17

12.3K 575 2
                                    










"Makan ya sayang, biar kamu punya tenaga," bujuk Alfarel melihat Nayiya terkulai lemas diatas kasur.

"Nanti, perut aku lagi gak enak."

"Minum air hangat dulu biar mendingan, dipaksain jangan diturutin gak enaknya."

Alfarel mengusap perut Nayiya pelan, pagi ini Nayiya merasakan mual hingga bolak-balik ke kamar mandi memuntahkan isi perutnya. Sebelumnya Nayiya hanya merasa mual mencium bau yang menyengat namun kali ini ia sampai muntah.

Membantu istrinya mengubah posisi menjadi duduk, Alfarel memberikan air hangat yang sudah disiapkan.

"Aku gak usah pergi kerja hari ini. Biar bisa jagain kamu."

Nayiya menggeleng usai meneguk minumannya, "enggak. Aku gak apa-apa, istirahat sebentar pasti mendingan."

"Kamu lemes banget gini, gimana aku bisa tenang kerjanya?" Ucap Alfarel mengusap pucuk kepala istrinya lalu memeluknya mengusap punggung kecil itu berusaha memberikan ketenangan.

"Beneran Kak, bisa aku tahan. Nanti aku paksain buat makan, Kakak kerja aja. Kalau ada apa-apa pasti aku kabarin."

Nayiya melonggarkan pelukkan menatap suaminya yang sudah siap dengan pakaian bekerja, Alfarel terlalu memanjakannya sampai rela menunda apapun aktivitasnya demi Nayiya dan itu membuat Nayiya tidak enak sendiri.

"Yaa?" Ucap Nayiya lagi, memegang tangan Alfarel.

"Oke, tapi nanti jam makan siang aku pulang sebentar buat liat kamu."

Nayiya mengangguk sebagai jawaban, sekali lagi tangan besar Alfarel membenarkan tatanan rambut Nayiya yang sudah lepek akibat berkeringat tidak lupa untuk mendaratkan kecupan disetiap sisi wajah istrinya.

Ia merendahkan kepalanya untuk melihat perut Nayiya yang mulai membuncit, "hei? Papa mau pergi kerja, kamu jangan nakal diperut Mama. Jagain Mamanya ya sayang."

Usai mengobrol dengan calon bayinya, Alfarel bersiap untuk berangkat. Ia sudah mengingatkan kepada asisten rumah untuk terus memantau keadaan Nayiya.

"Aku berangkat dulu."

Alfarel kembali memeluk Nayiya, rasanya enggan sekali untuk melepaskan istri kecilnya ini kalau bisa Alfarel ingin mengantungi dan membawanya kemana saja.

"Hati-hati Kak, semangat juga."

Saat Alfarel menghilang dari pandangannya Nayiya kembali merebahkan tubuhnya, entah kenapa sejak subuh tadi ia merasakan lemas ketika berjalan saja rasanya begitu sulit untuk mengeluarkan tenaga.

"Apa bunda dulu begini ya waktu hamil aku, jadi pengen ketemu Ayah."

Ia mengambil ponsel namun saat akan menghubungi Ayahnya, Nayiya mengurungkan niat pasti saat ini Ayahnya sedang bekerja. Ia tidak mau terlalu banyak merepotkan.

Meskipun sudah menikah Nayiya tidaklah sepenuhnya menjadi dewasa, disaat seperti ini merasakan sakit atau tidak enak badan biasanya ia akan mengeluh dan ayahnya yang merawatnya tapi kali ini berbeda Nayiya tiba-tiba merindukan ayahnya.

Tidak mau terlalu larut dalam fikiran bisa-bisa membuatnya menangis nanti, Nayiya memutuskan untuk menghubungi asisten rumah untuk membawakan sarapan.

Sarapan pagi ini Nayiya memakan Bubur dan juga sop ayam. Rasanya sama sekali tidak berselera untuk makan namun tetap ia paksakan demi bayi dikandungannya.

"Kita makan ya?" Ucapnya mengusap-usap perut, beberapa suap masih bisa ditelan namun belum sampai seperempat bubur habis ia kembali merasakan mual.

Nayiya berhenti sejenak meminum air untuk menghilangkan rasa mual, dirasa sudah mulai lebih baik ia menyuap lagi namun perutnya kembali bergejolak segera terburu-buru Nayiya turun dari kasur berlari memasukki kamar mandi.

NAYIYALFAREL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang