22

10.4K 514 9
                                    







Suara telpone berbunyi, Alfarel menghentikan aktivitasnya tengah mengeringkan tubuh sehabis mandi segera ia meraih ponsel sedang dicharger melihat siapa yang menelpone.

'Ayah'



"Hallo, Ayah?"

"Ayah sama Bara bentar lagi mau berangkat, nanti nyusul aja ya Nak? Jangan kepagian datengnya kasian nanti Ayi capek."

"Iya Ayah, tapi kayaknya udah semangat banget anaknya dari tadi dandan gak selesai-selesai," balas Alfarel melirik istrinya sedang memoles make up.

"Iya udah, persiapan aja. Bawa barang yang diperluin. Kalau gitu Ayah tutup dulu nak."

"Iya Ayah."

Alfarel mematikan layar ponsel beralih menuju tempat gantungan pakaian dimana Nayiya sudah menyiapkan pakaian untuk Alfarel.

Hari ini adalah hari Bara wisuda, rencananya setelah datang ke kampus memberikan bucket dan hadiah, keluarga Adam akan melakukan foto keluarga mengabadikan kenangan saat kelulusan Bara.

"Ayah yang nelpone?" Tanya Nayiya mengambil brush lalu memoleskannya secara tipis ke blush on menepuk-nepuk gagang brush dan memoleskan ke bagian pipinya.

"Iya, agak siangin aja perginya. Nanti kelamaan nunggu yang ada kamu malah capek."

"Gak apa-apa, pasti banyak tempat buat neduh. Kan mau jenguk kak Bagas juga, udah Kakak beliin hadiah belum?"

"Udah ditransfer semalem. Dia mau mentahan aja katanya."

Alfarel memakai baju batik dan mengancingkannya satu persatu. Ia mendekat pada istrinya, "rambutnya enaknya digimanain?" Tanya Alfarel.

"Kayak biasanya aja udah ganteng, rambut Kakak tuh udah panjang berapa kali aku bilangin dipotong masih aja belum dipotong juga."

"Gak sempet, tapi kalau panjang lebih ganteng gak sih sayang. Bisa dikuncir, macho banget." Alfarel mengambil pomade menata rambutnya.

Nayiya tidak menjawab, ia sedang fokus memakai eyeliner dimatanya dan itu membutuhkan kesabaran serta hati-hati. Alfarel menatap banyak sekali make diatas meja dengan warna yang berbeda-beda.

Tatapannya beralih pada cermin dimana wajah istrinya terlihat lebih berwarna tentu saja sangat cantik.

"Ututu, cantiknya."

"Ihh! Jangan cubit, Kakak tuh masih bau. Jangan bikin aku mual udah pake make up juga."

"Suami sendiri wangi gini dibilang bau," cibir Alfarel.

Pasalnya sudah belakangan ini Nayiya membenci aroma tubuhnya, padahal awalnya istrinya itu begitu menyukai wangi tubuh Alfarel bahkan sampai mengendus ketiaknya namun sekarang Alfarel berjarak satu meter dengannya pun Nayiya sudah huek huek ingin muntah.

Awalnya Alfarel mengira itu berlangsung hanya sehari-dua hari namun sudah 3 minggu ini Nayiya tetap tidak tahan dengan bau tubuh Alfarel. Terselip kekesalan didalam hatinya apakah anaknya berada didalam perut Nayiya sengaja melakukan itu untuk mengerjai Papanya ini.

Untuk mengantisipasinya Alfarel memakai parfurm wanita milik istrinya agar Nayiya tidak merasakan mual dan Alfarel bisa menempel sepuas hati pada sang istri.

"Kayaknya uda deh, Kak cantik gak?" Nayiya memutar kursi memperlihatkan hasil make upnya.

"Cantik banget istriku yang paling gemes."

Senyuman merekah diwajah cantik itu, "sini aku pakein pelembab dulu di muka Kakak."

Nayiya berdiri dari duduk membiarkan Alfarel duduk dikursi rias, ia memakaikan toner, pelembab dan suncreen pada wajah suaminya agar tetap terlindungi ketampanannya.

NAYIYALFAREL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang