Chapter 8.

822 82 15
                                    

Tiga remaja berpakaian seragam sekolah tengah berkeliaran di area Universitas. Sontak saja ketiganya menjadi perhatian para mahasiswa disana.

Untuk apa para siswa Senior High School itu berkeliaran di area Universitas padahal saat ini bukan musimnya penerimaan mahasiswa baru? Lagi pula siapa mereka?

Ingat mengenai ide briliant Sehun yang ia dapatkan ketika memergoki Jihoon dan kawan-kawannya merokok di gang sempit dekat rumahnya?

Ternyata Sehun memaksa ketiga bocah itu untuk memeriksa situasi di universitasnya. Ia juga memerintahkan mereka untuk mencari jalan masuk ke Universitas yang tidak di datangi para wartawan lalu melaporkannya pada Sehun sehingga calon kakak ipar Jihoon itu bisa memasuki Universitas tanpa gangguan wartawan.

Mereka mau saja di perintah, sebab Sehun memiliki sesuatu untuk mengancam mereka.

Perkiraan Sehun benar mengenai keberadaan para wartawan di Universitasnya. Para pemburu berita tersebut telah berada di sekitaran Universitas tempat Sehun mengenyam pendidikan bahkan sejak Sehun masih terlelap di kamarnya.

Jihoon tengah berada di sebelah utara gedung Universitas yang cukup besar ini. Ada sebuah gerbang kecil yang hanya muat untuk di lalui satu orang disana. Dan tempat itu aman dari para wartawan. Sepertinya mereka tak berpikir bahwa Sehun akan memasuki gedung Universitas melalui jalan lain selain gerbang utama.

Maka Jihoon segera menghubungi Sehun melalui ponselnya. Sehun dan ketiga bocah itu memang sudah bertukar nomor ponsel tadi.

"Hyung, gerbang utara aman. Kau lewat sana saja."

Ucap Jihoon tanpa basa-basi. Ia sudah tak sabar ingin segera pergi dari sini dan melanjutkan kegiatan membolosnya bersama kedua temannya.

"Kau dimana?"

Tanya Sehun di seberang sambungan.

"Di gerbang utara yang ku maksudkan. Kau tau tempatnya kan?"

Jihoon ini bagaimana? Tentu saja Sehun tau. Sehun kan kuliyah di sana. Bukan itu maksud Sehun menanyakan keberadaannya. Tapi ini maksudnya-

"Kau tetap disana sampai aku datang. Jaga-jaga kalau tiba-tiba ada wartawan datang ke sana saat aku tiba, kau alihkan perhatian mereka. Setelah aku bisa masuk dengan selamat, kau baru boleh pergi."

Jihoon kesal sekali mendengarnya.

"Aisshh! Kau merepot-"

"Kau mau membantuku atau ku adukan pada ibumu?"

Ancaman Sehun membuat Jihoon mendengus.

"Baiklah. Cepat datang!"

Pasrah saja sudah. Dari pada tak dapat uang jajan, kena marah pula.








Sementara itu, ada seorang ibu yang tengah sangat berbahagia. Seharian sibuk mengurus ini itu untuk acara pernikahan putra sulungnya.

Putra tampannya yang selama ini tampak seperti tak pernah punya kekasih itu akhirnya akan menikah. Ibu Park sama sekali tak perduli bagaimana awalnya sampai Chanyeol bisa memberikannya seorang menantu yang sangat sempurna seperti Oh Sehun.

Iya. Bagi Ibu Park, Oh Sehun adalah sosok yang sempurna untuk menjadi menantunya. Dia pintar, sopan, pekerja keras dan berpenampilan menarik. Ibu Park tak perduli dengan fakta bahwa calon menantunya adalah seorang laki-laki yang notabenenya tak akan bisa mengandung. Meski ia memang menginginkan kehadiran seorang cucu, tapi itu bisa di cari solusinya. Ibu Park bisa mengusulkan pada Chanyeol dan Sehun untuk mengadopsi anak nantinya.

Yang penting baginya, si putra sulung tak lagi terancam menjadi bujang tua. Lagi pula hubungan sesama jenis sudah tidak lagi menjadi hal tabu di dunia ini bukan?

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang