24

9.4K 533 27
                                    











"Aduh."

Nayiya memegang perutnya satu tangan lainnya berpegangan pada pagar tangga, ia mengusap-usap meredakan kram yang sering muncul secara tiba-tiba.

"Kak Ayi kenapa?" Tanya salah seorang pegawai.

"Gak apa-apa perutnya lagi kenceng."

"Mari Kak dibantu ke ruangannya."

Nayiya mengangguk menyetujui rasanya tidak sanggup untuk menaiki tangga menuju ruangan, Nayiya merangkul pundak pegawai perempuan itu. Namun baru satu langkah menginjak anak tangga-

"Argh! Bentar-bentar..." ringis Nayiya merasakan bagian perutnya kontraksi tiba-tiba.

"Dit! Adit!" Panggil pegawai itu pada salah satu temannya.

"Kak Ayi kenapa ini, Del?"

"Perutnya sakit, ini kita gendong aja ke atas? Atau ke rumah sakit?"

Nayiya mengangkat tangannya memberikan kode bahwa tidak perlu membawanya ke rumah sakit.

"Ini kenapa?" Sebuah suara mengalihkan pndangan kedua pegawai yang tampak panik itu.

"Nay? Nayiya kamu kenapa?"

"Perut aku nyeri, kayaknya gak bisa jalan shh..." ringis Nayiya memejamkan mata sembari mengatur nafasnya.

"Gue anter ke rumah sakit."

"Gak perlu Fan, udah biasa begini. Bentar lagi ilang nyerinya"

"Biar saya aja yang bantuin Nayiya, kalian lanjut kerja," ucap Rezfan, kedua pegawai itu tampak ragu namun melepaskan genggaman pada Nayiya.

Rezfan memampah tubuh Nayiya menaiki tangga satu persatu, membutuhkan waktu cukup lama sampai mereka tiba diatas. Sesampai di anak tangga terakhir Nayiya berdiri sebentar sambil berpegangan pada lengan Rezfan.

"Sabar ya Nak, kamu gak apa-apakan?" gumam Nayiya terus mengusap perutnya tanpa sadar membuat Rezfan mendengarnya.

"Makasih Fan, gue udah gak apa-apa kok."

"Beneran gak apa-apa? Muka lo jadi pucet gini, gue anter pulang aja gimana?"

"Gak apa-apa sumpah. Mending pesen makan, cake favorite lo udah ready tuh sebelum kehabisan," balas Nayiya dengan kekehan dipaksakan.

"Oke."

Nayiya berjalan pelan meraih knop pintu, memutarnya kemudian berjalan masuk tapi baru beberapa langkah tubuh Nayiya menjadi oleng membuat Rezfan refleks masuk menahan tubuh itu.

"Gue bilang apa Yi." Rezfan begitu panik, melihat Nayiya meringis memegang perutnya.

"Tolong telpone suami gue Fan, tolong banget." Pertahanannya runtuh Nayiya tidak mampu lagi menahan sakitnya, sampai-sampai mencengkram lengan Rezfan.

"Iya gue telpone, sabar Yi."

Selang beberapa detik.


"Nayiya?"




Rezfan melirik dimana ada Alfarel berdiri diambang pintu, 5 detik lelaki itu berdiri kemudian melangkah masuk.

Tanpa menatap Nayiya lagi matanya tertuju pada lelaki itu, Alfarel menarik tubuh Rezfan membuat Nayiya terjatuh ke lantai. Tanpa babibu-

Bugh!

"MAKSUD LO BEGITU APA BANGSAT!" Teriak Alfarel tidak percaya dengan apa yang dia liat.

Tidak puas sampai disana, Alfarel menarik baju Rezfan yang sudah tersungkur dilantai akibat pukulannya secara tiba-tiba. Ia menarik kerah baju rezfan menariknya kuat sampai-sampai lelaki itu kesulitan bernafas.

NAYIYALFAREL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang