51 - Buku mewarnai

9.5K 558 26
                                    



Bruk!

Bugh!

"Piu! Piu! Piu!"

"Ayas! No, no, cini!"

Anak ini sibuk mengoceh serta bergerak kesana kemarin sibuk memindahkan mainannya siapa lagi kalau bukan Ariz, ia menyuruh Araz menembak miniatur hewan miliknya, namun kembarannya ini tidak mau melakukan ucapannya membuat Ariz mengambil mainan pistol di tangan Araz.

"Ah, cana! angannn! Ayas canaaa!"

"Den Ariz main sama-sama ya, kan mainannya banyak," ucap Bi Imah meraih Araz menjauh.

"Ndak oyeh, unya Ayis cemuanya!"

"Den Araz main sama yang lain mau? Sama Bibi ya?" Bi Imah memberikan mainan yang lain kepada Araz.

Karna posisi Araz berdekatan dengan Gazan, perhatian anak ini teralihkan. Ia melihat Abangnya sedang mewarnai buku yang sangat besar serta banyak gambar di sana. Araz mendekat dan duduk di samping Gazan.

"Abang Gazan, Adeknya mau liat." Bi Imah mendekat.

Gazan mengganti krayon ditangannya melihat Araz sekilas, adiknya duduk begitu anteng.

"Adek jangan gangguin Abang ya? Tidak boleh bial cepat selesai mewalnainya," ucap Gazan sambil menggerakkan tangannya kembali mewarnai.

"Iya Abang, Adek liatin Abang aja. Bilang gitu sama Abangnya," tutur Bi Imah mengajak Araz agar mau berbicara.

"Bibi, kalau kucing itu warnanya sepelti apa?"

"Abang maunya warna apa?" Bi Imah balik bertanya.

"Abang lihat di rumah Atan itu kucingnya warna coklat tapi kalau di jalan ada kucing warna hitam, ada putih, aduh Abang pusing sekalii." Gazan sampai memegang kepalanya dengan kedua tangan, Bi Imah sontak tertawa mendengar tingkah Gazan.

Anak ini sekali lucu, semenjak sekolah banyak yang berubah dari Gazan. Terlebih bahasanya, Gazan sering menggunakan bahasa baku ketika di rumah mencontoh guru di sekolahnya berbicara. Ia juga sering menonton salah satu channel Youtube membuatnya semakin lancar berbicara formal, sedikit-sedikit Gazan sudah bisa mengucapkan huruf R dengan jelas.

"Kan kucingnya ada tiga Den, nih Aden liatkan. Warnain aja coklat, satu putih, satunya hitam."

"Kalau warna putih jadi tidak perlu pake kayon?"

"Iya Den, kan kertasnya udah warna putih."

"Uhm, tapi nanti jadi jelek Abang tanya Papa saja nanti."

Gazan melanjutkan kegiatan mewarnainya, Araz yang asik menyimak menunjuk salah satu gambar pada buku itu dan Bi Imah menjelaskan pada Araz gambar apa yang ia tunjuk.

"Hoyeee! Beyasilll!" Ariz bertepuk tangan berhasil menumpuk balok menjadi bangunan tinggi, ia menatap sekitar ternyata tidak ada yang memperhatikannya.

"Agi apaaa?" Ariz mulai mendekat, ternyata Bi Imah dan Araz sedang memperhatikan Abangnya mewarnai.

"Ayis, au juga Bang!"

"Tidak boleh, Ayis kan ada maiannya. Sana kamu!" Usir Gazan menyingkirkan kaki Aris yang menginjak bukunya.

"Den, sini duduk di samping Araz. Sama Bibi sayang?"

"Ayis! Pergii! Hei kamu tidak mendengar ya?!"

Bukannya menyingkir Ariz malah ikut mengambil krayon dan mewarnai buku secara asal, melihat itu Gazan menjadi kesal. Ia berdiri dari duduknya memegang tubuh Ariz dengan kedua tangan menarik adiknya perlahan agar menjauh.

NAYIYALFAREL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang