32

13.2K 567 20
                                    








Berbagai hadiah berdatangan serta karangan bunga yang menggemaskan memenuhi sisi ruangan dimana Nayiya berada.

Banyak dari rekan kerja Abraham serta Adam yang mengirimkan hadiah ucapan selamat. Abraham membatasi siapa saja yang boleh menengok cucunya hanya keluarga terdekat saja yang masuk ke dalam melihat cucu pertamanya ini.

Apalagi ditambah bayi ini selalu menangis mendengar suara berisik, sama seperti Papanya yang begitu sensitif dengan suara.

Saat ini di dalam ruangan ada Alfarel sedang makan siang bersama Ayah mertuanya, Nayiya belajar menyusui anaknya dibantu oleh suster hingga Mama Hannah masuk segera menghampiri Nayiya dan Abraham duduk disofa mendekati besannya.

"Udah makan Pak? Kita makan bareng," tawar Adam.

"Saya lagi dibatesin Pak makannya, padahal enak banget," jawab Abraham lalu pandangan beralih pada Alfarel fokus pada makanannya.

"Nanti Kakek kamu bakal dateng nengok cicitnya, Papa saya Pak," ucapnya pada Alfarel kemudan menatap Adam.

"Pasti seneng banget Ajan dijengukin banyak orang apalagi eyangnya."

Alfarel sudah mengumumkan nama anaknya, tapi Ayah mertuanya sudah menemukan panggilan baru untuk anaknya.

"Asi kamu langsung lancar," puji Hannah melihat bayi didekapan Nayiya menyusu.

"Iya Ma bersyukur banget."

"Dulu waktu Kenzo baru lahir, Asinya Mama dikit keluarnya jadi dibarengi sama susu formula."

"Oo begitu ya Ma. Tapi aku masih ngeri gendong begini badannya lembut banget Ma."

"Nanti lama kelamaan jadi keras sendiri, badannya bakal kenyel."

Satria datang menengok cicitnya, tak lupa memuji Nayiya dan mengucapkan terima kasih karna sudah sampai difase sekarang. Satria juga mengobrol berdua bersama Alfarel memberikan nasihat serta bercerita mengenai pengalamannya dulu.

Teman-teman Alfarel dan Nayiya juga datang bersamaan, Alfarel meminta mereka masuk secara bergantian. Kalau masuk sekaligus sudah bisa ditebak betapa ribut dan riuhnya susana dan Gazan pasti akan langsung menangis. Tangisan bayi itu begitu kencang membuat siapa saja terkejut mendengarnya.

Seharian ini banyak yang datang dari Kakek Alfarel, teman-teman bahkan keluarga besar Alfarel begantian untuk menjenguk. Nayiya melakukan vidio call pada Kakek dan Neneknya yang berada diluar kota dan berjanji akan ke sana membawa anaknya nanti.

"Ayi, Papa pulang dulu ya," pamit Abraham.

"Papa sama Mama hati-hati pulangnya, salamin sama Ken kalau ada waktu luang jenguk adeknya."

"Ken mah udah pengen banget tapi jadwal sekolahnya sibuk, nanti Mama ajak ke sini lagi. Mama pulang dulu ya sayang, kamu istirahat jangan kecapekan," Mama Hannah mendekat mengusap kepala Nayiya.

Sepulangnya Abraham dan Hannah, Alfarel mendekati Nayiya.

"Kamu kalau mau tidur, tidur aja. Dari tadi nahan ngantuk mumpung lagi tidur adeknya."

"Iya Kak, aku ngantuk banget. Nanti bangunin aja ya,"

"Iya sayang, aku jagain."

Tak butuh waktu lama bagi Nayiya untuk terlelap, Alfarel menyelimuti tubuh istrinya kemudian ia beralih menatap anaknya yang juga tertidur didalam box bayi dekat dengan ranjang Ibunya.

Alfarel tersenyum melihat anaknya ini, mata, hidung, mulut semuanya mirip dengan dirinya namun pipi anaknya ini begitu gembul seperti ibunya. Apa karna selama hamil Alfarel selalu memainkan pipi Nayiya.

NAYIYALFAREL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang