haechan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.