Sehun senang hari ini. Ia mendapatkan anak didik baru untuk ia ajari. Itu artinya, pundi-pundi uang yang ia dapatkan akan bertambah.
Salah seorang temannya memperkenalkan Sehun pada seorang ibu yang sudah hampir putus asa menangani putranya yang selalu mendapat rangking seratus dari seratus siswa tingkat tiga di sekolahnya. Sang ibu khawatir putranya tak akan di terima di universitas bergengsi yang beliau inginkan.
Saat ini Sehun tengah berada di rumah ibu tersebut. Duduk di sebuah sofa empuk yang terdapat pada ruang tamu bernuansa putih elegan. Di seberang meja yang telah di isi dengan secangkir tea dan sepiring cemilan, sang ibu duduk bersisian dengan putranya yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Jihoon, dia Oh Sehun. Tutor barumu. Eomma harap kau tak berulah lagi hingga membuat nak Sehun mengundurkan diri menjadi tutormu. Eomma sudah kehabisan akal untuk mencarikanmu tutor lain."
Usut punya usut, ternyata anak tampan yang terlihat urakan ini sering bertingkah menyusahkan tutor-tutor yang ibunya sewa sebelum Sehun, hingga mereka mengundurkan diri karena tak sanggup menangani kenakalannya.
Baiklah. Bertambah satu anak ingusan yang akan menguji kesabaran Sehun setelah tiga remaja sebelumnya. Tapi tak apa, demi mendapatkan cuan, Sehun akan bertahan.
Remaja yang di panggil Jihoon itu memandang Sehun dengan tatapan tak bersahabat. Sehun hanya membalasnya dengan senyum bisnis.
"Aku tak butuh tutor."
Balas anak itu, ketus sekali.
"Kau butuh! Sangat butuh! Setidaknya dapatkan rangking di atas lima puluh, maka eomma tak akan menyewa tutor lagi untukmu."
"Tapi-"
"Tak ada tapi dan jangan membantah, atau eomma tak akan memberimu uang jajan!"
"Eomma~"
Sehun menghela nafas mendengar rengekan anak itu. Ini akan berat, tapi Sehun harus kuat.
"Yak! Seharusnya kau belajar dari kakakmu. Dia selalu mendapat rangking pertama di sekolahnya dulu, dan lihat apa yang telah kakakmu lakukan sekarang! Dia bahkan dapat merintis perusahaannya sendiri-"
Dan bla bla bla.. tipikal seorang ibu yang suka membandingkan anak mereka dengan anak mereka yang lain atau bahkan anak teman mereka juga anak tetangga. Intinya seperti itu.
Dan Jihoon mulai menunjukkan raut yang jauh lebih tidak sedap di pandang dari sebelumnya karena hal itu.
"Berhenti membandingkanku dengan Chanyeol Hyung!"
Hmm.. Sehun seperti pernah mendengar nama itu. Dimana ya?
"Yak, Byun Baekhyun! Aku sudah minta maaf berkali-kali! Kenapa kau masih saja marah?!"
Jongin tengah membuntuti teman masa kecilnya yang enggan ia dekati. Sudah hampir seminggu Baekhyun mendiamkannya sejak di malam pesta ulang tahun pemuda Byun itu.
"Yak, jangan diamkan aku terus!"
Jongin akhirnya berhasil menghentikan langkah Baekhyun setelah mencekal lengannya. Baekhyun tampak menatapnya dengan raut kesal. Sangat kesal.
"Baek, aku mohon jangan seperti ini. Berhenti marah padaku, aku tidak tahan kau diami terus seperti ini."
Baekhyun dengan berani menoyor dahi Jongin yang pasrah saja di perlakukan kurang ajar oleh pemuda yang tiga tahun lebih muda darinya itu. Sebenarnya hal ini sudah sering terjadi.
"Kau melakukan kesalahan yang sangat amat fatal, kau tau?"
Hardik Baekhyun.
"Aku minta maaf! Aku tak akan melakukannya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Together
FanficOh Sehun merasa harga dirinya terluka ketika ia terbangun di pagi hari pada sebuah kamar hotel bersama seorang pria yang tak ia kenal dalam satu selimut. Celakanya, ia dan pria itu tak mengenakan apapun di balik selimut yang mereka gunakan. Sebagai...