Oh Sehun adalah seorang mahasiswa yang terlahir dari keluarga biasa saja. Kondisi ekonomi keluarganya pas-pasan. Ia memiliki orang tua yang mencari nafkah dengan membuka kedai Teokpokki kecil-kecilan di pinggiran jalan kota Seoul.
Oh Sehun memiliki seorang kakak yang berprofesi sebagai pekerja kantoran biasa. Dulu, orang tua mereka bekerja mati-matian untuk membiayai pendidikan si putra sulung sampai perguruan tinggi agar dapat memiliki pekerjaan yang lebih baik dari orang tuanya seperti sekarang.
Selain seorang kakak laki-laki, Oh Sehun juga memiliki seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku tingkat tiga Senior High School.
Berbeda dengan nasib baik sang kakak yang pendidikan kuliyahnya masih bisa di biayai oleh kedua orang tua mereka, Sehun tidak demikian. Usia kedua orang tuanya yang sudah tidak bisa di katakan muda membuat keduanya tak sanggup lagi membanting tulang dengan keras untuk biaya kuliyahnya. Sementara mereka masih harus membiayai sekolah si anak bungsu. Gaji tak seberapa besar dari kakak tertua pun tak cukup membantu.
Dengan keadaan ini, Oh Sehun harus melakukan tindakan ekstra demi melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Belajar mati-matian demi mendapat beasiswa di universitas negeri untuk meringankan biaya pendidikannya. Ia masih harus melakukan kerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan guna menunjang kegiatan belajarnya.
Sehun memang mendapat beasiswa prestasi untuk pendidikannya di perguruan tinggi. Tapi beasiswa itu hanya mencakup sepertiga dari biaya sebenarnya yang harus ia bayarkan. Mau tak mau, ia harus menutup biaya sisanya dengan uang pribadinya sendiri.
Tak ingin menambah beban orang tua dan sang kakak, Sehun berinisiatif untuk memiliki pekerjaan sambilan. Yaitu sebagai tutor pribadi bagi kerabat dari beberepa teman kuliyahnya.
Saat ini, Sehun tengah menjadi tutor bagi tiga orang siswa Senior High School. Seorang gadis remaja yang merupakan adik dari teman seangkatannya di universitas. Dan dua pria remaja kembar yang merupakan sepupu dari sahabat dekatnya. Ketiganya adalah siswa tingkat akhir Senior high School yang akan segera menghadapi ujian kelulusan. Atas rekomendasi dari kedua temannya tersebut, Sehun di tugaskan untuk membimbing mereka dalam belajar agar dapat lulus ujian dengan nilai yang memuaskan.
Orang tua ketiganya mempercayakan putra dan putri mereka dalam bimbingan Sehun sebab telah di beritahu mengenai kecerdasan Sehun dalam bidang akademik.
Bayarannya lumayan. Sehun dapat menggunakannya untuk menutup biaya kuliyah yang tidak di tanggung oleh beasiswa, sementara sisanya dapat ia sisihkan untuk keperluan pribadinya sendiri. Lalu uang saku dari orang tuanya ia tabung untuk keperluan mendesak suatu saat nanti.
Otak cerdas, pekerja keras serta kegigihan dan keuletannya dalam mengatur keuangan hanyalah segelintir saja dari kelebihan seorang Oh Sehun. Kelebihan lain yang menjadikan Sehun sebagai salah satu mahasiswa populer di universitas tempat ia menuntut ilmu adalah visualnya.
Kulit seputih susu, alis tebal, mata tajam, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir kecil berwarna merah muda alami serta dagu yang runcing. Wajahnya bak perpaduan darah asia dan barat meski sebenarnya ia adalah keturunan penduduk Korea asli. Kedua orang tuanya lahir di kota Seoul, ibu kota negara Korea Selatan. Mereka di besarkan dan menetap disana hingga saat ini.
Wajahnya saja sudah begitu menawan. Ditambah bentuk tubuhnya yang sempurna. Kebiasaannya yang suka membantu pekerjaan orang tua di kedai Teokkpokki membuat Sehun memiliki bentuk tubuh yang cukup bugar dan atletis meski tidak pernah menginjakkan kaki di pusat kebugaran. Sosoknya benar-benar idaman para wanita.
Andai nasibnya lebih beruntung, mungkin Oh Sehun dapat menjadi seorang idola K-Pop di negaranya. Sayang, ekonomi keluarga tak memungkinkan bagi Sehun untuk menghabiskan masa remaja guna menjadi seorang trainee pada sebuah agensi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Together
Fiksi PenggemarOh Sehun merasa harga dirinya terluka ketika ia terbangun di pagi hari pada sebuah kamar hotel bersama seorang pria yang tak ia kenal dalam satu selimut. Celakanya, ia dan pria itu tak mengenakan apapun di balik selimut yang mereka gunakan. Sebagai...