29

11.2K 558 13
                                    








Cuaca cukup terik hari ini, suara alat berat yang bergerak ke sana kemari dan banyak pekerja yang tengah melakukan tugasnya.

Abraham tengah merencanakan sebuah proyek di tempat ini, beberapa team dari perusahaan ditugaskan untuk mengecek keadaan lapangan termasuk team Alfarel.

Sejak tadi lelaki ini sibuk mencari tempat berteduh ditengah terik matahari yang begitu menyengat, ia tidak menyukai berkeringat apalagi karna aktivitas seperti ini kecuali berkeringat karna hal yang ia sukai.

Bertepatan itu juga ponselnya berdering.

"Bentar, ada telpone." Alfarel menjauh dari keramaian merasakan ponsel disakunya bergetar, tertera nama istrinya dilayar ponsel segera Alfarel mengangkatnya.

"Iya sayang?"

"Kakak dimana?" Langsung saja ia menerima teriakkan kencang bercampur menggemaskan dari istrinya.

"Dilapangan, lagi rame banget disini. Nanti kalau udah dihotel aku telpone lagi," balas Alfarel setelah itu tidak ada jawaban.

"Sayang? Suara kamu gak kedengeran." Alfarel berjalan menuju tempat yang lebih sepi barulah dapat mendengar suara telpone.

"Kok nangis? Hei? Sayang kamu kenapa? Sakit lagi perutnya ya?"

"Enggak," jawab Nayiya masih dengan tangisnya. "Aku tuh kangen banget. Semalem gak nyentak tidurnya, baru aja aku telpone udah mau dimatiin. Kakak sayang gak sih sama aku," sambungnya.

"Besok aku pulang, janji. Tunggu ya? Aku mau ngecek lapangan dulu nanti sejam lagi ke hotel kita vidio call. Ya sayang ya?"

"Isssss."

"Udah dong nangisnya."

"Gak bisa, orang lagi kangen kok malah disuruh berenti! Kakak kira aku seneng apa nangis kayak gini."

Astaga Alfarel salah bicara, "iya, maaf. Aku tutup dulu telponennya ya." Alfarel segera mematikan sambungan telpone tanpa menunggu jawaban dari Nayiya lagi.

Dari pada semakin mendengar Nayiya menangis dan terus merengek membuat Alfarel semakin tidak tega padahal pekerjaannya sebentar lagi selesai.

"Kalau gue gak sayang lo, gak akan gue nikahin bahkan ngehamilin lo sayangku," gemas Alfarel dengan sedikit emosi.

Semakin bertambah usia kandungan semakin emosional dan manja Nayiya pada Alfarel, seperti beberapa hari yang lalu saat Alfarel izin keluar kota bersama teamnya. Itu membutuhkan waktu selama 4 hari dan dari Alfarel meminta izin sampai sekarang Nayiya masih saja menangis karna tidak mau berpisah darinya.

Alfarel juga tidak mau meninggalkan Nayiya, tapi ini tugasnya dalam pekerjaan. Mau membawa Nayiya dalam keadaan hamil besar ke sini pasti akan membuat istrinya lelah saja.

"Alfa!" Panggilan Disha membuatnya berbalik.

"Ayo balik ke hotel disuruh makan siang bareng."

"Loh, gak jadi?"

"Jadi cuman diundur nanti sore, sekarang balik ke hotel lagi aja," jawab Disha.

"Baguslah, yang dirumah ngamuk lagi soalnya."

"Pasti kangen Nayiya tuh."

"Iyalah, punya suami ganteng ini wajar dikangenin setiap saat."

"Pede banget lo Alfa!"






"Ish nyebelin!" Nayiya meletakkan ponselnya di atas ranjang.

Mengusap pipinya yang basah karna air mata, padahal niat awalnya ingin menanyakan keadaan Alfarel, suaminya sedang berada dimana tapi saat mendengar suara berat itu malah jadi semakin merindukan dan berakhir menangis.

NAYIYALFAREL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang