Sehun terus melamun di perjalanan saat Chanyeol mengantarkannya pulang. Chanyeol kira pemuda Oh itu akan mengomel habis-habisan karena ia telah membawanya ke rumah tanpa persetujuannya. Chanyeol juga menyadari raut murung Sehun. Hal ini membuatnya khawatir.
Apakah ibunya mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan Sehun? Pikirnya.
"Oh Sehun, ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan?"
Akhirnya Chanyeol bertanya. Entah mengapa merasa tak suka jika hati Sehun terluka meski karena ibunya sendiri. Sebenarnya Chanyeol tak yakin ibunya akan melakukan hal itu. Ibunya terlihat sangat senang dengan Sehun.
"Chan, kita batalkan saja pernikahan kita, hem?"
Sehun akhirnya membuka suara. Ia menatap Chanyeol dengan raut berharap. Berharap Chanyeol menyetujui ajakannya itu.
"Kenapa kau berubah pikiran lagi? Apa keuntungan yang ku janjikan tidak cukup membuatmu senang?"
Sehun menggeleng pelan.
"Bukan itu. Ibumu.."
Jeda pada kalimat Sehun membuat Chanyeol penasaran. Mendengar nama ibunya di sebutkan membuat kecurigaannya barusan semakin kuat.
"Apa ibuku mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu? Jika iya, jangan di pikirkan. Kita akan tinggal di rumah pribadi kita sendiri setelah menikah nanti. Jadi kau tak perlu merasa tertekan karena tinggal dengan mertua. Aku juga akan pastikan bahwa tak ada satupun anggota keluargaku yang bisa mengusikmu."
"Bukan itu! Ibumu sama sekali tidak mengatakan hal buruk apapun yang kau pikirkan di dalam tempurung kapalamu yang berdebu itu!"
Aww.. maafkan ucapan kejam Sehun. Dia sedang frustasi di sini.
"Lalu apa masalahmu?"
Chanyeol yang merasa terancam gagal menikahi Sehun tak kalah frustasi juga. Kenapa sulit sekali mengajak Sehun bekerja sama?
Lalu Sehun mengatakan semua yang ia dengar dari ibu Chanyeol. Begitu juga dengan keresahan hatinya mengenai harapan besar sang ibu Park.
Mendengarnya, wajah datar Chanyeol menjadi semakin datar. Lantas ia berucap-
"Biarkan aku yang mengurusnya nanti. Kelak ketika kita bercerai, aku akan mengambil peran sebagai orang yang paling bersalah agar semua orang tidak membencimu. Bagaimanapun, sejak awal memang akulah yang telah menyeretmu ke dalam masalah ini. Yang harus kau lakukan sekarang adalah membantuku melancarkan rencanaku. Kau mendapatkan keuntungan, begitu juga denganku. Kita impas."
Sehun merasa dirinya menjadi orang yang hatinya lemah sekarang ini. Menghadapi masalah besar yang mengancam kelangsungan hidupnya sebagai pria lurus yang menyukai wanita di masa depan, itu bukanlah satu-satunya perkara yang hampir meledakkan kepalanya.
Tadinya, Sehun sudah bertekad untuk menanggung semua resiko yang akan datang karena menyetujui tawaran Chanyeol. Berkat keuntungan yang di berikan benar-benar sangat menggiurkan. Sehun tak keberatan di anggap gay betulan nantinya. Kelak jika ia sudah membangun usahanya sendiri dan mendapatkan banyak keuntungan, uangnya akan mengatasi semua kesulitannya.
Tapi perasaan dan kebahagiaan orang tidak bisa di beli dengan uang.
Ibu Park terlanjur memperlakukannya dengan sangat baik seperti anaknya sendiri. Beberapa hari terakhir Sehun sering menghabiskan waktu bersama beliau dan ia merasa nyaman dengan segala perhatian yang ia dapatkan. Begitu juga dengan ayah Chanyeol yang meski jarang bertemu dengannya, Sehun tau pria paruh baya itu telah menerima Sehun dengan segenap rasa senang yang penuh kehangatan. Bahkan Jihoon yang sempat tak menyukainya kini sudah bersikap lebih baik padanya. Point baiknya, Jihoon menjadi sosok penurut pada Sehun. Entah karena ancaman yang Sehun berikan, atau karena anak itu memang sudah menerima Sehun sebagai calon kakak iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together
FanfictionOh Sehun merasa harga dirinya terluka ketika ia terbangun di pagi hari pada sebuah kamar hotel bersama seorang pria yang tak ia kenal dalam satu selimut. Celakanya, ia dan pria itu tak mengenakan apapun di balik selimut yang mereka gunakan. Sebagai...