Chapter 22

681 69 13
                                    

Kim Jongin memang berbohong ketika ia mengatakan bahwa Sehun mendatanginya sambil menangis karena perubahan sikap Chanyeol.

Tapi dugaan Jongin yang mengatakan bahwa mungkin Sehun tengah menangis menantikan sang suami yang lagi-lagi pulang terlambat ternyata benar terjadi.

Chanyeol melihatnya sendiri.

Chanyeol pulang pada pukul dua dini hari setelah pembicaraannya dengan Jongin. Ia sudah tidak cukup mabuk sekarang. Meski kepalanya masih terasa seperti berputar. Namun ia dapat mencapai kamarnya tanpa tersandung.

Tepat ketika kakinya menginjak lantai di depan pintu kamarnya yang sedikit terbuka, langkahnya terhenti saat mendengar suara isak tangis dari dalam ruangan.

Ia membuka pintu lebih lebar tanpa menimbulkan suara dan mendapati istrinya tengah berbaring miring di atas ranjang dengan posisi membelakanginya. Punggung istrinya itu tampak bergetar.

Sehun menangis dengan isakan lirih. Hati Chanyeol terasa di tikam belati melihatnya. Terlebih ketika ia mendengar Sehun berucap di sela isakan.

"Chanyeol.. hiks.. aku merindukanmu.."

Betapa Chanyeol merasa bersalah pada Sehun karena telah membuat istrinya tersebut merindukannya meski mereka tinggal satu atap.

Chanyeol lantas melangkah perlahan mendekati ranjang.

"Sehun-ah."

Panggilnya pelan.

Sehun tampak tersentak, sebelum kemudian bangkit dari posisinya dan melompat turun dari ranjang lalu berlari ke arah Chanyeol dan menerjang suaminya itu dengan pelukan erat. Sehun menangis di dada suaminya. Dan tangisnya semakin menjadi ketika Chanyeol yang tak bereaksi bahkan tak membalas pelukannya.

Karena Chanyeol tengah mematung di tempatnya. Ia telah sadar sepenuhnya dari pengaruh alkohol dan tengah mencerna kebodohannya sendiri. Tak habis pikir mengapa dirinya meragukan Sehun yang begitu tulus mencintainya hingga menangis hebat seperti ini.

Sementara Sehun yang mendapati Chanyeol hanya diam saja lalu menjauhkan wajahnya dari dada bidang pria Park itu. Menatap wajah Chanyeol yang tampak linglung dengan aliran air mata yang tak berhenti mengalir.

"Katakan padaku.. hiks.. apa aku.. hiks.. membuat kesalahan?"

Chanyeol hanya meresponnya dengan satu kali kedipan mata. Ia menampilkan raut wajah seperti orang dungu di hadapan sang istri.

"Apa.. hiks.. salahku.. p.. hiks.. damu.. hiks?"

Tanya Sehun lagi, masih dengan terisak. Ia meremas kemeja di bagian dada suaminya.

Dan Chanyeol masih saja bungkam. Hingga Sehun menjadi lebih emosional dan memukul dada Chanyeol beberapa kali dengan kedua kepalan tangannya sambil berseru-

"Bicaralah! Hiks.. jangan diam saja! A.. hiks.. aku tak akan tau kesalahan apa yang telah ku lakukan padamu jika kau hanya diam saja!"

Chanyeol masih saja membisu.

"Katakan padaku agar aku bisa memperbaikinya! Hiks.. kumohon! Hiks.."

Pukulan Sehun berhenti, ia kembali meremas kemeja Chanyeol. Kali ini wajahnya menunduk. Pundaknya bergetar hebat karena tangis yang semakin menjadi.

Tak lama setelahnya, Sehun merasakan tubuhnya di peluk erat. Chanyeol menempatkan wajahnya di perpotongan leher Sehun, menghirup dalam-dalam aroma harum di kulit leher istrinya itu sebelum berucap-

"Maafkan aku."

dengan suara lirih. Namun bisa tersampaikan dengan baik ke pendengaran Sehun.

"Tidak.. hiks.. aku tak butuh kata maaf darimu."

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang